Home / Romansa / Wanita Hamil di Rumah Mertua / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Wanita Hamil di Rumah Mertua: Chapter 31 - Chapter 40

109 Chapters

Ada apa dengan Hazel?

***"Hazel, aku ....""Diam lah! Biarkan suster mengobati lukamu, setelah itu kita pulang."Aku mengangguk lemah. Hatiku terasa hangat mendapat perhatian yang sebelumnya tidak pernah aku dapatkan. Hazel ... pria itu sejak dulu memang selalu bersikap baik. Kurang lebih tiga puluh menit kami berada di Rumah Sakit. Luka goresan yang tidak terlalu dalam membuatku bisa langsung pulang tanpa harus rawat inap.Sepanjang perjalanan suasana di dalam mobil terasa hening. Hazel yang biasanya banyak berbicara kini mendadak tidak banyak berkomentar."Terima kasih.""Hem," sahut Hazel tak acuh. Pandangan matanya masih fokus pada kemudi. Dia pantas marah. Aku memang selalu tidak tau diri dengan terus saja menyulitkan Hazel di setiap masalah yang mendatangiku."Kamu pantas marah, maafkan aku. Aku memang bodoh, seharusnya tidak perlu aku bersikap sok baik untuk Anita ... dan lihat, pada kenyataannya memang dia hanya ingin menjebakku. Aku bodoh sekali.""Maafkan aku, Hazel. Aku selalu saja menyeretmu
Read more

Meringkus dua tangan sekaligus

***"Kau akan menyesal sudah bertindak kasar padaku, Helena!"Aku menoleh sejenak, lalu mengedikkan bahu agar Mama Fiona tahu jika ancaman yang ia berikan tidak berpengaruh apapun pada mentalku saat ini.Hari ini sengaja aku memilih untuk mendatangi kantor polisi tempat dimana Anita sedang berada. Sementara kasus Mas Andra, aku meminta Hazel dan pengacaranya yang mengurus semuanya, tentu saja setelah urusan Anita selesai aku pun akan segera datang dan memberikan ganjaran yang setimpal untuk pria tidak tau diri itu!"Helena ...."Anita bersimpuh disaat aku baru saja masuk ke dalam ruangan. Dia meraung meskipun Mama Fiona berulang kali menarik tangannya agar menjauh dari kakiku."Len, maafkan aku, Len ...." Aku menarik kedua alis ke atas. "Wow, drama baru yang epic sekali, Anita," decakku kagum. Anita mendongak. Wajahnya bersimbah air mata bahkan kedua netranya memerah. Tapi sayang, hal itu tidak lantas membuat Helena tergugah. Rasa kasihan yang ia miliki sudah mati!"Len, aku ....""
Read more

Bertemu siapa?

***Seminggu kemudian ....Mas Andra dan Anita sudah mendekam di penjara. Suamiku yang sebentar lagi menjadi mantan itu dijerat hukuman 15 tahun penjara dengan dugaan mensabotase mobil Papa sampai orang yang kusayangi itu meninggal karena kecelakaan tunggal. Dan untuk kasus Mama, aku tidak menemukan bukti lebih lanjut karena pihak kepolisian menduga jika Mas Andra dan sekutunya hanya mempermainkan mental Mama yang memang sudah sempat hancur karena perselingkuhan Papa dengan Mama Fiona."Selamat pagi, Bu Helena!""Pagi!"Sapaan para staf menjadi makanan sehari-hari mulai sekarang apalagi hari ini merupakan hari pertama aku memimpin Perusahaan yang sejak Papa meninggal sudah diambil alih oleh Mas Andra. Sementara Butik yang sudah aku rintis sejak lama mulai diatur oleh Ana.Seminggu yang lalu aku menghabiskan hari-hari dengan menangis. Jika orang lain pikir aku adalah wanita plin plan, maka mereka tidak salah. Aku memang plin plan, sebentar bisa menjadi kuat, dan sebentar lagi akan kem
Read more

