“Seseorang?” tanya Adam acuh tak acuh.“Um, iya seseorang tengah menanti kehadiran Aa untuk menjemputnya. Seseorang yang disebut jodoh-yang dirahasiakan oleh Allah. Jangan sampai kita jagain jodoh orang kalau kata anak jaman now,”Selina terkekeh pelan.“Iya, Aa ngerti! Kamu gak perlu jelasin panjang lebar, Selin.”Adam bangkit dan menatap adiknya dengan lekat. “Aa salut padamu. Benar-benar salut …”“Hem?”“Kamu memang gadis yang tegar. Jika Aa tak bisa memperoleh Anisa, Aa pengen gadis seperti kamu,”“Euh?”“Iya seperti kamu, tidak hanya cantik tapi … baik dan tegar,”Selina tersanjung mendengar pujian kakaknya. Bisa jadi Adam kembali ke mode default, alias tak terpuruk lagi.“Masa sih?” ucap Selina mendecak sebal.“Tapi itu tak mungkin,” katanya lagi lemah.“Sudah-sudah, Aa jangan galau lagi. Kalau Aa galau lalu sakit, aku juga jadi ikut galau dan ikut sakit,” ucap Selina dengan cemberut.“Gak boleh! Kamu harus sehat selalu, Dek! Takkan kubiarkan kamu sakit,”“Kalau gitu, senyum do
Baca selengkapnya