“Maaf, ada yang bisa aku bantu?” tanya perempuan cantik itu berdiri mematung di ambang pintu.Selina yang merasa kebingungan disentuh pundaknya oleh Ustaz Bashor.“Apa benar ini unit apartemen milik Bu Dewi Rahma?” tanya Selina dengan sedikit rikuh.“Um, maaf ya Mbak, aku baru tinggal di apartemen ini seminggu yang lalu. Mungkin yang Mbak maksud, yang punya apartemen lama kali ya,” jawabnya langsung menutup pintu apartemen tanpa basa-basi.“Mbak, tunggu!”Selina mengetuk pintu dengan keras sehingga membuat perempuan tadi keluar. “Apa Mbak tahu kemana yang punya apartemen sebelumnya pindah?”“Maaf, aku tidak tahu. Aku membeli apartemen ini dari developer langsung,” katanya dengan judes.“Mbak punya nomor telepon yang bisa aku hubungi?”Selina memelas, tak peduli dengan sikap perempuan itu yang tak ramah padanya.“Tidak punya, sorry!” sahutnya lagi hendak menutup daun pintu. “Tanyakan saja pada security!” ucapnya melihat pada security yang berada tak jauh dari mereka.“Mbak, tolonglah!
“Silahkan Ibu lebih dulu,” sahut Selina singkat lalu dia berjalan menuju konter kasir ingin membayar barang belanjaannya.Mendadak, tubuhnya terasa tak seimbang. Matanya tertuju pada beberapa lampu gantung yang bergoyang. Rupanya terjadi gempa. Getaran pertama ringan tetapi cukup membuat semua pengunjung mall panik. Selina berusaha tenang dan berdoa dalam hati.“Gempa!” pekik sebagian pengunjung yang berada di luar butik.Mendengar teriakan, beberapa pengunjung berhamburan dengan cepat karena digempur rasa panik. Namun Selina masih memilih menyelesaikan transaksinya sesegera mungkin.“Berapa?” tanya Selina pada kasir.“Totalnya tiga juta lima ratus ribu,” sahut kasir itu dengan raut cemas, terlihat tangannya gemetar saat menyodorkan mesin EDC. Gegas Selina mengeluarkan kartu atm dari dalam dompetnya, menggeseknya ke dalam mesin itu dan menekan no pinnya. Struk keluar lalu Selina mengambil belanjaannya terburu-buru.Beberapa detik angin seolah berhenti berembus, hening. Keheningan itu
Ummi Sarah langsung menyambut Selina dengan memeluknya erat setelah mendengar bahwa telah terjadi gempa saat mereka pergi ke mall.“Aku cuma luka dikit, Ummi,” rengek Selina yang diperlakukan istimewa oleh setiap orang.“Ummi kepikiran terus. Pantesan dari pagi gak enak hati,” sahut Ummi Sarah yang berada di sisi Selina. “Ummi nonton berita katanya episentrum gempa ada di Tangerang. Alhamdulillah kalian semua selamat,”“Kasihan mereka jadi korban gempa. Bangunan rumah roboh di Tangerang. Sebetulnya gempa yang terjadi di mall Jakarta kecil. Hanya saja aneh, mall itu bisa roboh berarti konstruksi bangunannya tidak benar. Aku kira mallnya tua ternyata tidak, baru dua tahunan beroperasi. Padahal mall mewah,” gerutu Adam dengan nada kesal.“Yang penting selamat, Ummi sudah senang sekali kalian bisa pulang,”“Alhamdulillah Ummi. Ummi, aku mau istirahat, capek,” ujar Selina masuk ke dalam kamar lalu menguncinya dari dalam.Tak lama kemudian dia melempar tasnya sembarangan dan menjambak kerud
