“Siapa yang mau lamaran?” tanya Selina. Pandangannya langsung menyasar setumpuk kotak seserahan yang mewah, terbuat dari kotak-kotak kaca dihiasi bunga hias kering yang elegan. Kotak-kotak itu juga berisi banyak barang perempuan dari mulai kosmetik, pakaian, mukena hingga tas mahal dan masih banyak lagi.“Tebak coba punya siapa?” goda Hawa sembari mengulum senyum.“Abah, Ummi, siapa yang mau nikah?” ulang Selina dengan begitu penasaran.“Selin ada yang melamar,” jawab Adam dengan serius.“Hah? Ap-pa?”Selina membekap mulutnya tak percaya dengan apa yang Adam katakan.“Lah, Abah dan Ummi kok gak bicara dulu sama aku? Kenapa? Aku belum mau menikah, kenapa langsung menerima lamaran?” sahut Selina bernada sedih. Dia membeliak tak percaya dengan sikap ke dua orang tuanya.“Kamu sudah gagal taaruf beberapa kali, jadi sudah saatnya Abah yang turun tangan, menerima lamaran langsung sekiranya calon jodohnya baik, shaleh dan penyayang,” papar Hawa mengedipkan matanya pada Adam.“Abah, Ummi, ple
Read more