Semua Bab Taaruf dengan Anak Wanita Malam: Bab 221 - Bab 230

250 Bab

221. Elvira menghilang?

Dave mengingat pembicaraannya seminggu yang lalu dengan salah satu rekan Selina yang tak lain Winda. Dia memperoleh informasi apapun tentang Selina darinya. Bukan Dave namanya jika tidak bersikukuh memperoleh apa yang dia inginkan.Begitulah definisi taaruf ala Davendra Diraya. Dia mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan Selina lewat teman, kerabat hingga santri yang mondok di sana. Dia sampai tahu betul semua hal yang berkaitan dengan gadis itu. Dimulai dari sikapnya yang manja saat berhadapan dengan ke dua orang tuanya, sikap usilnya saat berhadapan dengan Adam sang kakak, sikap empatinya termasuk sikap keras kepalanya yang pantang menyerah mencari sang ibu. Semua Dave ketahui dari orang suruhannya yang diperintah olehnya seperti seorang detektif selain dari Winda.Pun, kebiasaan-kebiasaan yang senantiasa dia lakukan seperti suka membaca dan menulis sajak, merawat bunga. Hingga terpikirkan oleh Dave ingin sekali memberinya bunga mawar kesukaannya. Informasi yang paling akurat
Baca selengkapnya

222. Di pantai yang sama

“Aku takut Bu El ke pantai dan …” seru Selina terpotong.“Dan Elvira terbawa arus?” timpal seseorang dari belakang. Sontak membuat Selina, Hanum dan Winda berjengit kaget.“Kiya …” pekik Winda yang tampak paling terkejut di antara yang lain. “El, kok bisa di situ?”Senyap, Elvira seperti seorang ninja yang muncul tiba-tiba di belakang mereka.“Bisa! Kalian mau ngerjain aku?”Elvira memasang wajah masam. Dia melipat tangannya di dadanya dan menyandarkan punggungnya dengan sebelah kaki menekuk pada pilar yang kokoh tersebut.“Sorry Bu El,” ucap Selina merasa bersalah.“Hem,” Elvira hanya bergumam.“Peace, El! Habis kamu main hape terooos, bosan aku lihat,”Hanum tertawa sedangkan Selina membekap mulutnya. Elvira sama sekali tak marah dengan apa yang dilakukan temannya padanya. Dia malah memainkan ponselnya lagi sembari mengajak mereka berswafoto.“Cheese!” serunya pada mereka semua. Mereka menggelengkan kepala melihat tingkah Elvira yang seolah tak terjadi apa-apa.“Dasar aneh!” Winda
Baca selengkapnya

223. Emosi yang meluap

Semenjak tiba di pantai, Dave hanya mengikuti acara peresmian resort milik sang ibu dan menghabiskan waktu di kamar. Sesekali keluar hanya sekedar menikmati angin sejuk dan berenang di kolam renang yang masih berada di lingkungan resort. Dia akan berselancar keesokan harinya.Resort berkonsep tradisional yang dibangun oleh perusahaan Diraya Corp memiliki berbagai fasilitas di dalamnya seperti kolam renang, tempat makan, tempat gym, arena bermain anak, tempat karaoke dan lain-lain. Para wisatawan benar-benar dimanjakan dengan fasilitas yang lengkap dengan pemandangan indah resort yang langsung menghadap pantai. Berbeda dengan villa dan hotel, resort biasanya lebih private dan memiliki halaman yang sangat luas.Suasana hati Dave berubah saat dia melihat status Winda. Dia tersenyum sendiri seperti tidak waras. Hal tersebut membuat Meliani yang menghampirinya dengan dahi yang berkerut.“Oh my God! Kamu kenapa?”Meliani menanyakan suasana hati sang anak yang akhir-akhir ini sukar ditebak.
Baca selengkapnya