“Kalian udah duluan makan? Tega banget sih ninggalin!” omel Hanum yang langsung menarik kursi lalu duduk dengan menciptakan bunyi debaman cukup keras sebab tubuhnya makin berisi sehingga bobotnya lebih berat.“Awas, ada gempa!” seru Winda dengan rempong. Dia meliuk-liukkan tangannya ibarat seorang penari. Selina yang murung tampak tertawa lepas melihat respon gadis lajang yang sedikit ‘gesrek’ itu.“Sialan kamu!” umpat Hanum menjawil pipi Winda dengan keras.“Ough! Sakit tahu,” “Kalian gak inget kita lagi di mana?” seru Selina menggeser mangkuk bakso miliknya yang tinggal setengahnya lagi. “Biasakan jaga ucapan, kita ‘kan guru. Apalagi kita sekarang berada di lingkungan sekolah,”“Upsi!! Lupa ada bu Ustazah,” sahut Hanum langsung melambaikan tangannya meminta pelayan menyiapkan makanannya. “Teh, mie ayam bakso biasa!”Pelayan itu pun langsung mengangguk.“Kemarin gempa ya? Di mana?” tanya Hanum. Dia tidak memiliki jadwal mengajar kemarin. “Mana aku lagi boker lagi,”“Sialan!” cibir W
“Jadi bagaimana perasaan Ibu? Apa Ibu masih mendengar suara-suara bisikan begitu?” tanya seorang psikiater pada seorang pasien yang menderita schizophrenia.“Kadang, dok. Kadang masih ada yang membisikan bahwa aku harus meloncat dari jembatan,” katanya terkekeh.“Baiklah, aku akan resepkan obat yang sama nanti tinggal ditebus di bagian farmasi. Ibu jangan lupa minum obat biar lekas sembuh dan bisa menjalani kehidupan yang normal,” papar psikiater yang berwajah tegas itu dengan meyakinkan.“Iya, dokter Davendra, terima kasih!” ucapnya sembari mengulurkan tangannya pada Dave. Pasien berusia paruh baya itu keluar dari ruangan itu lalu menyusul kemudian seorang perempuan cantik dan seksi masuk.“Halo dr. Dave!” sapanya langsung duduk di kursi tanpa canggung.“Wah sudah lama tak bertemu, sehat Miss?” tanya Dave dengan ramah.“Seperti yang kamu lihat, tubuhku sehat tetapi jiwaku masih bermasalah Anak muda!” “Aku merasa aneh disebut anak muda. Aku sudah kepala tiga Miss,” sahut Dave tertawa
“Yang benar aja! Aku baik-baik aja kok, cuma gak bisa tidur aja,” Selina tak mungkin berkonsultasi dengan lelaki yang mungkin bisa membangkitkan perasaan ‘sesuatu’ dalam hatinya.“Aku punya teman kuliah, dulu dia mengalami insomnia. Pas ditelusuri ternyata dia memang punya masalah yang membuatnya kesulitan tidur. Awalnya mungkin gak bisa tidur lalu lama kelamaan jadi sakit-sakitan. Akhirnya dia pergi ke psikiater dan sembuh deh. Jangan dianggap remeh Bu Selin!” papar Winda dengan serius.Selina mengingat-ingat apa yang dia rasakan setelah peristiwa itu dan memang benar, kejiwaannya sedikit terganggu. Dia jadi begitu mudah menangis saat sendiri, susah tidur dan jika melihat orang berpakaian hitam dengan tubuh tinggi tegap tubuhnya seketika melemas karena ketakutan.“Jadi aku harus pergi ke psikiater gitu?” tanya Selina.“Iya, coba tanya Om dokter. Dia ‘kan psikiater, bisa menyembuhkan insomnia sekalian menyembuhkan penyakit patah hati,” katanya terkekeh.“Ish, Bu Winda memang nyebeli
“Nisa gak mau nerusin khitbah,” ucap Adam bernada sedih.“Ap-pa?”Selina seketika terkesiap.“Tadi dia telepon. Suaranya terdengar lemah sekali. Padahal kemarin dia sudah pulang ke rumah dan sekarang sudah dilarikan lagi ke rumah sakit. Dia merasa umurnya tak lama lagi jadi dia memutus-kan …” papar Adam dengan suara yang berat, menahan tangis. Awalnya Adam merasa suka pada Shiza tetapi dia tahu diri, tak merawat rasa itu demi sang adik agar bisa bersama dengan Aqsa. Lambat laun perasaannya pada Shiza hanyalah sebatas rasa kagum yang begitu saja mudah dilupakan. Sampai pada pertemuan dia dengan Anisa, yang cukup membuat hatinya kembali hidup. Dia menyukai Anisa pada pandangan pertama dan menganggap bahwa Anisa adalah cinta pertamanya sebab kehadirannya mampu membuat jantungnya berdebar kencang.“Aa, memang terdengar berat sekali. Dan, mungkin ini juga akan sulit saat dijalani, Aa,”Selina mencoba berpendapat. Penyakit yang diderita Anisa kronis dan menurut medis hanya dua puluh persen
