Share

Petunjuk baru

Author: Maulina Fikriyah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

***

"Hah?"

Mama terlihat cengo, terpaksa aku berkata dua kali agar dia mengerti posisinya di rumah ini.

"Kakiku capek, Ma. Pijitin aku ya?"

"Mama? Kamu enggak salah, Len?"

"Eh, emang ada yang salah ya? Aku cuma minta tolong buat pijit kaki kok. Salah emang?"

Kulihat Mas Andra mengangguk samar ketika Mama melirik ke arahnya. Lihat ... bahkan demi kekayaan dia rela melihat Ibunya kuperbudak.

"Ta-- tapi, Len ... aku ini Mama mertua kamu loh, setidaknya hargai aku sebagai ...."

"Mama lupa kalau numpang di rumahku? Aku kan sudah berbaik hati memberikan tumpangan pada kalian, setidaknya berikan balas budi lah, Ma!"

Wajah Mama Desinta memerah. Aku berselonjor dan meletakkan kedua kaki di atas meja di ruang tamu. Kusandarkan punggung pada sofa dengan sedikit memejamkan mata. Sayup-sayup aku melihat Mas Andra menarik tangan Mamanya dan keduanya duduk di sebelahku.

"Cepat, Ma!" desak Mas Andra.

"Keterlaluan!" desis Mama lirih. Aku tersenyum sinis dan membetulkan posisi kakiku.

"Sudah mengumpat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   CCTV

    ***|Betul apa kata Mama, Mas. Kamu harus habisi sekalian Mbak Helena, setelah itu kita bisa kaya dengan bebas.|Aku menutup mata dengan erat. "Ternyata kalian dalangnya?"|Tidak semudah itu, Ma. Semua orang bisa curiga kalau Helena tiba-tiba meninggal. Kita harus buat rencana yang matang. Kita butuh Mama Fiona dan Anita.||Ya, kamu benar. Mereka berdua memang pandai menyusun strategi. Sama seperti kematian Mama mertua kamu dulu, disusul Papa Mertua kamu juga. Fiona memang cerdik, tapi sayang ... dia sedikit bodoh karena terlambat menyisihkan harta untuk dirinya sendiri.|Jantungku berdebar. Bukti yang aku perlukan ternyata datang dengan begitu cepat tanpa menunggu beberapa hari atau minggu pun bulan lagi. Belum genap sehari aku bersikap arogan, orang-orang rakus itu sudah menunjukkan semua kebenarannya.Kamu tidak akan lolos begitu saja dari, Anita! Dan Mamamu, kupastikan dia akan merasakan apa yang Mama rasakan!Prok ... Prok ... Prok ...."Seru sekali sampai tidak mendengar suara l

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Penangkapan Andra

    ***"Mas, kok kamu ada disini?""Kenapa? Kaget?" Aku mengerutkan kening. "Kamu ngikutin aku?"Mas Andra bersedekap dada. Dia menatap Hazel dengan tajam sambil sesekali berdecih."Kamu memintaku bercerai dengan Anita, sementara dirimu ... apa pantas wanita bersuami mendatangi rumah pria lain?"Aku membuang napas panjang. Kuayunkan kaki mendekati tiga orang tidak tau diri itu sambil berkacak pinggang."Jangan basa-basi, katakan ... mau apa ngikutin aku?""Jaga sikapmu, Helena! Andra itu suami kamu, jangan mentang-mentang dari tadi kami diam saja lalu kamu bisa bersikap seenaknya!" cecar Mama Desinta sengit. "Kamu bilang Anita adalah wanita murahan ... tapi ternyata dirimu sendiri ...."Plak ...!!!Entah sejak kapan Tante Nela sudah berdiri di sebelahku. Tangannya dengan cepat menampar pipi Mama dan meninggalkan bekas kemerahan disana. Mama Desinta melotot, sedetik kemudian tangannya turut terangkat tapi dengan sigap aku mencekal pergelangannya sambil berkata. "Jauhkan tangan kotor Mama

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Anita bersama siapa?