224. Undangan makan malam

“Ibu … Ibu …,” Selina menangis lagi. Posisinya yang awalnya berdiri kini bersimpuh dekat sekali dengan ombak hingga air laut perlahan menyapu kakinya lalu hingga pinggangnya. Dia sama sekali tidak khawatir ombak akan menyapunya. Pakaiannya sudah basah kuyup. Justru Dave yang mengamatinya dalam diam, sangat khawatir padanya.“Sel, please jangan berbuat gila!”- gumam Dave dengan perasaan was-was. Dia tak tahan ingin mendekatinya tetapi langkahnya terhenti saat seorang perempuan mendekatinya.“Bu Sel, ayo!” seru Winda yang gelagapan mencari teman yang punya kebiasan ghosting. Dia membantu Selina berdiri. “Bu Selina, minum obat belum? Aa Adam menelpon tapi ponsel Bu Selina ada di atas nakas, jadi aku yang angkat,”Dave merasa lega melihat Winda dengan sigap membantu Selina. Selina terkadang rapuh saat sendirian. Itulah dirinya sesungguhnya. Dia senantiasa tampak ramah dengan senyuman tetapi nyatanya kepahitan dalam dirinya masih bersemayam.“Um, maaf, aku jadi over thinking,” lirih Selin
Baca selengkapnya

225. Apakah kamu sudah menikah?

“Harus datang!” seru Winda dengan penuh penekanan. “Aku setuju, siapa tahu dapat kenalan cowok-cowok CEO yang kayak di Drakor. Kenalin aku satu,” Elvira ikut berkomentar dengan wajah datar. “Bener kata bocah!” sambung Winda. “Aku juga pengen satu, hahaha,” “Emang barang!” sambung Hanum juga ikut tertawa. “Datang aja! Bukankah menghadiri undangan itu fardhu ain hukumnya?” Hanum melingkarkan sebelah tangannya ke leher Selina. “ ‘Apabila kamu diundang walimah maka datanglah.’ HR. Bukhari dan Muslim,” papar Selina menerangkan sebuah hadits tentang hukum wajib menghadiri undangan. “Aduh, aku lupa dengan siapa aku bicara,” Hanum tertawa. “Fardhu ain itu untuk undangan walimah Say,” tukas Winda menegaskan hadits yang diucapkan Selina. Tak terasa suara azan isya sudah menggema. Selina menunaikan shalat isya berjamaah bersama teman-temannya. Kemarin yang menjadi imam shalat ialah Hanum. Malam itu giliran Selina yang menjadi imam. Suaranya begitu merdu saat melantunkan surat al fatihah
Baca selengkapnya

226. Terpaksa bermalam di resort

Meliani berhenti membicarakan soal jodoh setelah melihat respon putranya. Sepertinya Dave ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak di hadapan Selina. Meliani menghargai keputusan putranya.Acara gathering para pengusaha dimulai. Meliani bergabung dengan asosiasi para pengusaha yang bergerak dalam bidang pariwisata daerah. Mereka berusaha memajukan daerah-daerah yang memiliki potensi alam dengan tetap memperhatikan ekologinya. Setelahnya mereka makan malam yang disiapkan oleh para chef dan membahas seputar masalah usaha mereka masing-masing sembari diiringi live music.“Jadi ini putra semata wayang Bu Meliani?” tanya salah satu rekan kerja Meliani bernama Surya. Dia sebenarnya sudah tahu tentang Meliani dan keluarganya. Pertanyaan yang diajukan hanya sekedar basa-basi semata.“Betul sekali Pak Surya, Davendra Diraya,” jawab Meliani memperkenalkan Dave di hadapan rekan-rekan yang ikut duduk bergabung bersamanya.“Salam kenal Pak Surya, saya Davendra, panggil saja Dave,” sahut Dave menimpal
Baca selengkapnya

227. Adam dan Shiza

Selina sudah kembali bergabung dengan teman-temannya. Hari ini mereka akan pulang ke Cianjur. “Cie, Cinderella yang lupa waktu pulang?” sindir Winda pada Selina yang tengah mengemas barang miliknya. “Aku kaget pas lihat jam tahu, jam setengah satu malam,” Selina bercerita dengan antusias. “Sudah bertemu dengan pangeran tampan?” selidik Hanum, membantu menjejal pakaian milik Selina ke dalam kopernya. Karena tenaganya besar dengan begitu mudah pakaian tersebut lolos ke dalam koper. “Um … udah,” jawab Selina keceplosan. “Makasih Bu Han,” ucap Selina pada Hanum yang membantunya. “What?” pekik Winda. “Eh … maksudku …” ralat Selina dengan wajah yang merona. Dia mengingat betul dan detail. Pangeran semalam terlihat gagah dengan memakai kemeja putih yang mencetak tubuhnya. Rambut yang diikat dengan rapi dan senyumannya yang tipis tapi mampu membuat hatinya berdebar-debar. Tak lupa tatapannya yang tajam seolah mengandung magis, menyihir siapa saja yang menatapnya. “Sudah, gak usah dira
Baca selengkapnya