Ustaz Bashor langsung memberitahu kabar meninggalnya Anisa pada Ummi Sarah. Seperti halnya dirinya, Ummi Sarah pun tak kalah terkejut mendengarnya.“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Apa benar itu Abah?” tanya lagi Ummi Sarah tak percaya dengan apa yang dia dengar.“Iya, Ummi. Abah pun gak percaya sebab kemarin Bu Kiran juga masih menghubungi dan memang sempat meminta doa. Dan, anehnya Anisa tak ingin dibesuk,”Ustaz Bashor mengusap wajahnya.“Ya Allah, padahal baru kita bahas. Ummi juga baru dapat kabar dari Fadel kalau dia sudah menemukan dokter yang bagus yang tinggal di Singapura. Tadinya Ummi pengen Adam nikahin dia lalu bawa dia berobat biar enak ke sana kemari sebab sudah halal. Namun Allah ternyata lebih menyayanginya, mencabut rasa sakitnya lebih dulu …”Ummi Sarah memeluk suaminya dengan terisak. “Kasian Adam,”“Inilah takdir mubram Ummi, takdir kematian mutlak Allah yang menentukan,” ucap Ustaz Bashor memejamkan matanya dan mengusap kepala sang istri dengan begitu lembut.
Sebulan kemudian Hari paling bahagia telah tiba. Pernikahan Dave dan Selina berlangsung meriah, dilaksanakan di sebuah resort milik Meliani di mana memiliki konsep nature atau alam. Selina sangat menyukai pemandangan alam sehingga dia memilih mengadakan acara walimah dan resepsi di ruangan outdoor atau terbuka. Ada banyak pepohonan pinus yang rimbun dan hijau. Dekorasi didominasi warna putih dengan aneka bunga mawar warna-warni di mana-mana. Sebuah lantunan sholawat syahdu dan merdu terdengar. Acara ijab qabul dilaksanakan terpisah. Hanya dihadiri oleh penghulu, calon mempelai lelaki Davendra Diraya,wali Selina yang tak lain Rayyan Sanjaya, saksi yaitu Ustaz Bashor dan Adam serta kerabat. “Qobiltu Nikahaha Wa Tazwijaha Hafla Selina Almaqhvira binti Rayyan Sanjaya Alal Mahril wa madzkuur ala radhiitu bihi wallahu waliyyu taufiq,” Dave mengucapkan kalimat ijab kabul dalam bahasa Arab dengan lantang. Dia mengucapkan puji syukur karena lancar membaca ijab qabul. Terlihat dia begitu bah
Selina memasukkan surat tersebut ke dalam amplopnya lagi. Selepas sekolah dia meremas surat tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah. Tidak ada waktu meladeninya.Jika Selina mau membuktikan foto tersebut dia hanya perlu meminta bantuan Dave dan Arman. Dave akan menjelaskan soal foto-foto tersebut dengan lebih gamlang. Mungkin di resort milik ibunya Dave ada CCTV yang akan menampilkan sosok orang yang diam-diam menguntitnya dan mencuri foto dirinya dengan angle yang menyudutkan posisi Selina.Adapun Arman akan menjelaskan soal foto dirinya saat keluar dari dokter kandungan. Selina hanya mengantar Nunik Nirmala dan Arman mengetahui hal tersebut.Selina merasa tidak terima perlakuan Ummi Sarah yang seolah meragukannya. Hatinya perih saat diinterogasi olehnya. Jalan yang terbaik adalah Selina ingin keluar dari kehidupan ke dua orang tua asuhnya dan menjalani kehidupannya sendiri. Dia tak ingin menjadi beban keluarga apalagi mereka adalah keluarga agamis.Sudah beberapa hari Selina tin
