Home / Romansa / Taaruf dengan Anak Wanita Malam / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Taaruf dengan Anak Wanita Malam: Chapter 211 - Chapter 220

250 Chapters

211. Would you marry me?

“Makasih, aku minta alamat pesantren saja,” ucap Selina menolak secara halus.Dave paham maksudnya. Dia menulis alamat Ruri di balik kertas berisi resep obat.“Aku sudah tulis di sini, kamu bisa tebus obat di bagian farmasi, semoga lekas sembuh,” ucap Dave mengakhiri percakapan mereka.Selina berdiri dan mengatupkan tangannya lalu berucap salam. “Assalamualaikum!” katanya sedikit menundukkan kepalanya.“Waalaikumsalam warahmatullah,” jawab Dave seraya menatap kepergian Selina hingga punggungnya tak terlihat. Dia pun mengepalkan tangannya ke udara seraya bilang ‘yes’. Dia melakukan selebrasi luar biasa hingga meloncat kegirangan saat kepergiannya.‘Sebuah kesempatan yang takkan pernah datang dua kali,’Selina pun keluar dari ruangan Dave dan pergi menuju bagian farmasi untuk menebus obat. Setelahnya dia pergi ke luar lobi rumah sakit dan duduk di sana. Dia menelepon Adam tetapi Adam tak mengangkat teleponnya. Terpaksa, Selina duduk di sana lumayan lama. Dia akan menunggu Adam menelepon
Read more

212. Meliani dan Johan

Semenjak kenal dengan Selina, Dave mulai meninggalkan kebiasaan buruknya seperti shalat yang masih bolong, merokok dan pergi ke Pub. Dia mendapat jawaban dari apa yang dia temukan bahwa ihwal jodoh itu ibarat cerminan diri kita. Andai kita baik maka jodoh kita pun baik. Dave berangan-angan jodohnya ialah Selina atau mungkin dia merasa hal tersebut jauh dan tak mampu dia rengkuh, setidaknya akhlaknya mirip Selina. Di sepertiga malam, Dave bangun lalu melaksanakan shalat qiyamul lail. Kebiasaan tersebut berlangsung saat dia merasa gamang apakah dia akan menuruti perintah sang ibu untuk menikahi dr. Areeta atau tidak. Dia pun pasrah mengikuti semua keinginan Meliani untuk menikahinya demi menyenangkan hatinya. Namun shalat dan doa memberikan jawaban lain, ternyata dr. Areeta bukanlah jodohnya sebab Tuhan telah menunjukan kepribadiannya yang asli di hadapan Meliani.Flashback on,Suatu hari Meliani menghadiri acara meeting dengan investor di sebuah hotel bintang lima di Jakarta. Di sana
Read more

213. Hafla?

Bugh,Pada akhirnya karena kurang hati-hati Shiza menubruk tubuh seseorang. Seperti biasa dia sedikit ceroboh. Namun Shiza tak lekas bangun, sepertinya kali ini kakinya ikut terkilir.“Ough!” serunya meringis.“Maaf, aku juga tidak hati-hati, Shiza,” ucap lelaki yang tak sengaja ditabrak Shiza sembari ikut membungkuk dan melihat kaki Shiza.“Aa Adam?” seru Shiza spontan. Adam hanya diam dan menampilkan ekspresi dingin. Lalu sejenak dia mengamati kaki Shiza dan tangannya menyentuh area pergelangan kakinya. Rasanya jantung Shiza seakan meledak bisa bertemu dengan Adam dalam jarak yang sangat dekat. “Tahan, sebentar,” ucap Adam lalu membetulkan posisi pergelangan kaki kiri Shiza. Shiza yang merasa sakit luar biasa akhirnya mencengkeram lengan Adam tanpa sadar.“Sakit banget …” keluhnya seperti seorang anak kecil.“Sudah, coba gerakin!” titah Adam menatap Shiza penuh perhatian, membuat jantung Shiza mau copot.Shiza pun berusaha bangkit dan langsung bisa berjalan. “Makasih, Aa,” ucap Sh
Read more

