Home / Romansa / Wanita Hamil di Rumah Mertua / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Wanita Hamil di Rumah Mertua: Chapter 41 - Chapter 50

109 Chapters

Adinda benar-benar Hamil?

***Hazel menghentikan langkah tanpa menoleh. Jantungnya berdegup kencang menahan agar marahnya tidak memuncak di depan para wanita yang kini tengah menatapnya nyalang."Sebenarnya siapa calon istri kamu, Adinda ... atau Helena?" tanya Ibu sambil tersenyum sinis. "Seharusnya, sebagai calon suami yang baik dan bertanggung jawab, bela Adinda, bela calon istrimu agar tidak diinjak-injak oleh wanita lain!"Hazel memejamkan matanya erat. Pria itu berulang kali menghela napas kasar mendengar Ibu Adinda berulang-ulang memojokkan Helena."Saya akan membela Adinda ... kalau dia melakukan hal benar tapi orang-orang justru menganggapnya salah," sahut Hazel tenang. "Tapi jika yang Adinda lakukan salah ... setelah saya berusaha untuk menegurnya dan dia tidak sadar atas kesalahan yang dia perbuat. Maaf, sebelum hubungan ini berjalan terlalu jauh, saya kembali dia pada Ibu, semoga Ibu bisa mendidiknya lebih baik lagi karena saya menolak menikahi wanita penuh topeng.""Cuih! Alasan klasik," cibir Ibu
Read more

Bukan wanita bodoh lagi

***"Akhirnya kamu pulang juga, Len ...."Helena kaget ketika mendapati Mama Desinta dan Kamila berdiri di depan rumahnya. Penampilan keduanya benar-benar berbanding terbalik dengan saat keduanya masih bergantung hidup pada Helena."Mang, buka pagarnya!"Mamang mengangguk patuh. Dibukanya pintu pagar tanpa mempersilahkan dua wanita beda generasi itu untuk masuk."Tutup, Mang!"Mama Desinta terbelalak mendengar ucapan Helena dari halaman rumah. Sontak saja wanita yang hampir menginjak kepala lima itu berlari mencegah pintu pagar agar tidak tertutup."Len, tolong Mama, Len!" teriaknya lantang. "Helena ... tolong biarkan Mama dan Kamila masuk, kami butuh bantuan kamu!""Mama benar, Mbak," sahut Kamila sambil menangis. "Mas Andra sakit keras, dia butuh kamu!"Helena menghentikan langkah. Bukan karena masih peduli dengan keadaan Andra, hanya saja dia merasa janggal dengan ucapan Kamila. Pasalnya, beberapa hari yang lalu Helena datang ke kantor polisi untuk mengabarkan pada Andra bahwa sura
Read more

Rencana Liburan

***Helena tidur dalam keadaan menangis. Setelah puas meluapkan air matanya, dia terbang ke alam mimpi berharap kedua orang tuanya hadir meskipun dalam ilusi.Menjelang pagi, Bik Asih mengetuk pintu kamar berharap Helena bangun sudah dalam keadaan mood yang baik."Non, bangun, Non," ucap Bik Asih.Helena menggeliat. Mukena yang ia kenakan masih melekat. Ternyata dia tertidur dengan sisa-sisa air mata setelah sholat subuh."Ya, Bik," sahurnya lirih. "Aku sudah bangun."Bik Asih tidak bersuara lagi. Wanita paruh baya itu kembali ke dapur setelah memastikan Helena terbangun dari tidurnya. Tring ....Helena memicing. Ponselnya berdering nyaring di atas nakas yang menampilkan nama Hazel di layarnya.Enggan menerima panggilan, dia menolak telepon Hazel dan mematikan ponselnya untuk sementara. Tadi malam, sekertaris barunya sudah ia minta untuk menghandle Perusahaan selama satu minggu. Helena ingin meliburkan diri meskipun sesekali memantau perkembangan produk keluaran terbaru dari file yan
Read more