228. Rumah untuk Selina

Sepulang dari pantai, Dave kembali melaksanakan rutinitasnya sebagai seorang psikiater. Dengan berat hati dia harus meninggalkan sang ibu di Jakarta. Dia pergi ke rumah sakit seperti biasa tetapi dengan perasaan yang berbeda. Seperti ada sebuah semangat luar biasa yang memacunya hari itu. Kadangkala dia tersenyum sendiri mengingat momen kebersamaannya dengan gadis yang dia cintai dalam diam.Sungguh dia ingin sekali mengutarakan isi hatinya, tak sabar. Andaikata ditahan terus khawatir meledak mirip gunung yang akan erupsi. Namun dia senantiasa berdoa dan meminta gadis itu dalam doanya. Sebab tak ada yang mampu menjangkau apapun selain doa.Seusai melakukan terapi pada pasien, dia memilih istirahat di ruang kerjanya dan sesekali menatap layar pintarnya. Diam-diam dia meminta orang suruhannya yang pandai memotret untuk memotret kebersamaannya dengan Selina malam itu.Seolah-olah mereka tengah melakukan candle light dinner padahal di sisi kanan dan kiri mereka ada bodyguard yang mematung
Baca selengkapnya

229. Perasaan yang aneh

“Maaf, sepertinya saya tidak jadi, Pak Aqsa dan Pak Yana. Mohon maaf mengganggu waktunya. Baru saja ibu saya mengirim pesan katanya sudah membeli unit apartemen,” jawab Dave dengan apa adanya. Memang betul sang ibu membeli apartemen tetapi lokasinya jauh dari rumah sakit. Intinya, dia mencari alasan.“Tidak apa-apa Dokter, santai saja,” jawab Aqsa dengan tersenyum tipis. Aqsa menghela nafas panjang. Lalu seketika pandangannya menyasar sekuntum bunga mawar putih yang mekar sempurna di halaman. Dia memetik tangkai bunga mawar tersebut dengan hati-hati lalu menghidu aromanya dalam-dalam.‘I do love you Selina,’ batinnya. Dia pun menaruh kelopak bunga mawar tersebut di atas meja taman.“Lagipula saya masih setengah hati juga menjual rumah ini,” desis Aqsa sedetik kemudian.Pernyataan Aqsa berhasil mengobarkan api cemburu dalam dada Dave.“Maaf, maksud Pak Aqsa bagaimana?”Sakit, tetapi Dave penasaran ingin mendengar cerita kelanjutannya.“Ini memang rumah saya, Dokter. Rumah impian yang s
Baca selengkapnya

230. Ternyata ibu kandung Selina ...

“Ya ampun, bercanda Selin. Kamu gak biasanya tegang begitu,”Ummi Sarah tergelak.“Apa ada yang lucu begitu?”“Dih, kenapa jadi cepet marah,”“Udah, ah, aku mau mandi,”“Ya sudah kamu mandi gih, bau! Di luar sudah ada tamu spesial,”“Tamu special siapa Ummi? Pasti si kembar ya?”Selina menerka-nerka.“Bukan .. si kembar belum bisa diajak jalan jauh dulu, soalnya rentan,”“Lalu siapa?”“Lihat saja keluar!”Selina langsung keluar dari kamarnya secepat kilat dengan menyambar hijab pastan dan langsung memakainya.Seorang wanita berwajah teduh dengan dahi keriput tersenyum tipis di hadapan Selina.“Masyaallah, Ceu Sari, kemana aja?”Selina langsung menghambur memeluk Ceu Sari, meluapkan segala kerinduan pada wanita yang telah lama bekerja di rumahnya.“Neng Selin, maafin Ceu Sari,” katanya dengan terisak.“Ngapain minta maaf? Ceu Sari gak salah apa-apa kok. Ummi, Ceu Sari gak salah, aku yang salah karena sudah melibatkan Ceu Sari,”“Tenang saja, Ummi sudah gak marah sama Ceu Sari juga sama
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
202122232425
DMCA.com Protection Status