    ***Mas Andra dan keluarganya terpaku di tempat ketika tiga orang polisi datang di ambang pintu. Kulihat Hazel buru-buru keluar rumah dan kembali datang dengan memapah tubuh Mamang, satmpan yang berjaga di rumahnya. "Astaga, Mamang!" pekik Tante Nela. "Kenapa bisa babak belur begini, Mang? Siapa yang ....""Tuan yang disana, Bu. Dia tiba-tiba melayangkan tinju berkali-kali sampai saya tidak sadarkan diri."Tante Nela menatap tajam ke arah Mas Andra. Sementara suami yang sebentar lagi akan menjadi mantan itu seakan tidak gentar mendapat tatapan mengerikan dari keluarga Hazel."Kenapa?" tanyanya sombong. "Dia satpam lemah, lagipula siapa suruh menghalangi kami untuk masuk. Ini rumah bawahanku, bukan rumah presiden yang harus dijaga ketat. Bukan?"Tante Nela hendak melangkah mendekati Andra, tapi Om Prabu segera memeluk istrinya dan berseru. "Tangkap mereka, Pak!"Kepalaku tiba-tiba terasa berputar melihat kejadian demi kejadian di depan mata. Mas Andra dan keluarganya yang tidak tau ma

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Lupa Berkaca

    ***Mobil yang kita kendarai akhirnya sampai di tempat tujuan. Mama, Kamila dan Mas Andra duduk di kursi yang sudah disediakan. Bagaimanapun, pihak kepolisian belum memutuskan hukumannya karena kami semua masih menyimpan barang bukti."Helena, tolong maafkan kami, Nak." Mama Desinta bersimpuh di kakiku sambil menangis sesenggukan. "Andra khilaf, Len.""Duduk dengan tenang, Bu Desinta. Pihak kepolisian pasti memiliki keputusan yang terbaik," kata Om Prabu tegas. "Silahkan berdiri, Helena risih diperlakukan seperti itu."Mama Desinta mendongak penuh harap. Aku memundurkan langkah membuat kedua tangannya luruh dari kakiku. Tante Nela menggandeng tanganku untuk duduk di tempat yang sudah disediakan. Kulihat Mas Andra membantu Mamanya berdiri tanpa membuka suara sama sekali."Seharusnya kasus ini sudah tidak bisa dibuka lagi, bukan? Kenapa setelah bertahun-tahun justru harus diusut lagi?" Mas Andra membuka suara. "Lagipula mau dimulai darimana penyelidikan ini, Helena? Semua barang bukti

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Helena diculik?

    ***Malam menjelang, rasa sepi kembali merajai rumah ini. Rumah yang dulu terasa hangat dengan kelembutan Mas Andra, kasih sayangnya yang selalu tercurah setiap saat, juga perhatiannya yang tidak pernah luput untukku. Semua yang dia berikan kukira adalah perasaan yang tulus, tapi nyatanya ... perhatian dan kasih sayang berlebih darinya hanyalah sebagai bentuk pengalihan agar kecurangannya tidak bisa aku endus. Semakin aku mengingat semua kenangan yang Mas Andra ciptakan, semakin aku merutuki diri sendiri karena begitu bodohnya jatuh dalam pelukan pria penuh topeng. Seberapapun aku berusaha bersikap kuat di depan banyak orang, tetap saja ketika sendiri seperti ini aku merasa begitu kosong. Benar kata para pujangga, "Jangan berteman dengan rasa sepi ketika dirimu hancur, atau setiap jam dalam hidupmu terasa begitu menyesakkan."Berulang kali aku menarik napas panjang dan menghelanya perlahan. Foto-foto pernikahan bersama Mas Andra sudah aku turunkan sejak sore tadi sepulang dari rumah

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Dinodai

    ***Plak ...!!Plak ...!!Dua tamparan keras mendarat sempurna di pipi kiri dan kananku. Terpaksa, mau tidak mau aku harus membuka mata daripada wajahku semakin babak belur dibuatnya."Akhirnya bangun juga," seloroh salah seorang pria dengan tato naga di lengan kanannya. Baju tanpa lengan membuatku bisa melihat dengan jelas gambar mengerikan itu. "Cepat tanda tangani surat ini, Bos sudah menunggu dari tadi. Cepat!""Siapa Bos kalian?""Jangan banyak tanya! Tanda tangani saja surat itu dan jangan membantah atau kita patahkan tanganmu!""Apa Bos kalian adalah Anita ....?""Kau tidak perlu tau! Dengar ... tugasmu saat ini hanya perlu menandatangani surat yang ada di depanmu, setelah itu ....""Setelah itu apa aku bisa bebas?"Tiga pria berperawakan tinggi tegap dengan masing-masing tato di lengannya itu tertawa lebar. "Bisa, setelah kita bertiga puas dengan tubuhmu!" bisik pria yang lain.Aku termangu. Bulu kudukku merinding mendengar ancaman yang keluar dari mulut mereka. Sebisa mungki