Menolak Ajakan Menikah

***"Sudah sewajarnya, Non. Saya bekerja disini memang untuk mengabdi," kata Bik Asih. "Pekerjaan ringan dengan gaji besar seperti yang saya dapatkan ini pasti sedang diburu banyak orang. Beruntung Mas Hazel membawa Bibi kesini.""Bibi bisa aja!" Helena terkekeh mendengar ucapan Bik Asih yang terlalu banyak merendah dan tanpa sadar memuji betapa baiknya Helena. "Ya sudah, aku mau naik ke atas dulu ya, Bik. Bilang ke Mamang nanti siang kita liburan.""Siap, Non!"Helena melangkah gontai memasuki kamarnya yang kian hari kian terasa sepi. Pernikahan bersama Andra belum menghasilkan anak membuat rumahnya semakin sunyi. Hanya ada Bik Asih, Mamang dan juga dirinya sendiri yang terkadang lebih suka menghabiskan waktu di Cafe sendirian karena pulang ke rumah pun tidak akan ada yang menyambut riang kedatangannya. Wanita cantik dengan setelan baju santai itu menghela napas panjang. "Sampai kapan perasaan sepi ini mengurungku, Ma?" Helena bermonolog, "Aku ingin bahagia seperti orang-orang di lu
Read more

Mendobrak pintu kamar Helena

***Tidak ada sahutan dari depan pintu kamar Helen. Hanya suara langkah kaki yang terdengar semakin menjauh dan perlahan-lahan menghilang dari pendengarannya. Helena terduduk di tepi ranjang sambil menangis. Bukan ia tidak ingin membantu Hazel dan keluarganya, bukan! Hanya saja untuk menjadi pengganti Adinda sebagai mempelai perempuan itu artinya dengan Helena siap dicaci maki banyak orang meskipun dia mencoba menjelaskan duduk perkaranya. Dan ia tidak mau hal itu terjadi. Helen tidak mau jika masalah Hazel dan Adinda berimbas pada reputasi Perusahaannya."Non ...." Suara Bik Asih menggantung di udara. "Mas Hazel sudah pergi," sambungnya ragu. Helena tidak menyahut. Dadanya kembali merasakan sesak setelah berbulan-bulan lamanya dia merasa cukup tenang karena satu per satu masalah mulai teratasi."Non ... Non Lena tidak apa-apa?" tanya Bik Asih di depan pintu. "Kalau Non Lena tidak menjawab, saya minta Mas Hazel untuk mendobrak pintu kamar ini," ancamnya panik."Aku baik, Bik," sahut
Read more

Hazel yang Egois

***Helena segera membersihkan diri untuk yang kedua kali. Tidak butuh waktu lama, hanya lima belas menit dia berkutat di dalam kamar dan kini sudah keluar membawa satu tas besar berisi beberapa helai pakaian sederhana.Di rumah tamu, langkahnya terhenti ketika melihat Hazel duduk bersantai sambil meminum kopi yang terlihat asapnya masih mengepul."Kamu mau kemana?" Hazel menyelidik. "Mau melarikan diri?"Helena melengos. "Bukan urusan kamu! Lagipula untuk apa aku melarikan diri? Aku bukan penyebab utama hubungan kamu dan Adinda hancur. Semua itu, gak ada sangkut pautnya denganku!""Kamu tau kalau semua yang terjadi tidak ada sangkut pautnya denganmu, lalu kenapa mau pergi? Kenapa sengaja menghindar?"Helena lagi-lagi melengos. "Dengar, Hazel ... aku tidak mau orang-orang menganggap aku adalah alasan kamu mengurungkan rencana pernikahanmu dengan Adinda. Ck, kau tau kan betapa licik calon istri kamu?!""Kalau sampai aku mendengar kabar jika Adinda membawa-bawa namaku, sungguh ... aku t
Read more

Semakin rumit

***Hazel pulang dengan membawa segenggam penyesalan dalam hati. Keputusannya untuk menikahi Adinda memang keputusan paling terburu-buru dalam hidupnya. Berawal dari takut jika rasa cintanya pada Helena tidak akan berbalas, pria itu nekat membuka hati untuk wanita lain yang ternyata memiliki kepribadian yang cukup buruk.Brengsek kah?Bisa iya, bisa juga tidak.Andai Adinda tidak mengusik Helena dan membuat fitnah murahan tentang sahabat Hazel tersebut, tentu saja rencana pernikahan mereka tidak akan berantakan. Dan poin paling pentingnya, keluarga Hazel tidak akan pernah tahu seberapa busuk hati Adinda sebenarnya. Namun, takdir seperti ingin memberitahukan pada Hazel bahwa wanita yang ia pilih, salah! Sebelum terlambat lebih jauh, akhiri semuanya cukup sampai disini saja."Bagaimana?""Sebentar lagi mungkin dia kasih kabar sama Mama dan Papa. Sekarang dia lagi pergi, entah kemana," jawab Hazel lesu. Papa Prabu dan Mama Nela saling pandang. Sejak awal mereka sudah mengatakan agar mem
Read more