214. No way!

“Meliani,” ucap wanita tersebut menyebutkan namanya.“Tante Meliani,” ulang Selina dengan menggaruk tangannya. “Aku sedang cari pashmina, bisa bantu?” Meliani mengetes gadis itu. Apakah dia bersedia membantunya lagi?“Sel, ayo!” seru Shiza. Selina pun menoleh. Dia menjadi gamang antara menghampiri Shiza atau membantu Meliani terlebih dahulu. Dia tercenung sejenak.“Gak usah cariin, temanmu manggil,” desis Meliani dengan to the point. Begitulah gayanya bossy dan tegas.“Bu, maaf,” ucap Selina meninggalkan Meliani sembari membungkuk.Meliani maklum. Masa iya Selina harus terus menolongnya, pikirnya. Dia pun mencari pashmina yang dia sendiri tak tahu untuk dipakai acara apa. Dia hanya mengikuti kata hatinya, bergerak begitu saja saat melihat manekin berbusana syari. Ingin rasanya mencoba memakai pashmina. Meskipun dia seorang muslimah, dia tak pernah memakai hijab kecuali saat acara tertentu seperti menghadiri pemakaman. Itupun memakainya hanya dengan meletakkannya di atas kepala dan m
Read more

215. Hawa dilarikan ke rumah sakit

“Why not?” desis Dave.“Um, Dave … dia gadis yang aku sukai. Aku sudah datang taaruf pada ke dua orang tuanya …” ucap Mahendra dengan lesu.Dave pun terkekeh. “Sudah kuduga! Pasti ada banyak lelaki yang mengejarnya. Tapi aku akan bersaing dengan siapapun termasuk kamu,”“Termasuk aku … huh! Tapi dulu Dave. Soalnya sekarang aku sudah married,” katanya pasrah.“Nah itu aku gak tahu itu proses apa taaruf, makanya aku mau tanya,”“Ya taaruf itu ibarat perkenalan doang. Kalau kita tahunya pacaran kan. Tapi kalau taaruf sebatas saling memperkenalkan diri dan lain-lain. Lalu khitbah atau melamar. Nah, jarak antara khitbah dan nikah itu tak boleh lama, harus buru-buru agar tidak menimbulkan fitnah. Gitu deh, prosedur secara syariat agama,” papar Mahendra dengan sedikit masam.“Hei, kok bete gitu? Kamu ‘kan sudah married?” kata Dave terkekeh.“Seharusnya aku yang jadi pahlawan Selina … tapi ya sudahlah. Emang takdir bukan jodohnya. Aku akan mendukungmu jika kamu serius,”Mahendra membuang nafa
Read more

216. Setelah penantian panjang

Fadel merenggangkan pelukannya pada sang mertua lalu terukir senyum haru di wajahnya.“Hawa sudah melahirkan anak kembar dengan selamat,” katanya dengan menyeka air matanya dengan punggung tangannya.“Alhamdulillah,” ucap Ustaz Bashor dengan mengusap wajahnya.Semua berucap syukur.“Hawa melahirkan bayi prematur. Jadi dedek bayi di dalam inkubator, Abah, Ummi,” papar Fadel dengan tak bisa menahan rasa bahagia.“Bang Fadel bikin kita jantungan nih! Dikira Teh Hawa kenapa-kenapa,” omel Adam mendecak sebal melihat kakak iparnya memang kadang menyebalkan.“Maaf, habis saking terlalu seneng,” ucap Fadel dengan terkekeh masih dalam isaknya. “Setelah penantian bertahun-tahun,”“Allah, makasih banget aku jadi Aunty,”Selina mengucap syukur dengan mata yang berbinar.“Selamat ya Fadel! Kamu resmi jadi seorang ayah,”Ummi Sarah menepuk pundaknya.“Ayo, aku tak sabar pengen lihat teh Hawa dan dedek bayi. Ya ampun Bang Fadel bikin bayinya dirapelin,” cicit Selina sembari berjalan mengikuti Fadel
Read more

217. Pertemuan Dewi dan Rayyan

“When will you marry, Dave?” tanya Johan dengan suara yang parau. Dia baru saja pulang dari rumah sakit karena penyakitnya kambuh.“Soon, Dad!” jawab Dave dengan antusias.“Daddy harap kamu bisa segera menikah. Sebelum Daddy pergi,” ucapnya dengan lirih. Seolah harapan hidupnya tinggal sebentar lagi mengingat usianya sudah mulai senja dan penyakit yang dideritanya bukan penyakit biasa tetapi penyakit serius, komplikasi diabetes dan ginjal.“Dad, jangan pikir macam-macam! Insyaallah, Daddy akan lihat aku menikah. Doakan aku agar bisa melamar gadis yang kucintai segera,” Dave berpindah tempat, dari sofa ke sisi ranjang. Bagaimanapun diam-diam dia seringkali mengunjungi sang ayah tanpa sepengetahuan Meliani. Hal tersebut berlangsung sejak dia duduk di bangku sekolah dasar di mana Meliani mulai sibuk dengan karirnya sebagai pengusaha.Dave bukan anak yang pendendam, dia menyayangi ke dua orang tuanya adil terlepas siapa yang salah-yang menyebabkan perceraian ke duanya terjadi. Dan, dia p
Read more