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Memutar Keadaan dengan Cepat

    ***"Jangan! Tolong jangan, lepaskan aku!" Aku benar-benar panik malam ini. Tiga pria dengan wajah sangar semakin mendekat sambil sesekali memainkan lidahnya di bibir. "Kalian ... aku bisa membayar kalian lebih banyak dari yang Anita berikan. Tolong lepaskan aku!"Anita tertawa semakin keras. Demi Tuhan, jika aku berhasil keluar dari tempat ini dengan aman, akan kubuat hidupnya sangat menderita. Bahkan begitu menderita!"Merengek saja terus, Len. Mereka tidak akan berhenti kalau aku tidak menyuruh untuk berhenti. Ha ... ha ... ha ....""Brengsek kamu, Nit! Gila, kamu wanita gila yang pernah aku kenal!" teriakku frustrasi. "Aku tidak peduli!" "Lepaskan aku atau kamu menyesal, Anita!""Oh ya? Aku tidak yakin dengan ancaman yang kamu berikan. Lihat ... sekali saja aku bilang pada mereka untuk menikmati kamu malam ini, maka semua pasti terjadi. Mau mencoba?""Wanita gila! Kamu dan Mamamu benar-benar haus kekayaan. Dasar wanita-wanita miskin!"Plak ....Lagi-lagi pipiku terasa kebas. A

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Perasaan Hazel

    ***"Hazel?" Aku memekik haru. Bagaimana ... bagaimana bisa dia ...."Tangkap pria itu! Jangan biarkan dia bebas di ruangan ini !" teriak Anita. Tiga pria di depanku segera bergerak maju ke arah dimana Hazel tengah berdiri di sana. Tapi sayang ...."Angkat tangan!"Mendadak suasana semakin mencekam. Tiga pria dengan paras mengerikan itu terpaku di tempat dengan masing-masing pistol mengarah pada kening mereka. Sementara Anita ....Krak ...."Argh ...!!!"Aku menjerit ketika merasakan kedua tanganku ditarik ke belakang oleh Anita. Wanita itu ... gila! "Berani mendekat, Helena mati saat ini juga!"Aku hampir menangis ketika menyadari ada sebilah pisau berada tepat di leherku. Sedikit saja aku bergerak, maka kupastikan darah mengalir dari sana."Posisi kamu tidak menguntungkan, Anita. Lepaskan Helena, lihat ... ada banyak polisi disini. Percuma kamu mengancam ....""Aakkkhhh ...."Leherku terasa perih. Aku bisa melihat dengan jelas beberapa tetes darah mulai mengotori bajuku."Lepaskan

Latest chapter

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Ending

    ***"Saudara Hazel, saya nikahkan dan saya kawinkan anda dengan Helena Bagaskara binti Bagaskara dengan mas kawin uang tunai sebesar 2023 dollar, dibayar tunai!""Saya terima nikah dan kawinnya Helena Bagaskara binti Bagaskara dengan mas kawin tersebut, tunai!""Sah?""Sah!""Alhamdulillah ...."Gedung tempat terlaksananya acara riuh dengan doa-doa para tamu. Helena mengusap sudut matanya yang berair. Di sudut ruangan, sekelebat terlihat bayangan Papa dan Mamanya tengah tersenyum ke arahnya."Selamat ya, Sayang. Semoga pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan," kata Bu Nela haru. "Jangan sedih, Mama dan Papa ada buat kamu."Helena mengangguk. Hatinya membuncah bahagia karena pernikahannya berjalan dengan lancar. Di sebelah Helena, Hazel tak kalah terharu dengan momen sakral yang baru saja ia lakoni. Kini dia menjadi wanita yang memiliki keluarga. Di tempat lain, Kamila dan Mama Desinta duduk berdampingan. Di ujung yang lain terlihat Mama Fiona menangis haru sambil memangku c

