Selina sudah kembali bergabung dengan teman-temannya. Hari ini mereka akan pulang ke Cianjur. “Cie, Cinderella yang lupa waktu pulang?” sindir Winda pada Selina yang tengah mengemas barang miliknya. “Aku kaget pas lihat jam tahu, jam setengah satu malam,” Selina bercerita dengan antusias. “Sudah bertemu dengan pangeran tampan?” selidik Hanum, membantu menjejal pakaian milik Selina ke dalam kopernya. Karena tenaganya besar dengan begitu mudah pakaian tersebut lolos ke dalam koper. “Um … udah,” jawab Selina keceplosan. “Makasih Bu Han,” ucap Selina pada Hanum yang membantunya. “What?” pekik Winda. “Eh … maksudku …” ralat Selina dengan wajah yang merona. Dia mengingat betul dan detail. Pangeran semalam terlihat gagah dengan memakai kemeja putih yang mencetak tubuhnya. Rambut yang diikat dengan rapi dan senyumannya yang tipis tapi mampu membuat hatinya berdebar-debar. Tak lupa tatapannya yang tajam seolah mengandung magis, menyihir siapa saja yang menatapnya. “Sudah, gak usah dira
Sepulang dari pantai, Dave kembali melaksanakan rutinitasnya sebagai seorang psikiater. Dengan berat hati dia harus meninggalkan sang ibu di Jakarta. Dia pergi ke rumah sakit seperti biasa tetapi dengan perasaan yang berbeda. Seperti ada sebuah semangat luar biasa yang memacunya hari itu. Kadangkala dia tersenyum sendiri mengingat momen kebersamaannya dengan gadis yang dia cintai dalam diam.Sungguh dia ingin sekali mengutarakan isi hatinya, tak sabar. Andaikata ditahan terus khawatir meledak mirip gunung yang akan erupsi. Namun dia senantiasa berdoa dan meminta gadis itu dalam doanya. Sebab tak ada yang mampu menjangkau apapun selain doa.Seusai melakukan terapi pada pasien, dia memilih istirahat di ruang kerjanya dan sesekali menatap layar pintarnya. Diam-diam dia meminta orang suruhannya yang pandai memotret untuk memotret kebersamaannya dengan Selina malam itu.Seolah-olah mereka tengah melakukan candle light dinner padahal di sisi kanan dan kiri mereka ada bodyguard yang mematung
“Maaf, sepertinya saya tidak jadi, Pak Aqsa dan Pak Yana. Mohon maaf mengganggu waktunya. Baru saja ibu saya mengirim pesan katanya sudah membeli unit apartemen,” jawab Dave dengan apa adanya. Memang betul sang ibu membeli apartemen tetapi lokasinya jauh dari rumah sakit. Intinya, dia mencari alasan.“Tidak apa-apa Dokter, santai saja,” jawab Aqsa dengan tersenyum tipis. Aqsa menghela nafas panjang. Lalu seketika pandangannya menyasar sekuntum bunga mawar putih yang mekar sempurna di halaman. Dia memetik tangkai bunga mawar tersebut dengan hati-hati lalu menghidu aromanya dalam-dalam.‘I do love you Selina,’ batinnya. Dia pun menaruh kelopak bunga mawar tersebut di atas meja taman.“Lagipula saya masih setengah hati juga menjual rumah ini,” desis Aqsa sedetik kemudian.Pernyataan Aqsa berhasil mengobarkan api cemburu dalam dada Dave.“Maaf, maksud Pak Aqsa bagaimana?”Sakit, tetapi Dave penasaran ingin mendengar cerita kelanjutannya.“Ini memang rumah saya, Dokter. Rumah impian yang s