218. Katakan yang sebenarnya!

Sepanjang jalan Rayyan juga diliputi kesedihan teramat sangat, dia ternyata punya seorang putri yang sangat cantik dan mirip dengannya. Dia tak sabar ingin bertemu dengannya. “Nak, tunggu Papamu datang!” ucapnya sembari melajukan kendaraan mewah membelah jalanan kota Bandung.Semenjak pulang dari luar negeri, dia seringkali membesuk Alana dan Mahendra. Alasannya karena Alana anak dari Dirgantara yang berarti keponakannya. Dia berjanji akan menjaga mereka, Alana dan Kiran dengan baik untuk membayar kesalahannya di masa silam. Perkiraannya, putrinya seumuran dengan Anisa, kakaknya Alana.Rayyan pernah bertemu dengan Selina saat di hotel di mana Selina sedang melakukan bimbingan lomba antar sekolah saat itu. Dia tak sengaja bertabrakan dengan Selina dan melihat Selina begitu mirip dengan Dewi saat masih muda dan bentuk matanya mirip dengannya. Penasaran dengan gadis itu hingga menyuruh suruhannya mencari tahu tentangnya.Kebenaran menyertainya sehingga dia seolah dituntun takdir bisa me
Read more

219. Anak itu Selina

“Semua orang berbohong padaku. Mungkin, itu bayaran yang pantas bagiku karena telah menyia-nyiakan Dewi. Sungguh aku tidak tahu jika Sophia bisa bersikap nekad, melukainya. Tapi tenang saja, Sophia tidak akan menginterupsi kehidupanku lagi. Jadi tolong katakan sebenarnya!”Rayyan ingin mendengar kisah Dewi tentunya dari versi Darius.“Aku tidak tahu Rayyan. Aku tidak mengurus soal kehidupan asmaramu. Aku terlalu sibuk,” katanya terkekeh hambar. Bersikukuh Darius tak ingin membuka suaranya. Dia hanya memegang janjinya pada Dewi kala itu untuk tidak mengatakan sesungguhnya pada Rayyan soal putri kandungnya mengingat bisa membahayakan semua orang.“Aku sudah bertemu dengan Dewi sebelum aku mengalami kecelakaan. Sama seperti dirimu, dia awalnya tidak menceritakan apapun. Darius, aku punya mata dan telinga, aku sudah suruh orang mencari keberadaan putriku.Allah masih memberikan kesempatan padaku untuk bertemu dengan putriku. Kamu tahu, aku bertemu dengannya secara tak sengaja. Namun insti
Read more

220. Nembak Selina

“Tuh kaget juga,” tukas Mahendra.“Uby tahu semua rahasia Om Rayyan? Kenapa tidak memberitahuku dari awal?”“Syut! Aku juga baru tahu setelah mendesak Papa cerita soal foto itu. Maaf, aku lancang dan mengambil foto itu diam-diam demi mengungkap kebenaran,” jelas Mahendra dengan merendahkan suaranya. “Aku kaget banget pas ketemu Om mu di pemakaman Teh Anisa. Dia ternyata ayahnya Selina. Kasihan gadis itu, gagal taaruf karena dikira nasabnya gak jelas, anak dari siapa,”“Oh begitu. Jadi … aku masih sepupuan dengan Teh Selina dong?”Mahendra mengangguk. Memang sekilas wajah Alana dan Selina terlihat mirip dari warna kulitnya yang putih.“Uby, apa masih menyukai Teh Selin?” Tiba-tiba Alana menanyakan perasaan Mahendra pada sepupunya itu.Mahendra terlonjak kaget tentunya. Dasar perempuan, dalam situasi seperti itu saja masih bisa-bisanya menanyakan soal perasaan.“Insyaallah, enggak! Di hatiku hanya ada namamu yang terukir, A-L-A-N-A. Soal Selina itu hanya masa lalu dan kamu adalah masa
Read more
PREV
1
...
202122232425
DMCA.com Protection Status