“Tentu saja Dokter. Saya akan memberi restu. Andra sudah menceritakan segalanya. Saya ingin Anda menjaganya dan menyayanginya dengan tulus. Saya merasa menyesal karena terlambat mengetahuinya. Nasi sudah menjadi bubur. Mungkin ini hukuman dunia bagi saya karena telah menyia-nyiakan orang yang mencintai saya dengan tulus,”Rayyan menunduk lesu.“Sabar ya Pak Rayyan, Anda sudah bertindak benar. Menyadari kesalahan dan ingin memperbaikinya. Yang terpenting sudah berusaha.”“Kamu masih muda, terlihat dewasa cara berpikirnya,”Dave menaikkan alisnya sebelah. “Masih muda? Yang benar saja Pak. Saya sudah kepala tiga,”Beberapa orang sering mengatakan hal serupa.“Serius?”“Iya, covernya saja terlihat dua puluh,”Akhirnya ke dua pemuda tampan yang berbeda usia tersebut tertawa bersama untuk pertama kalinya. Mereka berjalan beriringan keluar dari lobi apartemen sembari terus berbincang.“Ngomong-ngomong, apa hubungan Pak Rayyan dengan Andra?”“Andra anak teman saya, Darius. Saya, Darius dan Di
Mahendra mengunjungi Dave di apartemennya. Dia ingin mempertemukan seseorang padanya.“Seseorang ingin bertemu denganmu,” ucap Mahendra merangkul pundak sahabatnya.“Siapa? Sejak kapan kamu bikin penasaran,”“Ayah kandung Selina,” bisik Mahendra ke telinga Dave. Dave terkejut sekali mendengar perkataan temannya. “Bela-belain langsung terbang dari Singapura. Padahal kakinya masih sakit akibat kecelakaan.”“Jangan bercanda, Andra!”Dave tertawa renyah.“Kalian bisa mengobrol empat mata,”“Baiklah,”Dave melirik sekilas pada lelaki paruh baya yang sangat tampan di belakang Mahendra. Dia berjalan dengan langkah lamban seperti tengah kesakitan. Dave mengulurkan tangannya terlebih dahulu padanya dan memperkenalkan diri.“Saya Davendra Diraya. Biasa dipanggil Dave,” ucap Dave dengan menampilkan senyum terbaiknya.“Saya Rayyan Sanjaya,” ucapnya dengan penuh wibawa.Dave seketika tertegun melihat penampilan Rayyan dan cara bicaranya. Dia bukan lelaki biasa. Dari penampilannya saja terlihat ber
Dave merasa bersalah karena telah membuat Selina menunggu kabar darinya. Mendadak, dia memiliki urusan penting di mana dia harus menangani pasien yang ternyata salah satu karyawan sang ibu-yang tengah berusaha mengakhiri hidupnya akibat depresi dengan meloncat dari rooftop gedung. Dengan kemampuannya Dave berhasil membujuk karyawan tersebut untuk mengurungkan niatnya. Padahal masalahnya sepele. Lelaki yang baru berusia dua puluh lima tahun itu baru saja memergoki kekasihnya selingkuh.Setelah semua masalahnya usai, Dave langsung memencet nomor Selina. Namun Selina tidak mengangkat teleponnya sebab dia tidak mengaktifkannya.‘Pasti my Selin marah,’ gumamnya.Tak menyerah, kali ini Dave benar-benar nekad. Dia mengirim voice note.[Assalamualaikum Sel, maaf aku baru bisa menghubungimu sebab ada urusan yang harus aku selesaikan.Sel, maaf, aku tak bisa bertemu apalagi berbincang denganmu langsung. Suatu hal yang sulit sebab aku tahu kamu begitu menjaga jarak dengan lawan jenis. Maaf, aku
“Ummi, ada lagi yang bisa saya bantu?” tanya Rois.“Tidak ada, makasih Kang! Tolong jangan sampe bocor ya!” Sekali lagi Ummi Sarah menegaskan. Dia masih tidak percaya dengan foto-foto yang menampilkan wajah putri cantiknya.“Iya, Ummi, tenang aja. Seperti yang Ustaz katakan, jika kita menutup aib orang lain kelak di akhirat Allah akan menutup aib kita, Ummi,” ucapnya dengan begitu sopan.“Masyaallah, betul Kang,”Ummi Sarah kagum dengan respon Rois tersebut. Sempat terpikir ingin menjodohkan Selina dengan pemuda itu tetapi usianya jauh di bawah Selina.Selepas ashar, Ummi Sarah langsung menghampiri Selina yang baru saja pulang mengajar. Selina terlihat sudah mandi dan tengah duduk seperti biasa di meja belajar sembari memainkan kelopak bunga mawar warna-warni dalam vas bunga kaca.“Ummi boleh masuk?” ujar Ummi Sarah di ambang pintu kamarnya.“Ya,” jawab Selina singkat.“Ummi ingin bicara denganmu,”“Ya, bicaralah!” “Ummi percaya padamu. Tapi Ummi hanya ingin kamu menjelaskan soal fo