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Memaafkan

    ***"Kamu baik-baik saja, Mil?"Kamila menangis namun kepalanya mengangguk memberi jawaban. Helena dan Hazel membawa adik Andra itu ke sebuah Rumah Sakit terdekat. Luka di wajah Kamila harus mendapatkan perawatan. "Terima kasih, Mbak ....""Jangan bicara dulu, bibirmu makin robek," kata Helena mencegah. "Diam saja, kalau sudah mendapat pengobatan di wajahmu, baru berbicara!"Kamila terus menangis. Sesekali tangannya mengusap perut yang terasa perih namun ia enggan menceritakannya itu pada Helena. Kamila tidak mau dianggap sebagai orang yang memanfaatkan kebaikan orang lain, apalagi orang itu adalah Helena. Di kursi kemudi, Hazel tidak berbicara sepatah katapun. Dia terus menatap ke depan seakan-akan Helena dan Kamila di belakang tidak mempengaruhi keadaan hatinya saat ini. Hazel cemburu. Tentu saja. Wanita yang Helena tolong adalah mantan adik iparnya. Ada perasaan nyeri di hati Hazel saat ini. Sesampainya di rumah sakit, Helena dengan sigap meminta bantuan perawat untuk mengobati

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Malangnya Kamila

    ***"Maafkan Tante, Len. Sungguh, Tante minta maaf," cicit Mama Fiona. "Kamu sebaik ini pada Tante padahal Tante sudah menyakiti kamu, Helena. Maafkan Tante ...."Helena membuang muka hingga tanpa sadar dia menatap Hazel yang sedang memperhatikannya dengan tatapan lembut. Pria itu mengangguk samar di depan Helena seolah sedang berkata. "Kamu bisa, Sayang!""Aku belum bisa memaafkan semua kesalahan Tante," kata Helena datar. "Mau sebanyak apapun Tante meminta maaf, aku sepertinya tidak bisa memaafkan begitu saja," imbuhnya."Aku tidak perduli apakah nanti berdosa sudah menyimpan dendam, tapi ... sungguh, aku tidak bisa memaafkan semuanya, Tante. Aku melakukan ini karena tidak bisa membiarkan bayi yang tidak bersalah menanggung dosa Ibu dan Neneknya. Tante tau bukan jika aku tidak punya urusan apapun pada bayi itu? Seharusnya aku bisa abai, tapi berulang kali Mama hadir dalam mimpi. Dia terlihat sedang menggendong bayi di depanku ...."Mama Fiona menangis tergugu di depan Helena. Terbay

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Ikhlas di Hati Helena

    ***"Tidak bisa, kami tidak mau menerima pekerja dengan membawa anak.""Maaf, Ibu. Kami menolak pekerja yang usianya sudah tidak muda lagi.""Lebih baik di rumah saja, Nek, sudah tua masih saja mikirin dunia!""Sudah sana pergi! Gak ada lowongan pekerjaan disini!" Banyak sekali kalimat-kalimat menyakitkan yang Mana Fiona terima hari ini. Rumah yang ia tempati seharusnya sudah jatuh tempo biaya bulanan namun Mama Fiona bahkan tidak memiliki sepeserpun uang. Beruntung susu yang Helena belikan masih ada jadi cucunya bisa menyusu tanpa takut kelaparan. "Permisi ...."Seorang wanita muda berpakaiannya terbuka muncul di ambang pintu. "Jangan minta-minta disini, sana!"Mama Fiona seketika menggeleng. "Mbak, bisa saya melamar bekerja disini?"Wanita dengan belahan dada rendah itu tertawa terbahak-bahak. Dia menepuk-nepuk pipi Mama Fiona dan menjawab. "Bu, disini itu salon kecantikan. Kalau kamu yang penampilannya kucel dan lusuh seperti ini bekerja di tempatku, bisa kabur semua pelangganku.