Tamparan dari Mama

***"Oke, baik! Mama sama Papa bebas menghardikku sekarang, tapi tolong ... beri aku solusi!" rengek Hazel frustrasi. "Kita ke rumah Adinda, bagaimanapun keluarganya pasti syok dan tidak terima jika pernikahan ini tiba-tiba dibatalkan sepihak," kata Papa Prabu bijak. "Ayo!"Hazel melangkah gontai mengikuti langkah Papa dan Mamanya dari belakang. Dengan tekad yang bulat, dia tetap akan membatalkan pernikahan ini karena perangai Adinda yang sudah ketahuan bobroknya. "Pa, apa tidak sebaiknya memang pernikahan ini batal?" tanya Mama ragu, "Mama merasa memang Adinda itu bukan wanita baik."Hazel memilih bungkam. Biar lah nanti kedua orang tuanya mengerti dengan sendirinya mengapa ia kekeuh membatalkan pernikahan ini karena Adinda yang ternyata sedang mengandung anak dari pria lain."Kalau kedua orang tua Adinda menolak pernikahan ini batal, mau tidak mau Hazel harus mempertanggungjawabkan keputusannya sejak awal.""Pa!" seru Mama Nela sengit. "Itu sama saja dengan Papa menumbalkan anak s
Read more

Mampus kau, Adinda!

***"Setelah memutuskan acara pernikahan secara sepihak, kenapa kalian baru datang? Kalian pikir kami keluarga miskin yang pantas diperlakukan seperti ini?" Bapak Adinda kembali naik pitam. "Sejak tadi kami menunggu kedatangan kalian, bagaimana bisa Hazel membatalkan acara pernikahan sementara dua minggu lagi acara itu digelar? Belum lagi ... Adinda hamil, mau ditaruh dimana muka saya sebagai orang tua, Pak?"Pak Prabu mengusap wajahnya kasar. Pun dengan Bu Nela, dua pasangan itu tidak menyangka jika kejadiannya akan semakin rumit karena mereka pikir Hazel sengaja menyembunyikan kebenaran tentang kehamilan Adinda."Kami akan bertanggung jawab, Hazel tetap akan menikahi Adinda," kata Pak Prabu mencetak senyum sinis di bibir Ibu Adinda. "Memang seharusnya seperti itu. Enak sekali sudah mereguk madu, dia ludahkan begitu saja. Anakku bukan wanita murahan!" seru Ibu Adinda kalap. "Kedua orang tua kamu sangat santun, sayang sekali ternyata kelakuan kamu begitu minus, Hazel. Apa jangan-jang
Read more

Borok yang Terungkap

***"Kenapa pucat sekali?" Hazel menarik ujung bibirnya sinis. "Kalau memang dia darah dagingku, seharusnya kamu tidak perlu panik, Adinda."Mata Adinda berkaca-kaca. Kepalanya menggeleng samar berharap Hazel mau memberinya waktu dan tidak memaksa untuk melakukan Tes DNA hari ini juga. "Apa yang kamu katakan, Hazel?" Pak Prabu naik pitam. Tangannya terkepal kuat, takut-takut jika tanpa kontrol pria paruh bay itu justru menghajar putranya sendiri. "Jangan bikin semuanya semakin sulit. Kalau kamu memang pernah berbuat seperti itu dengan Adinda ....""Aku kecewa dengan Papa," sela Hazel sinis. "Papa pikir aku se-brengsek itu?""Lalu bayi siapa yang dia kandung?" Bu Nela menimpali. "Kalau bukan kamu, lalu siapa ayah dari calon bayi Adinda?"Brak ....Bapak Adinda menggebrak meja dengan kuat. Dadanya membusung mendengar keluarga Hazel memojokkan Adinda karena kehamilan yang tidak Hazel akui. "Kalian bersekongkol?" teriak Bapak Adinda lantang. "Kalian sekeluarga sengaja tidak mau mengakui
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status