“Ya ampun, bercanda Selin. Kamu gak biasanya tegang begitu,”Ummi Sarah tergelak.“Apa ada yang lucu begitu?”“Dih, kenapa jadi cepet marah,”“Udah, ah, aku mau mandi,”“Ya sudah kamu mandi gih, bau! Di luar sudah ada tamu spesial,”“Tamu special siapa Ummi? Pasti si kembar ya?”Selina menerka-nerka.“Bukan .. si kembar belum bisa diajak jalan jauh dulu, soalnya rentan,”“Lalu siapa?”“Lihat saja keluar!”Selina langsung keluar dari kamarnya secepat kilat dengan menyambar hijab pastan dan langsung memakainya.Seorang wanita berwajah teduh dengan dahi keriput tersenyum tipis di hadapan Selina.“Masyaallah, Ceu Sari, kemana aja?”Selina langsung menghambur memeluk Ceu Sari, meluapkan segala kerinduan pada wanita yang telah lama bekerja di rumahnya.“Neng Selin, maafin Ceu Sari,” katanya dengan terisak.“Ngapain minta maaf? Ceu Sari gak salah apa-apa kok. Ummi, Ceu Sari gak salah, aku yang salah karena sudah melibatkan Ceu Sari,”“Tenang saja, Ummi sudah gak marah sama Ceu Sari juga sama
Hari ini Selina berencana akan pergi ke Bandung untuk kontrol ke rumah sakit jiwa seperti biasa. Dia sudah bersiap-siap sejak pagi buta. Namun saat Ummi Sarah mengeceknya ke dalam kamar, Selina tidak ada di sana.“Selin, apa kamu sudah siap?” tanya Ummi Sarah mengecek Selina di kamarnya. Dia mengedarkan pandangannya tetapi tidak ada. “Ceu lihat Selina?” tanya Ummi Sarah saat mendapati Ceu Sari tengah merapikan buku-buku Selina yang berserakan.“Tadi udah keluar, katanya mau datengin Adam khawatir terlalu siang ke rumah sakit,” jawab Ceu Sari.“Dih ini anak, padahal tunggu aja,” Ummi Sarah mendengus kesal. “Adam emang di mana Ceu?”“Adam masih di Cipanas,”“Jadi Selina nyamper Adam ke Cipanas gitu?” tanya Ummi Sarah terlihat khawatir.“Ya ampun, Ummi, masa iya sih,”Selina tiba-tiba datang memeluk umminya, yang mungkin menganggapnya seperti anak kandung sendiri. Namun perasaan Selina sedikit berubah sebab dia merasa Ummi Sarah adalah orang lain. Dalam kesendirian dan kesunyian dia me
Mendengar Selina bernyanyi, Lena terkesiap dan tersenyum. Mereka terus bernyanyi. Kini semua orang dikejutkan oleh sikap Selina yang berani ditambah suaranya yang merdu nan lembut.Tanpa sadar Selina mendekati Lena dan terlihat berbincang dengannya.“Suara Mbak Lena bagus. Mbak Lena penyanyi kafe yang di Jakarta itu ‘kan?”“No! Aku nyanyi di cafe Bali, Dj juga,” jawab Lena.Selina mengarang cerita. Benar saja, Lena tertawa melihat respon Selina dan tanpa sadar melepas anak perempuan itu. Anak gadis itu berhasil berlari ke arah ibunya dengan terisak. Sementara itu Selina masih mengajak ngobrol Lena, perempuan yang didiagnosa menderita schizophrenia meskipun dengan perasaan takut.Dave yang baru saja keluar dari ruangannya ikut heran melihat beberapa orang berkerumun mirip semut di koridor dekat ruang farmasi. Beberapa staf rumah sakit menceritakan apa yang terjadi. Mereka menceritakan ada seorang gadis yang nekad mendekati pasien bernama Lena yang tengah mengamuk.“Astagfirullah, nekad
Selina menoleh reflek pada lelaki yang berada di belakangnya. “Aa Adam?” ucap Selina melihat Adam di sana. “Aa, sudah tahu Shiza dirawat di sini?”“Sudah,” jawab Adam singkat.“Mari masuk Adam, Selina!” ajak Rakha pada mereka. Selina yang melihat perlakuan Rakha pada Adam, merasa aneh sebab tak biasanya Rakha bersikap baik pada sang kakak, apalagi setelah adegan pukul memukul dulu.Tanpa banyak tanya, Selina mengekori Rakha dan Adam masuk ke dalam ruangan di mana Shiza dirawat. Terlihat Shiza tengah duduk dengan tatapan kosong. Di sampingnya ada seorang perawat yang senantiasa mendampinginya. Perawat tersebut sedang berusaha menyuapi makan Shiza sebab semenjak dia dibawa ke sana dia tidak mau makan. Dia hanya diinfus agar tidak dehidrasi dan kelaparan. Berbagai cara telah dilakukan oleh ke dua orang tuanya termasuk sang kakak untuk membujuknya makan. Nihil, dia tidak mau.“Mbak, makan dulu yuk?” pinta sang perawat.Shiza tak menyahut. Hanya ada air mata yang berderai melalui pipinya