Kalah telak

***Bibirku mencebik. Sejenak saat aku menghentikan langkah, wanita muda itu memang sudah menangkap sosokku berdiri tidak jauh dari tempat dimana ia duduk."Mandul ... janda ... untuk apa banyak harta kalau hidupnya berantakan, ya kan, Mas?"Pria paruh baya di depannya mengangguk sinis sambil melirik ku. Demi apa ... pria tua itu dia panggil Mas? Telingaku rasanya tergelitik ketika mendengarnya. Menjijikkan."Ah, maaf ... silahkan anda duduk, Nona. Melihatku berada di Cafe mahal begini tidak lantas membuat anda mengurungkan niat untuk duduk merenung di sini kan?" sindirnya kemudian terkekeh puas.Aku membuang muka. Semua hinaan yang ia lontarkan aku anggap angin lalu. Membalas semua ucapannya di muka umum sama halnya dengan aku mempermalukan diri sendiri.Langkahku menyerong menuju meja yang terpisah beberapa buah meja dari tempat wanita itu duduk. Namun suaranya lagi-lagi membuat darahku mendidih."Kepalang malu ya, sampai semua ucapanku tidak kamu gubris? Oh ya ... asal kamu tau, Ma
Read more

Kedatangan wanita lain

***"Cepat sekali, Non?""Kita pulang saja, Mang!"Mang Dana mengangguk patuh meskipun aku tau seraut wajahnya menunjukkan kebingungan melihatku keluar dari Cafe dalam kurun waktu kurang dari tiga puluh menit."Non Lena baik-baik saja?" Pria paruh baya itu bertanya sambil melirikku dari kaca.Aku mengangguk. Apa yang bisa kulakukan selain mengulas senyum tipis di depan banyak orang? Aku tidak mau mereka kembali mencemaskan keadaanku seperti seminggu belakangan. "Baik, Mang. Tadi saya berubah pikiran, sepertinya makan masakan Bik Asih bersama kalian di rumah jauh lebih enak daripada sendirian di Cafe."Mang Dana manggut-manggut. "Asih memang pandai memasak, tidak rugi Non Helena menggajinya."Kami tergelak. Bukan rahasia umum lagi jika Bik Asih selalu menjadi bahan guyonan para satpam dan tukang kebun di rumah. Namun begitu, Bik Asih selalu menanggapi gurauan mereka dengan senyuman. Di rumah Papa itulah mereka bersikap seperti keluarga. Dan hanya mereka yang mengisi kesepianku selama
Read more

Bukan Feed back baik

***"Kamu gila, Din!" "Aku tidak punya pilihan lain, Helena.""Tapi tidak harus aku, Adinda! Aku ... tidak mau disebut sebagai wanita perebut lelaki orang, apalagi kabar pertunangan kalian sudah menyebar. Aku tidak bisa!""Tapi Hazel hanya mencintai kamu, bukan aku dan bukan wanita yang lain!" teriak Adinda lepas.Aku cengo beberapa saat. Bukan aku buta pada sikap Hazel yang teramat peduli, tapi jujur ... rasa trauma setelah mendapat penghianatan dari Mas Andra membuatku ragu untuk membuka hati pada siapapun. Hazel sekalipun."Omong kosong!""Terserah apa katamu, Helena! Aku, untuk terakhir kalinya aku minta tolong padamu ... gantikan posisiku, Len. Kau tega jika aku berbohong atas kehamilan ini pada Hazel dan semua keluarganya?"Mata yang terasa panas sejenak aku pejamkan. Kebimbangan menguasai hati ini, bagaimana tidak ... berkorban untuk Adinda sama halnya dengan aku rela mengenyam semua cacian orang-orang karena dianggap merebut Hazel darinya.Ingin menolak, aku tidak kuasa melih
Read more

Wanita ular

***Aku mengendarai mobil dengan perasaan gamang. Sebenarnya apa yang sedang adinda rencanakan? Baru saja selesai masalah Mas Andra dan keluarganya, sekarang justru datang masalah baru lagi. Apa aku memang ditakdirkan untuk hidup tidak tenang?Belum lagi Mama Fiona yang kerap menggangguku dan memaksa aku mencabut tuntutan untuk Anita. Lama-lama aku lelah hidup di kota ini.Haruskah kubiarkan perusahaan Papa terbengkalai?Atau aku merekrut staf baru yang bisa kujadikan kaki tangan?Sesampainya di depan rumah Andra, sengaja aku memarkir mobil tanpa masuk ke halaman meskipun salah satu satpam mereka sudah membuka pintu dengan lebar."Enggak dimasukkan saja mobilnya, Non?"Aku menggeleng samar kemudian melangkah ragu masuk ke dalam rumah Andra. Rumah yang selama ini sudah aku anggap sebagai rumah saudaraku sendiri.Di ruang tamu, Om Prabu dan Tante Nela berdiri saling bersisian sementara Andra terlihat sedang menenangkan Adinda yang tengah menangis. Entah apa maksud wanita itu?"Len," pa
Read more

Menyerah lah, Adinda!