Ummi Sarah menarik nafas dalam setelah melihat foto-foto Selina yang dia peroleh dari tangan Ceu Sari. Dilihatnya lekat-lekat foto tersebut satu per satu. Betul memang foto tersebut foto-foto Selina. Namun lelaki yang bersamanya tidak terlihat wajahnya. Hanya terlihat saja tubuhnya yang menjulang tinggi.“Bagaimana Ummi? Foto itu fitnah bukan?” seru wanita yang melempar foto tersebut ke arahnya. Lalu dia pergi meninggalkan kerumunan.“Sepertinya telah terjadi kesalahpahaman. Silahkan bubar kalian semua!” seru Ummi Sarah pasrah pada para orang tua santri. Mereka tidak bisa diajak kompromi lagi terlebih adanya foto-foto tersebut yang semakin membuat spekulasi yang di luar kendali. Ummi Sarah langsung melambaikan tangannya pada Rois, menyuruhnya untuk membubarkan mereka setelah membawa anak mereka.Beberapa anak menolak dijemput oleh ke dua orang tua mereka. Bahkan ada yang sampai menangis tak ingin pulang karena sudah betah tinggal di pesantren. Mereka berlarian pada Ummi Sarah, mencium
“Ceu, Ummi mau mendatangi mereka saja,” ucap Ummi Sarah seraya merapikan kerudungnya. Perlahan, Ummi Sarah menggerakan tangannya untuk menarik knop pintu rumah. Saat pintu terbuka tampaklah pemandangan para orang tua murid santri kelas tsanawiyah atau setingkat SMP tengah berkerumun di halaman rumah. Mereka langsung mendelik pada pintu dan menatap Ummi Sarah dengan tatapan yang tajam. “Ummi, saya mau mencabut anak saya dari pondok. Namanya Syamsul Hamid,” seru salah satu ayah santri. “Saya juga mau menjemput anak saya, Putri Annisa Lavina,” “Sebentar, sebentar, mohon maaf Ayah dan Bunda. Mari masuk terlebih dahulu. Kita bicara di dalam,” tawar Ummi Sarah bersikap sopan. Yang benar saja, mereka mengobrol masih di halaman itu pun dalam keadaan berdiri. “Tidak! Kami tidak sudi masuk ke rumah Anda, Ummi,” pekik salah satu orang tua murid yang lain. “Iya, jangan banyak basa-basi! Sudahlah jangan munafik kalau jadi orang! Saya sebagai orang tua murid sangat kecewa pada Ummi dan Ustaz
Sambungan telepon dari Davendra Diraya kembali terdengar di telinga Selina. Gegas, Selina menyambar ponselnya dengan kecepatan sepersekian detik. Terlihat sangat bersemangat. Tanpa ba-bi-bu Dave berucap salam lalu mengatakan maksud pembicaraannya yang tertunda.[Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku … suka sama kamu, Sel! Aku jatuh cinta padamu. Aku ingin melamarmu,] ucap Dave dengan serius.[Apa?]Selina yang mendengar perkataan Dave via telepon benar-benar terkejut. Tak percaya jika memang dokter yang menjelma guardian angel yang selalu menolongnya tersebut menyatakan cinta padanya. Dia mengipasi wajahnya yang bersemu merah beberapa kali.[Maukah kamu menerima cintaku? Kamu tidak perlu menjawab sekarang. Aku bersedia menunggu. Jika kamu bersedia, aku akan merasa menjadi seorang lelaki yang paling beruntung di dunia ini. Aku akan melamarmu langsung pada Abahmu, kalau perlu hari ini juga,] katanya begitu bersemangat.[Um … ][Baiklah, kamu pasti syok aku menembakmu melalui sambungan te