“Why not?” desis Dave.“Um, Dave … dia gadis yang aku sukai. Aku sudah datang taaruf pada ke dua orang tuanya …” ucap Mahendra dengan lesu.Dave pun terkekeh. “Sudah kuduga! Pasti ada banyak lelaki yang mengejarnya. Tapi aku akan bersaing dengan siapapun termasuk kamu,”“Termasuk aku … huh! Tapi dulu Dave. Soalnya sekarang aku sudah married,” katanya pasrah.“Nah itu aku gak tahu itu proses apa taaruf, makanya aku mau tanya,”“Ya taaruf itu ibarat perkenalan doang. Kalau kita tahunya pacaran kan. Tapi kalau taaruf sebatas saling memperkenalkan diri dan lain-lain. Lalu khitbah atau melamar. Nah, jarak antara khitbah dan nikah itu tak boleh lama, harus buru-buru agar tidak menimbulkan fitnah. Gitu deh, prosedur secara syariat agama,” papar Mahendra dengan sedikit masam.“Hei, kok bete gitu? Kamu ‘kan sudah married?” kata Dave terkekeh.“Seharusnya aku yang jadi pahlawan Selina … tapi ya sudahlah. Emang takdir bukan jodohnya. Aku akan mendukungmu jika kamu serius,”Mahendra membuang nafa
Fadel merenggangkan pelukannya pada sang mertua lalu terukir senyum haru di wajahnya.“Hawa sudah melahirkan anak kembar dengan selamat,” katanya dengan menyeka air matanya dengan punggung tangannya.“Alhamdulillah,” ucap Ustaz Bashor dengan mengusap wajahnya.Semua berucap syukur.“Hawa melahirkan bayi prematur. Jadi dedek bayi di dalam inkubator, Abah, Ummi,” papar Fadel dengan tak bisa menahan rasa bahagia.“Bang Fadel bikin kita jantungan nih! Dikira Teh Hawa kenapa-kenapa,” omel Adam mendecak sebal melihat kakak iparnya memang kadang menyebalkan.“Maaf, habis saking terlalu seneng,” ucap Fadel dengan terkekeh masih dalam isaknya. “Setelah penantian bertahun-tahun,”“Allah, makasih banget aku jadi Aunty,”Selina mengucap syukur dengan mata yang berbinar.“Selamat ya Fadel! Kamu resmi jadi seorang ayah,”Ummi Sarah menepuk pundaknya.“Ayo, aku tak sabar pengen lihat teh Hawa dan dedek bayi. Ya ampun Bang Fadel bikin bayinya dirapelin,” cicit Selina sembari berjalan mengikuti Fadel
“When will you marry, Dave?” tanya Johan dengan suara yang parau. Dia baru saja pulang dari rumah sakit karena penyakitnya kambuh.“Soon, Dad!” jawab Dave dengan antusias.“Daddy harap kamu bisa segera menikah. Sebelum Daddy pergi,” ucapnya dengan lirih. Seolah harapan hidupnya tinggal sebentar lagi mengingat usianya sudah mulai senja dan penyakit yang dideritanya bukan penyakit biasa tetapi penyakit serius, komplikasi diabetes dan ginjal.“Dad, jangan pikir macam-macam! Insyaallah, Daddy akan lihat aku menikah. Doakan aku agar bisa melamar gadis yang kucintai segera,” Dave berpindah tempat, dari sofa ke sisi ranjang. Bagaimanapun diam-diam dia seringkali mengunjungi sang ayah tanpa sepengetahuan Meliani. Hal tersebut berlangsung sejak dia duduk di bangku sekolah dasar di mana Meliani mulai sibuk dengan karirnya sebagai pengusaha.Dave bukan anak yang pendendam, dia menyayangi ke dua orang tuanya adil terlepas siapa yang salah-yang menyebabkan perceraian ke duanya terjadi. Dan, dia p
Sepanjang jalan Rayyan juga diliputi kesedihan teramat sangat, dia ternyata punya seorang putri yang sangat cantik dan mirip dengannya. Dia tak sabar ingin bertemu dengannya. “Nak, tunggu Papamu datang!” ucapnya sembari melajukan kendaraan mewah membelah jalanan kota Bandung.Semenjak pulang dari luar negeri, dia seringkali membesuk Alana dan Mahendra. Alasannya karena Alana anak dari Dirgantara yang berarti keponakannya. Dia berjanji akan menjaga mereka, Alana dan Kiran dengan baik untuk membayar kesalahannya di masa silam. Perkiraannya, putrinya seumuran dengan Anisa, kakaknya Alana.Rayyan pernah bertemu dengan Selina saat di hotel di mana Selina sedang melakukan bimbingan lomba antar sekolah saat itu. Dia tak sengaja bertabrakan dengan Selina dan melihat Selina begitu mirip dengan Dewi saat masih muda dan bentuk matanya mirip dengannya. Penasaran dengan gadis itu hingga menyuruh suruhannya mencari tahu tentangnya.Kebenaran menyertainya sehingga dia seolah dituntun takdir bisa me
