Home / Romansa / Wanita Hamil di Rumah Mertua / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Wanita Hamil di Rumah Mertua: Chapter 21 - Chapter 30

109 Chapters

Pembantu gratisan

***"Len, ehm ... Mas rasa kamu ... ehm, agak keterlaluan sama Anita dan Mamanya," celetuk Mas Andra. Aku menoleh dengan cepat, kutatap kedua matanya yang tidak lagi menyimpan teduh itu dengan tajam. "Oh ya?" tanyaku datar. "Padahal itu belum seberapa sih menurutku, aku bisa buat kedua wanita lacur itu menderita sampai tidak kuat lagi merasakan pahitnya hidup." Mas Andra menoleh ke arahku. Wajahnya pucat, bahkan keringat sebesar biji jagung membanjiri pelipisnya. "Aku pun bisa melakukan itu padamu dan keluargamu, Mas! Jadi ... jaga sikap dan lakukan dengan baik isi dari surat perjanjian yang sudah kamu tanda tangani. Jangan sampai kebaikan hatiku kamu sia-siakan saat ini. Mengerti?!"Mama Desinta dan Kamila yang tengah duduk di kursi belakang terdengar menghembuskan napas kasar. Aku mencoba tak acuh, mereka akan mendapatkan balasan ketika sudah masuk ke dalam rumah nanti. Tenang saja!"Tapi ... Anita sedang ....""Aku tidak peduli bahkan dengan dia hamil sekalipun!" bentakku. "Kamu m
Read more

Petunjuk baru

***"Hah?"Mama terlihat cengo, terpaksa aku berkata dua kali agar dia mengerti posisinya di rumah ini."Kakiku capek, Ma. Pijitin aku ya?""Mama? Kamu enggak salah, Len?""Eh, emang ada yang salah ya? Aku cuma minta tolong buat pijit kaki kok. Salah emang?"Kulihat Mas Andra mengangguk samar ketika Mama melirik ke arahnya. Lihat ... bahkan demi kekayaan dia rela melihat Ibunya kuperbudak. "Ta-- tapi, Len ... aku ini Mama mertua kamu loh, setidaknya hargai aku sebagai ....""Mama lupa kalau numpang di rumahku? Aku kan sudah berbaik hati memberikan tumpangan pada kalian, setidaknya berikan balas budi lah, Ma!"Wajah Mama Desinta memerah. Aku berselonjor dan meletakkan kedua kaki di atas meja di ruang tamu. Kusandarkan punggung pada sofa dengan sedikit memejamkan mata. Sayup-sayup aku melihat Mas Andra menarik tangan Mamanya dan keduanya duduk di sebelahku."Cepat, Ma!" desak Mas Andra."Keterlaluan!" desis Mama lirih. Aku tersenyum sinis dan membetulkan posisi kakiku."Sudah mengumpat
Read more

CCTV

***|Betul apa kata Mama, Mas. Kamu harus habisi sekalian Mbak Helena, setelah itu kita bisa kaya dengan bebas.|Aku menutup mata dengan erat. "Ternyata kalian dalangnya?"|Tidak semudah itu, Ma. Semua orang bisa curiga kalau Helena tiba-tiba meninggal. Kita harus buat rencana yang matang. Kita butuh Mama Fiona dan Anita.||Ya, kamu benar. Mereka berdua memang pandai menyusun strategi. Sama seperti kematian Mama mertua kamu dulu, disusul Papa Mertua kamu juga. Fiona memang cerdik, tapi sayang ... dia sedikit bodoh karena terlambat menyisihkan harta untuk dirinya sendiri.|Jantungku berdebar. Bukti yang aku perlukan ternyata datang dengan begitu cepat tanpa menunggu beberapa hari atau minggu pun bulan lagi. Belum genap sehari aku bersikap arogan, orang-orang rakus itu sudah menunjukkan semua kebenarannya.Kamu tidak akan lolos begitu saja dari, Anita! Dan Mamamu, kupastikan dia akan merasakan apa yang Mama rasakan!Prok ... Prok ... Prok ...."Seru sekali sampai tidak mendengar suara l
Read more

