“Jadi bagaimana perasaan Ibu? Apa Ibu masih mendengar suara-suara bisikan begitu?” tanya seorang psikiater pada seorang pasien yang menderita schizophrenia.“Kadang, dok. Kadang masih ada yang membisikan bahwa aku harus meloncat dari jembatan,” katanya terkekeh.“Baiklah, aku akan resepkan obat yang sama nanti tinggal ditebus di bagian farmasi. Ibu jangan lupa minum obat biar lekas sembuh dan bisa menjalani kehidupan yang normal,” papar psikiater yang berwajah tegas itu dengan meyakinkan.“Iya, dokter Davendra, terima kasih!” ucapnya sembari mengulurkan tangannya pada Dave. Pasien berusia paruh baya itu keluar dari ruangan itu lalu menyusul kemudian seorang perempuan cantik dan seksi masuk.“Halo dr. Dave!” sapanya langsung duduk di kursi tanpa canggung.“Wah sudah lama tak bertemu, sehat Miss?” tanya Dave dengan ramah.“Seperti yang kamu lihat, tubuhku sehat tetapi jiwaku masih bermasalah Anak muda!” “Aku merasa aneh disebut anak muda. Aku sudah kepala tiga Miss,” sahut Dave tertawa
“Yang benar aja! Aku baik-baik aja kok, cuma gak bisa tidur aja,” Selina tak mungkin berkonsultasi dengan lelaki yang mungkin bisa membangkitkan perasaan ‘sesuatu’ dalam hatinya.“Aku punya teman kuliah, dulu dia mengalami insomnia. Pas ditelusuri ternyata dia memang punya masalah yang membuatnya kesulitan tidur. Awalnya mungkin gak bisa tidur lalu lama kelamaan jadi sakit-sakitan. Akhirnya dia pergi ke psikiater dan sembuh deh. Jangan dianggap remeh Bu Selin!” papar Winda dengan serius.Selina mengingat-ingat apa yang dia rasakan setelah peristiwa itu dan memang benar, kejiwaannya sedikit terganggu. Dia jadi begitu mudah menangis saat sendiri, susah tidur dan jika melihat orang berpakaian hitam dengan tubuh tinggi tegap tubuhnya seketika melemas karena ketakutan.“Jadi aku harus pergi ke psikiater gitu?” tanya Selina.“Iya, coba tanya Om dokter. Dia ‘kan psikiater, bisa menyembuhkan insomnia sekalian menyembuhkan penyakit patah hati,” katanya terkekeh.“Ish, Bu Winda memang nyebeli
“Nisa gak mau nerusin khitbah,” ucap Adam bernada sedih.“Ap-pa?”Selina seketika terkesiap.“Tadi dia telepon. Suaranya terdengar lemah sekali. Padahal kemarin dia sudah pulang ke rumah dan sekarang sudah dilarikan lagi ke rumah sakit. Dia merasa umurnya tak lama lagi jadi dia memutus-kan …” papar Adam dengan suara yang berat, menahan tangis. Awalnya Adam merasa suka pada Shiza tetapi dia tahu diri, tak merawat rasa itu demi sang adik agar bisa bersama dengan Aqsa. Lambat laun perasaannya pada Shiza hanyalah sebatas rasa kagum yang begitu saja mudah dilupakan. Sampai pada pertemuan dia dengan Anisa, yang cukup membuat hatinya kembali hidup. Dia menyukai Anisa pada pandangan pertama dan menganggap bahwa Anisa adalah cinta pertamanya sebab kehadirannya mampu membuat jantungnya berdebar kencang.“Aa, memang terdengar berat sekali. Dan, mungkin ini juga akan sulit saat dijalani, Aa,”Selina mencoba berpendapat. Penyakit yang diderita Anisa kronis dan menurut medis hanya dua puluh persen
Ustaz Bashor langsung memberitahu kabar meninggalnya Anisa pada Ummi Sarah. Seperti halnya dirinya, Ummi Sarah pun tak kalah terkejut mendengarnya.“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Apa benar itu Abah?” tanya lagi Ummi Sarah tak percaya dengan apa yang dia dengar.“Iya, Ummi. Abah pun gak percaya sebab kemarin Bu Kiran juga masih menghubungi dan memang sempat meminta doa. Dan, anehnya Anisa tak ingin dibesuk,”Ustaz Bashor mengusap wajahnya.“Ya Allah, padahal baru kita bahas. Ummi juga baru dapat kabar dari Fadel kalau dia sudah menemukan dokter yang bagus yang tinggal di Singapura. Tadinya Ummi pengen Adam nikahin dia lalu bawa dia berobat biar enak ke sana kemari sebab sudah halal. Namun Allah ternyata lebih menyayanginya, mencabut rasa sakitnya lebih dulu …”Ummi Sarah memeluk suaminya dengan terisak. “Kasian Adam,”“Inilah takdir mubram Ummi, takdir kematian mutlak Allah yang menentukan,” ucap Ustaz Bashor memejamkan matanya dan mengusap kepala sang istri dengan begitu lembut.