Tanpa menunggu lama, Dave menghubungi Dewi dan ingin bertemu dengannya. Namun nomor Dewi tak bisa dihubungi. Lantas dia menghubungi Dinda yang tak lain asistennya Dewi. Dia pun sama tidak mengangkat telepon darinya. Dewi telah mengganti nomor teleponnya sebab nomor sebelumnya diketahui oleh Rayyan, mantan suaminya atau ayah kandung Selina. Dewi sama sekali tidak ingin berkomunikasi dengan lelaki tersebut. Bahkan dia tidak tahu jika Rayyan mengalami kecelakaan. “Sepertinya aku harus ke Jakarta langsung,” gumam Dave. Dave sudah tak sabar ingin melamar Selina. Oleh karena itu dia memutuskan untuk segera menemui ibu kandung Selina agar dia pun bisa mengetahui ayah kandung Selina. Selina baru akan melepas lajangnya jika dia sudah bisa menemukan ibu kandungnya-yang tak lain Miss Dera, pasien Dave. Dave sudah berada di depan pintu apartemen. Dia lalu memencet bel. Seorang pemuda yang seumuran dengannya keluar. Lelaki bertubuh tinggi tegap, berwarna kulit kuning langsat dengan mata segaris.
Sebulan kemudian Hari paling bahagia telah tiba. Pernikahan Dave dan Selina berlangsung meriah, dilaksanakan di sebuah resort milik Meliani di mana memiliki konsep nature atau alam. Selina sangat menyukai pemandangan alam sehingga dia memilih mengadakan acara walimah dan resepsi di ruangan outdoor atau terbuka. Ada banyak pepohonan pinus yang rimbun dan hijau. Dekorasi didominasi warna putih dengan aneka bunga mawar warna-warni di mana-mana. Sebuah lantunan sholawat syahdu dan merdu terdengar. Acara ijab qabul dilaksanakan terpisah. Hanya dihadiri oleh penghulu, calon mempelai lelaki Davendra Diraya,wali Selina yang tak lain Rayyan Sanjaya, saksi yaitu Ustaz Bashor dan Adam serta kerabat. “Qobiltu Nikahaha Wa Tazwijaha Hafla Selina Almaqhvira binti Rayyan Sanjaya Alal Mahril wa madzkuur ala radhiitu bihi wallahu waliyyu taufiq,” Dave mengucapkan kalimat ijab kabul dalam bahasa Arab dengan lantang. Dia mengucapkan puji syukur karena lancar membaca ijab qabul. Terlihat dia begitu bah
Selina memasukkan surat tersebut ke dalam amplopnya lagi. Selepas sekolah dia meremas surat tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah. Tidak ada waktu meladeninya.Jika Selina mau membuktikan foto tersebut dia hanya perlu meminta bantuan Dave dan Arman. Dave akan menjelaskan soal foto-foto tersebut dengan lebih gamlang. Mungkin di resort milik ibunya Dave ada CCTV yang akan menampilkan sosok orang yang diam-diam menguntitnya dan mencuri foto dirinya dengan angle yang menyudutkan posisi Selina.Adapun Arman akan menjelaskan soal foto dirinya saat keluar dari dokter kandungan. Selina hanya mengantar Nunik Nirmala dan Arman mengetahui hal tersebut.Selina merasa tidak terima perlakuan Ummi Sarah yang seolah meragukannya. Hatinya perih saat diinterogasi olehnya. Jalan yang terbaik adalah Selina ingin keluar dari kehidupan ke dua orang tua asuhnya dan menjalani kehidupannya sendiri. Dia tak ingin menjadi beban keluarga apalagi mereka adalah keluarga agamis.Sudah beberapa hari Selina tin