Penangkapan Andra

***"Mas, kok kamu ada disini?""Kenapa? Kaget?" Aku mengerutkan kening. "Kamu ngikutin aku?"Mas Andra bersedekap dada. Dia menatap Hazel dengan tajam sambil sesekali berdecih."Kamu memintaku bercerai dengan Anita, sementara dirimu ... apa pantas wanita bersuami mendatangi rumah pria lain?"Aku membuang napas panjang. Kuayunkan kaki mendekati tiga orang tidak tau diri itu sambil berkacak pinggang."Jangan basa-basi, katakan ... mau apa ngikutin aku?""Jaga sikapmu, Helena! Andra itu suami kamu, jangan mentang-mentang dari tadi kami diam saja lalu kamu bisa bersikap seenaknya!" cecar Mama Desinta sengit. "Kamu bilang Anita adalah wanita murahan ... tapi ternyata dirimu sendiri ...."Plak ...!!!Entah sejak kapan Tante Nela sudah berdiri di sebelahku. Tangannya dengan cepat menampar pipi Mama dan meninggalkan bekas kemerahan disana. Mama Desinta melotot, sedetik kemudian tangannya turut terangkat tapi dengan sigap aku mencekal pergelangannya sambil berkata. "Jauhkan tangan kotor Mama
Read more

Anita bersama siapa?

***Mas Andra dan keluarganya terpaku di tempat ketika tiga orang polisi datang di ambang pintu. Kulihat Hazel buru-buru keluar rumah dan kembali datang dengan memapah tubuh Mamang, satmpan yang berjaga di rumahnya. "Astaga, Mamang!" pekik Tante Nela. "Kenapa bisa babak belur begini, Mang? Siapa yang ....""Tuan yang disana, Bu. Dia tiba-tiba melayangkan tinju berkali-kali sampai saya tidak sadarkan diri."Tante Nela menatap tajam ke arah Mas Andra. Sementara suami yang sebentar lagi akan menjadi mantan itu seakan tidak gentar mendapat tatapan mengerikan dari keluarga Hazel."Kenapa?" tanyanya sombong. "Dia satpam lemah, lagipula siapa suruh menghalangi kami untuk masuk. Ini rumah bawahanku, bukan rumah presiden yang harus dijaga ketat. Bukan?"Tante Nela hendak melangkah mendekati Andra, tapi Om Prabu segera memeluk istrinya dan berseru. "Tangkap mereka, Pak!"Kepalaku tiba-tiba terasa berputar melihat kejadian demi kejadian di depan mata. Mas Andra dan keluarganya yang tidak tau ma
Read more

Lupa Berkaca

***Mobil yang kita kendarai akhirnya sampai di tempat tujuan. Mama, Kamila dan Mas Andra duduk di kursi yang sudah disediakan. Bagaimanapun, pihak kepolisian belum memutuskan hukumannya karena kami semua masih menyimpan barang bukti."Helena, tolong maafkan kami, Nak." Mama Desinta bersimpuh di kakiku sambil menangis sesenggukan. "Andra khilaf, Len.""Duduk dengan tenang, Bu Desinta. Pihak kepolisian pasti memiliki keputusan yang terbaik," kata Om Prabu tegas. "Silahkan berdiri, Helena risih diperlakukan seperti itu."Mama Desinta mendongak penuh harap. Aku memundurkan langkah membuat kedua tangannya luruh dari kakiku. Tante Nela menggandeng tanganku untuk duduk di tempat yang sudah disediakan. Kulihat Mas Andra membantu Mamanya berdiri tanpa membuka suara sama sekali."Seharusnya kasus ini sudah tidak bisa dibuka lagi, bukan? Kenapa setelah bertahun-tahun justru harus diusut lagi?" Mas Andra membuka suara. "Lagipula mau dimulai darimana penyelidikan ini, Helena? Semua barang bukti
Read more

Helena diculik?

***Malam menjelang, rasa sepi kembali merajai rumah ini. Rumah yang dulu terasa hangat dengan kelembutan Mas Andra, kasih sayangnya yang selalu tercurah setiap saat, juga perhatiannya yang tidak pernah luput untukku. Semua yang dia berikan kukira adalah perasaan yang tulus, tapi nyatanya ... perhatian dan kasih sayang berlebih darinya hanyalah sebagai bentuk pengalihan agar kecurangannya tidak bisa aku endus. Semakin aku mengingat semua kenangan yang Mas Andra ciptakan, semakin aku merutuki diri sendiri karena begitu bodohnya jatuh dalam pelukan pria penuh topeng. Seberapapun aku berusaha bersikap kuat di depan banyak orang, tetap saja ketika sendiri seperti ini aku merasa begitu kosong. Benar kata para pujangga, "Jangan berteman dengan rasa sepi ketika dirimu hancur, atau setiap jam dalam hidupmu terasa begitu menyesakkan."Berulang kali aku menarik napas panjang dan menghelanya perlahan. Foto-foto pernikahan bersama Mas Andra sudah aku turunkan sejak sore tadi sepulang dari rumah
Read more