“Semua orang berbohong padaku. Mungkin, itu bayaran yang pantas bagiku karena telah menyia-nyiakan Dewi. Sungguh aku tidak tahu jika Sophia bisa bersikap nekad, melukainya. Tapi tenang saja, Sophia tidak akan menginterupsi kehidupanku lagi. Jadi tolong katakan sebenarnya!”Rayyan ingin mendengar kisah Dewi tentunya dari versi Darius.“Aku tidak tahu Rayyan. Aku tidak mengurus soal kehidupan asmaramu. Aku terlalu sibuk,” katanya terkekeh hambar. Bersikukuh Darius tak ingin membuka suaranya. Dia hanya memegang janjinya pada Dewi kala itu untuk tidak mengatakan sesungguhnya pada Rayyan soal putri kandungnya mengingat bisa membahayakan semua orang.“Aku sudah bertemu dengan Dewi sebelum aku mengalami kecelakaan. Sama seperti dirimu, dia awalnya tidak menceritakan apapun. Darius, aku punya mata dan telinga, aku sudah suruh orang mencari keberadaan putriku.Allah masih memberikan kesempatan padaku untuk bertemu dengan putriku. Kamu tahu, aku bertemu dengannya secara tak sengaja. Namun insti
“Tuh kaget juga,” tukas Mahendra.“Uby tahu semua rahasia Om Rayyan? Kenapa tidak memberitahuku dari awal?”“Syut! Aku juga baru tahu setelah mendesak Papa cerita soal foto itu. Maaf, aku lancang dan mengambil foto itu diam-diam demi mengungkap kebenaran,” jelas Mahendra dengan merendahkan suaranya. “Aku kaget banget pas ketemu Om mu di pemakaman Teh Anisa. Dia ternyata ayahnya Selina. Kasihan gadis itu, gagal taaruf karena dikira nasabnya gak jelas, anak dari siapa,”“Oh begitu. Jadi … aku masih sepupuan dengan Teh Selina dong?”Mahendra mengangguk. Memang sekilas wajah Alana dan Selina terlihat mirip dari warna kulitnya yang putih.“Uby, apa masih menyukai Teh Selin?” Tiba-tiba Alana menanyakan perasaan Mahendra pada sepupunya itu.Mahendra terlonjak kaget tentunya. Dasar perempuan, dalam situasi seperti itu saja masih bisa-bisanya menanyakan soal perasaan.“Insyaallah, enggak! Di hatiku hanya ada namamu yang terukir, A-L-A-N-A. Soal Selina itu hanya masa lalu dan kamu adalah masa
Dave mengingat pembicaraannya seminggu yang lalu dengan salah satu rekan Selina yang tak lain Winda. Dia memperoleh informasi apapun tentang Selina darinya. Bukan Dave namanya jika tidak bersikukuh memperoleh apa yang dia inginkan.Begitulah definisi taaruf ala Davendra Diraya. Dia mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan Selina lewat teman, kerabat hingga santri yang mondok di sana. Dia sampai tahu betul semua hal yang berkaitan dengan gadis itu. Dimulai dari sikapnya yang manja saat berhadapan dengan ke dua orang tuanya, sikap usilnya saat berhadapan dengan Adam sang kakak, sikap empatinya termasuk sikap keras kepalanya yang pantang menyerah mencari sang ibu. Semua Dave ketahui dari orang suruhannya yang diperintah olehnya seperti seorang detektif selain dari Winda.Pun, kebiasaan-kebiasaan yang senantiasa dia lakukan seperti suka membaca dan menulis sajak, merawat bunga. Hingga terpikirkan oleh Dave ingin sekali memberinya bunga mawar kesukaannya. Informasi yang paling akurat
“Aku takut Bu El ke pantai dan …” seru Selina terpotong.“Dan Elvira terbawa arus?” timpal seseorang dari belakang. Sontak membuat Selina, Hanum dan Winda berjengit kaget.“Kiya …” pekik Winda yang tampak paling terkejut di antara yang lain. “El, kok bisa di situ?”Senyap, Elvira seperti seorang ninja yang muncul tiba-tiba di belakang mereka.“Bisa! Kalian mau ngerjain aku?”Elvira memasang wajah masam. Dia melipat tangannya di dadanya dan menyandarkan punggungnya dengan sebelah kaki menekuk pada pilar yang kokoh tersebut.“Sorry Bu El,” ucap Selina merasa bersalah.“Hem,” Elvira hanya bergumam.“Peace, El! Habis kamu main hape terooos, bosan aku lihat,”Hanum tertawa sedangkan Selina membekap mulutnya. Elvira sama sekali tak marah dengan apa yang dilakukan temannya padanya. Dia malah memainkan ponselnya lagi sembari mengajak mereka berswafoto.“Cheese!” serunya pada mereka semua. Mereka menggelengkan kepala melihat tingkah Elvira yang seolah tak terjadi apa-apa.“Dasar aneh!” Winda