“Tentu saja Dokter. Saya akan memberi restu. Andra sudah menceritakan segalanya. Saya ingin Anda menjaganya dan menyayanginya dengan tulus. Saya merasa menyesal karena terlambat mengetahuinya. Nasi sudah menjadi bubur. Mungkin ini hukuman dunia bagi saya karena telah menyia-nyiakan orang yang mencintai saya dengan tulus,”Rayyan menunduk lesu.“Sabar ya Pak Rayyan, Anda sudah bertindak benar. Menyadari kesalahan dan ingin memperbaikinya. Yang terpenting sudah berusaha.”“Kamu masih muda, terlihat dewasa cara berpikirnya,”Dave menaikkan alisnya sebelah. “Masih muda? Yang benar saja Pak. Saya sudah kepala tiga,”Beberapa orang sering mengatakan hal serupa.“Serius?”“Iya, covernya saja terlihat dua puluh,”Akhirnya ke dua pemuda tampan yang berbeda usia tersebut tertawa bersama untuk pertama kalinya. Mereka berjalan beriringan keluar dari lobi apartemen sembari terus berbincang.“Ngomong-ngomong, apa hubungan Pak Rayyan dengan Andra?”“Andra anak teman saya, Darius. Saya, Darius dan Di
Mahendra mengunjungi Dave di apartemennya. Dia ingin mempertemukan seseorang padanya.“Seseorang ingin bertemu denganmu,” ucap Mahendra merangkul pundak sahabatnya.“Siapa? Sejak kapan kamu bikin penasaran,”“Ayah kandung Selina,” bisik Mahendra ke telinga Dave. Dave terkejut sekali mendengar perkataan temannya. “Bela-belain langsung terbang dari Singapura. Padahal kakinya masih sakit akibat kecelakaan.”“Jangan bercanda, Andra!”Dave tertawa renyah.“Kalian bisa mengobrol empat mata,”“Baiklah,”Dave melirik sekilas pada lelaki paruh baya yang sangat tampan di belakang Mahendra. Dia berjalan dengan langkah lamban seperti tengah kesakitan. Dave mengulurkan tangannya terlebih dahulu padanya dan memperkenalkan diri.“Saya Davendra Diraya. Biasa dipanggil Dave,” ucap Dave dengan menampilkan senyum terbaiknya.“Saya Rayyan Sanjaya,” ucapnya dengan penuh wibawa.Dave seketika tertegun melihat penampilan Rayyan dan cara bicaranya. Dia bukan lelaki biasa. Dari penampilannya saja terlihat ber
Dave merasa bersalah karena telah membuat Selina menunggu kabar darinya. Mendadak, dia memiliki urusan penting di mana dia harus menangani pasien yang ternyata salah satu karyawan sang ibu-yang tengah berusaha mengakhiri hidupnya akibat depresi dengan meloncat dari rooftop gedung. Dengan kemampuannya Dave berhasil membujuk karyawan tersebut untuk mengurungkan niatnya. Padahal masalahnya sepele. Lelaki yang baru berusia dua puluh lima tahun itu baru saja memergoki kekasihnya selingkuh.Setelah semua masalahnya usai, Dave langsung memencet nomor Selina. Namun Selina tidak mengangkat teleponnya sebab dia tidak mengaktifkannya.‘Pasti my Selin marah,’ gumamnya.Tak menyerah, kali ini Dave benar-benar nekad. Dia mengirim voice note.[Assalamualaikum Sel, maaf aku baru bisa menghubungimu sebab ada urusan yang harus aku selesaikan.Sel, maaf, aku tak bisa bertemu apalagi berbincang denganmu langsung. Suatu hal yang sulit sebab aku tahu kamu begitu menjaga jarak dengan lawan jenis. Maaf, aku
“Ummi, ada lagi yang bisa saya bantu?” tanya Rois.“Tidak ada, makasih Kang! Tolong jangan sampe bocor ya!” Sekali lagi Ummi Sarah menegaskan. Dia masih tidak percaya dengan foto-foto yang menampilkan wajah putri cantiknya.“Iya, Ummi, tenang aja. Seperti yang Ustaz katakan, jika kita menutup aib orang lain kelak di akhirat Allah akan menutup aib kita, Ummi,” ucapnya dengan begitu sopan.“Masyaallah, betul Kang,”Ummi Sarah kagum dengan respon Rois tersebut. Sempat terpikir ingin menjodohkan Selina dengan pemuda itu tetapi usianya jauh di bawah Selina.Selepas ashar, Ummi Sarah langsung menghampiri Selina yang baru saja pulang mengajar. Selina terlihat sudah mandi dan tengah duduk seperti biasa di meja belajar sembari memainkan kelopak bunga mawar warna-warni dalam vas bunga kaca.“Ummi boleh masuk?” ujar Ummi Sarah di ambang pintu kamarnya.“Ya,” jawab Selina singkat.“Ummi ingin bicara denganmu,”“Ya, bicaralah!” “Ummi percaya padamu. Tapi Ummi hanya ingin kamu menjelaskan soal fo