Dinodai

***Plak ...!!Plak ...!!Dua tamparan keras mendarat sempurna di pipi kiri dan kananku. Terpaksa, mau tidak mau aku harus membuka mata daripada wajahku semakin babak belur dibuatnya."Akhirnya bangun juga," seloroh salah seorang pria dengan tato naga di lengan kanannya. Baju tanpa lengan membuatku bisa melihat dengan jelas gambar mengerikan itu. "Cepat tanda tangani surat ini, Bos sudah menunggu dari tadi. Cepat!""Siapa Bos kalian?""Jangan banyak tanya! Tanda tangani saja surat itu dan jangan membantah atau kita patahkan tanganmu!""Apa Bos kalian adalah Anita ....?""Kau tidak perlu tau! Dengar ... tugasmu saat ini hanya perlu menandatangani surat yang ada di depanmu, setelah itu ....""Setelah itu apa aku bisa bebas?"Tiga pria berperawakan tinggi tegap dengan masing-masing tato di lengannya itu tertawa lebar. "Bisa, setelah kita bertiga puas dengan tubuhmu!" bisik pria yang lain.Aku termangu. Bulu kudukku merinding mendengar ancaman yang keluar dari mulut mereka. Sebisa mungki
Read more

Memutar Keadaan dengan Cepat

***"Jangan! Tolong jangan, lepaskan aku!" Aku benar-benar panik malam ini. Tiga pria dengan wajah sangar semakin mendekat sambil sesekali memainkan lidahnya di bibir. "Kalian ... aku bisa membayar kalian lebih banyak dari yang Anita berikan. Tolong lepaskan aku!"Anita tertawa semakin keras. Demi Tuhan, jika aku berhasil keluar dari tempat ini dengan aman, akan kubuat hidupnya sangat menderita. Bahkan begitu menderita!"Merengek saja terus, Len. Mereka tidak akan berhenti kalau aku tidak menyuruh untuk berhenti. Ha ... ha ... ha ....""Brengsek kamu, Nit! Gila, kamu wanita gila yang pernah aku kenal!" teriakku frustrasi. "Aku tidak peduli!" "Lepaskan aku atau kamu menyesal, Anita!""Oh ya? Aku tidak yakin dengan ancaman yang kamu berikan. Lihat ... sekali saja aku bilang pada mereka untuk menikmati kamu malam ini, maka semua pasti terjadi. Mau mencoba?""Wanita gila! Kamu dan Mamamu benar-benar haus kekayaan. Dasar wanita-wanita miskin!"Plak ....Lagi-lagi pipiku terasa kebas. A
Read more

Perasaan Hazel

***"Hazel?" Aku memekik haru. Bagaimana ... bagaimana bisa dia ...."Tangkap pria itu! Jangan biarkan dia bebas di ruangan ini !" teriak Anita. Tiga pria di depanku segera bergerak maju ke arah dimana Hazel tengah berdiri di sana. Tapi sayang ...."Angkat tangan!"Mendadak suasana semakin mencekam. Tiga pria dengan paras mengerikan itu terpaku di tempat dengan masing-masing pistol mengarah pada kening mereka. Sementara Anita ....Krak ...."Argh ...!!!"Aku menjerit ketika merasakan kedua tanganku ditarik ke belakang oleh Anita. Wanita itu ... gila! "Berani mendekat, Helena mati saat ini juga!"Aku hampir menangis ketika menyadari ada sebilah pisau berada tepat di leherku. Sedikit saja aku bergerak, maka kupastikan darah mengalir dari sana."Posisi kamu tidak menguntungkan, Anita. Lepaskan Helena, lihat ... ada banyak polisi disini. Percuma kamu mengancam ....""Aakkkhhh ...."Leherku terasa perih. Aku bisa melihat dengan jelas beberapa tetes darah mulai mengotori bajuku."Lepaskan
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status