***Mobil yang kita kendarai akhirnya sampai di tempat tujuan. Mama, Kamila dan Mas Andra duduk di kursi yang sudah disediakan. Bagaimanapun, pihak kepolisian belum memutuskan hukumannya karena kami semua masih menyimpan barang bukti."Helena, tolong maafkan kami, Nak." Mama Desinta bersimpuh di kakiku sambil menangis sesenggukan. "Andra khilaf, Len.""Duduk dengan tenang, Bu Desinta. Pihak kepolisian pasti memiliki keputusan yang terbaik," kata Om Prabu tegas. "Silahkan berdiri, Helena risih diperlakukan seperti itu."Mama Desinta mendongak penuh harap. Aku memundurkan langkah membuat kedua tangannya luruh dari kakiku. Tante Nela menggandeng tanganku untuk duduk di tempat yang sudah disediakan. Kulihat Mas Andra membantu Mamanya berdiri tanpa membuka suara sama sekali."Seharusnya kasus ini sudah tidak bisa dibuka lagi, bukan? Kenapa setelah bertahun-tahun justru harus diusut lagi?" Mas Andra membuka suara. "Lagipula mau dimulai darimana penyelidikan ini, Helena? Semua barang bukti
Read more