“Mas? Jangan kurang ajar!” pekik Selina. Diam-diam, Aqsa mengikutinya. Sengaja, dia tak bisa menahan diri untuk bertemu dengannya lagi apalagi setelah mengalami penculikan. Dia merupakan salah satu yang merasa kehilangannya. Dia begitu merindukannya.Selina tak senang sama sekali bertemu dengan cara seperti itu kendati dia begitu kagum dengan sosok lelaki yang berada di hadapannya. Dia berusaha mengabaikannya dan melenggang pergi meninggalkannya.“Jangan dulu pergi!”Aqsa mencekal tangannya. “Aku rindu padamu … setiap hari aku rindu melihatmu, apalagi saat tahu kamu diculik, aku merasa hidupku hancur,”“Lepasin!” seru Selina dengan geram. Jelas, dia tak suka diperlakukan seperti itu. “Istigfar Mas! Mas itu bukan siapa-siapa aku!”Aqsa langsung melepas tangan Selina.“Maaf, Mas lepasin, tapi … tolong dengarkanlah Mas!” serunya dengan merendahkan suaranya. Selina hanya diam tergugu dan menundukan pandangannya.“Mas gak peduli, sampai kapanpun Mas cuma sayang dan cinta sama kamu Selin. Z
Di pesantren, Ustaz Bashor sengaja mengadakan pengajian yasinan setelah magrib untuk Anisa. Ummi Sarah, Selina, Hawa dan Fadel serta merta ikut mengaji alquran, mendoakan Anisa.Seusai mengaji Selina kembali ke kamarnya dan melihat ponselnya berkelap-kelip di atas meja. Dia pun segera mengangkat teleponnya. Panggilan dari Shiza.[Assalamualaikum,] seru Shiza di luar sambungan.[Waalaikum salam warohmatullah,][Kamu sudah sampai rumah jam berapa? Maaf aku tadi gak bisa ngobrol banyak,] [Tidak apa-apa, Za. Lagian lagi berkabung, kondisinya gak tepat kalau kita ngobrol,][Um, bagaimana Aa Adam? Aku bayangkan dia pasti sangat kehilangan Anisa. Jangan salah paham ya bukan berarti Anisa telah pergi lantas aku merasa senang mendengarnya.][Aku gak kepikiran ke arah sana Za. Yang pasti kita semua terpukul dengan kepergian Teh Anisa yang begitu mendadak. Kasihan, sakitnya memang ternyata sudah kronis. Aa Adam mungkin yang paling terpukul selain keluarganya. Dia masih belum pulang,][Apa? Kema
“Seseorang?” tanya Adam acuh tak acuh.“Um, iya seseorang tengah menanti kehadiran Aa untuk menjemputnya. Seseorang yang disebut jodoh-yang dirahasiakan oleh Allah. Jangan sampai kita jagain jodoh orang kalau kata anak jaman now,”Selina terkekeh pelan.“Iya, Aa ngerti! Kamu gak perlu jelasin panjang lebar, Selin.”Adam bangkit dan menatap adiknya dengan lekat. “Aa salut padamu. Benar-benar salut …”“Hem?”“Kamu memang gadis yang tegar. Jika Aa tak bisa memperoleh Anisa, Aa pengen gadis seperti kamu,”“Euh?”“Iya seperti kamu, tidak hanya cantik tapi … baik dan tegar,”Selina tersanjung mendengar pujian kakaknya. Bisa jadi Adam kembali ke mode default, alias tak terpuruk lagi.“Masa sih?” ucap Selina mendecak sebal.“Tapi itu tak mungkin,” katanya lagi lemah.“Sudah-sudah, Aa jangan galau lagi. Kalau Aa galau lalu sakit, aku juga jadi ikut galau dan ikut sakit,” ucap Selina dengan cemberut.“Gak boleh! Kamu harus sehat selalu, Dek! Takkan kubiarkan kamu sakit,”“Kalau gitu, senyum do
Wanita itu pun bangkit dan berdiri mengikuti Selina yang menarik tangannya. ‘Gadis ini baik. Dia selalu menolong orang …’ batin wanita tua itu, yang tak lain ibunya Dave. Meliani. “Gak kenapa-kenapa, cuma heelnya aja patah,” jawab Meliani dingin. Dia pun melepas stilettonya dan memilih telanjang kaki. “Aneh, sepatu mahal kok bisa patah!” gerutunya lagi. Selina yang mendengarnya hanya tersenyum. Dia merasa iba melihat kaki wanita itu telanjang dengan jari-jari yang keriput. Dia memutuskan melepas sepatu pump shoes yang dikenakannya sebab dia masih memakai kaos kaki tak seperti wanita tadi. Benar-benar polos. Selina berjongkok lalu memasangkan sepatu pump shoes yang ternyata cukup muat di kaki Meliani. “Kamu mau ngapain?” katanya kaget. “Ibu, pakai sepatu aku, biar gak sakit,” ucapnya dengan memaksakan memakaikan sepatu miliknya. “Nah, pas di Ibu,” “Tapi kamu … gak pake sepatu?” Meliani merasa aneh melihat sikap Selina. Apa mungkin ada orang yang masih memiliki empati tinggi seper