Ummi Sarah menarik nafas dalam setelah melihat foto-foto Selina yang dia peroleh dari tangan Ceu Sari. Dilihatnya lekat-lekat foto tersebut satu per satu. Betul memang foto tersebut foto-foto Selina. Namun lelaki yang bersamanya tidak terlihat wajahnya. Hanya terlihat saja tubuhnya yang menjulang tinggi.“Bagaimana Ummi? Foto itu fitnah bukan?” seru wanita yang melempar foto tersebut ke arahnya. Lalu dia pergi meninggalkan kerumunan.“Sepertinya telah terjadi kesalahpahaman. Silahkan bubar kalian semua!” seru Ummi Sarah pasrah pada para orang tua santri. Mereka tidak bisa diajak kompromi lagi terlebih adanya foto-foto tersebut yang semakin membuat spekulasi yang di luar kendali. Ummi Sarah langsung melambaikan tangannya pada Rois, menyuruhnya untuk membubarkan mereka setelah membawa anak mereka.Beberapa anak menolak dijemput oleh ke dua orang tua mereka. Bahkan ada yang sampai menangis tak ingin pulang karena sudah betah tinggal di pesantren. Mereka berlarian pada Ummi Sarah, mencium
“Ceu, Ummi mau mendatangi mereka saja,” ucap Ummi Sarah seraya merapikan kerudungnya. Perlahan, Ummi Sarah menggerakan tangannya untuk menarik knop pintu rumah. Saat pintu terbuka tampaklah pemandangan para orang tua murid santri kelas tsanawiyah atau setingkat SMP tengah berkerumun di halaman rumah. Mereka langsung mendelik pada pintu dan menatap Ummi Sarah dengan tatapan yang tajam. “Ummi, saya mau mencabut anak saya dari pondok. Namanya Syamsul Hamid,” seru salah satu ayah santri. “Saya juga mau menjemput anak saya, Putri Annisa Lavina,” “Sebentar, sebentar, mohon maaf Ayah dan Bunda. Mari masuk terlebih dahulu. Kita bicara di dalam,” tawar Ummi Sarah bersikap sopan. Yang benar saja, mereka mengobrol masih di halaman itu pun dalam keadaan berdiri. “Tidak! Kami tidak sudi masuk ke rumah Anda, Ummi,” pekik salah satu orang tua murid yang lain. “Iya, jangan banyak basa-basi! Sudahlah jangan munafik kalau jadi orang! Saya sebagai orang tua murid sangat kecewa pada Ummi dan Ustaz
Sambungan telepon dari Davendra Diraya kembali terdengar di telinga Selina. Gegas, Selina menyambar ponselnya dengan kecepatan sepersekian detik. Terlihat sangat bersemangat. Tanpa ba-bi-bu Dave berucap salam lalu mengatakan maksud pembicaraannya yang tertunda.[Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku … suka sama kamu, Sel! Aku jatuh cinta padamu. Aku ingin melamarmu,] ucap Dave dengan serius.[Apa?]Selina yang mendengar perkataan Dave via telepon benar-benar terkejut. Tak percaya jika memang dokter yang menjelma guardian angel yang selalu menolongnya tersebut menyatakan cinta padanya. Dia mengipasi wajahnya yang bersemu merah beberapa kali.[Maukah kamu menerima cintaku? Kamu tidak perlu menjawab sekarang. Aku bersedia menunggu. Jika kamu bersedia, aku akan merasa menjadi seorang lelaki yang paling beruntung di dunia ini. Aku akan melamarmu langsung pada Abahmu, kalau perlu hari ini juga,] katanya begitu bersemangat.[Um … ][Baiklah, kamu pasti syok aku menembakmu melalui sambungan te