***"Hentikan omong kosongmu, Helena!" sentak Adinda sengit. "Kebohongan apa lagi yang sedang kamu mainkan, hah?"Aku bersedekap dada menatap Adinda yang terlihat sangat panik. "Din, ini memang rekaman CCTV di ruang tamu, Helena. Aku yang membantu memasangnya," ucap Hazel. "Aku nggak nyangka kalau kamu ....""Mas!" pekik Adinda, "Tega ya kamu nuduh aku seperti itu. Semua ini akal-akalan Helena!"Adinda menangis. Dia meremas dada sambil menatap lekat ke arahku yang tengah duduk tenang di sisi Tante Nela dan Om Prabu."Aku ... mana mungkin aku datang ke rumah wanita lain dan memintanya untuk menikah denganmu. Apa kau pikir aku sebodoh itu, Mas?""Nyatanya kamu memang bodoh, Din," selaku. Wajah Adinda memerah. Kedua matanya yang sudah bersimbah air mata menatap nyalang ke arahku. "Kau pasti tidak menyangka jika ada CCTV di rumahku, iya kan?""Aku tidak tau apa sebenarnya yang sedang kamu rencanakan, Adinda. Tapi, ketika kamu berani menyeret namaku, maka kupastikan semua kebusukanmu akan
Read more

Salah kah, Helena?

***"Ternyata benar dugaanku, kau mencintainya kan?"Hazel membuang muka. Tentang perasaannya pada Helena bukanlah rahasia yang tidak bisa orang lain tebak. Bagaimana cara pria itu memperlakukan Helena selama ini sudah menjadi jawaban betapa Helena adalah wanita spesial di hati Hazel."Katakan, Hazel!" teriak Adinda. "Aku tidak salah sudah merencanakan ini, bukan? Seharusnya kamu bisa menjauhi Helena karena sebentar lagi kita menikah!" Suara Adinda terdengar menggebu-gebu apalagi ketika matanya tanpa sengaja bersirobok dengan mata Helena yang justru terlihat begitu tenang."Kau mau tau kenapa aku melakukan ini, hah? Aku benci, muak dan ingin sekali rasanya mencabik-cabik wajahnya!" ucap Adinda sembari menunjuk Helena yang saat ini tengah duduk dengan santai. "Kau ... kenapa selalu Helena yang kau pikirkan. Ada aku, aku adalah calon istrimu!""Cukup, Adinda!" bentak Hazel. "Jangan meninggikan suaramu di rumahku. Cukup!"Adinda terengah-engah. Semua sesak di dalam dada ia keluarkan di d
Read more

Buah Jatuh tidak Jauh dari Pohonnya

***"Mas, kita bisa bicarakan ini baik-baik," rengek Adinda disertai kedua mata yang berkaca-kaca. "Pernikahan kita tinggal dua minggu lagi, apa kata orang-orang kalau tiba-tiba semuanya dibatalkan?"Hazel menoleh. Tatapannya tajam seakan tengah menguliti wajah Adinda. Kedua tangannya mencengkeram kemudi sambil sesekali menghela napas kasar."Seharusnya itu yang kamu pikirkan sebelum bertindak bodoh," sahut Hazel sarkas. "Bisa-bisanya kamu memfitnah Helena dan hampir saja membuat hubungan keluarga kami hancur, hah?!""Mas!" Adinda memekik kesal. "Rencana pernikahan kita hampir hancur dan kamu ... masih memikirkan Helena?" Wanita di samping Hazel itu menggeleng lemah. Tidak habis pikir dengan pola pikir keluarga calon suaminya itu. "Disini aku loh yang dirugikan, Mas!""Semua ini terjadi gara-gara Helena!" ucapnya sengit. "Andai saja dari awal kalian bukan teman dekat, aku tidak mungkin berbuat sejauh ini. Mas tau, aku cemburu!""Tapi cemburumu tidak beralasan, Adinda!" bentak Hazel. "
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status