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Menjelang tamat II

    ***"Ma, gak bisa gitu dong! Aku maunya bebas!" Anita menggebrak meja tanpa peduli apakah bayinya akan terkejut dan menangis atau tidak. Beruntung sebelum berangkat mengunjungi Anita, Mama Fiona sudah memberi susu yang cukup untuk cucunya. "Enak saja Mama mau lepas tangan, ingat ya ... semua ini gara-gara rencana Mama!"Mama Fiona menunduk menatap wajah cucunya yang tertidur sangat pulas. "Mama tau, Nit. Mama mengaku salah, tapi tolong mengertilah ....""Aku tidak bisa mengerti apapun saat ini! Melihat Mama bebas sementara aku terkurung di penjara rasanya hatiku seolah terbakar. Aku marah, tentu saja!""Dengarkan Mama, Anita!" bentak Mama Fiona lantang. "Dengarkan Mama sekali ini saja, setelah itu ... terserah langkah apa yang mau kamu ambil."Anita diam meskipun dadanya naik turun menahan amarah. Bagaimana tidak, otak dari rencana kejahatan ini adalah Mama Fiona namun wanita paruh baya itu justru bebas sementara Anita yang harus mendekam di penjara. "Mama sudah terlanjut mendapatkan

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Keputusan

    ***Helena dan Bu Nela sama-sama menangis. Hazel yang sedang membawa nampan berisi minuman hanya bisa terpaku di balik dinding penyekat antara dapur dan ruang keluarga. "Den, mau Bibi bawakan?" Hazel menggeleng, "Tidak perlu, Bi. Aku sengaja menunggu sampai Mama dan Helena tenang," kata Hazel menolak.Bibi mengangguk pasrah dan kembali ke dapur, sementara Hazel masih terus berdiri dengan telinga yang sedang mencuri dengar perbincangan dua wanita hebat dalam hidupnya. "Aku ingin sekali membenci, Ma, tapi entah kenapa aku justru merasa bersalah sekarang," tutur Helena di tengah isak tangisnya. "Mama Fiona dan Anita sudah menghancurkan hidupku, tapi kenapa aku justru iba pada bayinya? Tidak bisakah aku membenci bayi itu juga, Ma?""Dia tidak bersalah, Sayang ...." Bu Nela menyahuti ucapan calon menantunya dengan sigap. "Mau sebanyak apapun kesalahan dan kejahatan yang Anita dan Ibunya lakukan, bayi itu tidak bersalah, Helena."Helena menatap wajah Bu Nel lamat-lamat. "Aku ingin memban

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Orang tua baru

    ***"Ah, tidak begitu ... apakah yang aku putuskan ini benar kalau aku membantu biaya hidup bayi itu? Dia ... wajahnya yang damai membuatku selalu merasa bersalah, Hazel."Kedua mata Helena lagi-lagi berkaca-kaca. Tangannya yang semula terlihat jauh lebih tenang kini kembali bergetar. Tampak betapa pergulatan hebat di dalam hatinya dengan berlangsung saat ini."Aku tahu, dulu ... Mama Fiona tidak peduli bagaimana aku akan melanjutkan hidup. Dia tanpa hati menyingkirkan Mama dan Papa, tapi ... saat itu posisiku adalah wanita yang sudah bersuami, Hazel. Jika aku adalah seorang bayi, apakah Mama Fiona akan memberikan rasa kasihannya padaku?" Helena berbicara seorang diri. Ya, lagi-lagi Hazel memberi ruang agar Helena bisa melampiaskan apa yang ia rasa saat ini. "Aku tidak bisa abai pada bayi itu, apakah ini memang rencana Mama Fiona, Hazel? Dia tahu bahwa aku tidak akan sampai hati untuk tidak perduli itu sebabnya dia menemuiku dengan membawa bayi? Begitukah, Hazel?"Hazel masih belum be

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Pertarungan hati

    ***"Apa Tante pikir dengan membenci saya maka semua pahit yang aku rasakan musnah sudah?" Helena bertanya parau. "Aku sebenarnya muak membahas tentang masa lalu, Tante. Tapi hari ini aku mau semuanya berakhir. Tante ... Anita, Mas Andra dan keluarganya aku harap tidak lagi menggangguku!"Mama Fiona mengangguk lemah. "Ya, Tante berjanji, Helena."Hazel mengusap punggung tangan Helena seraya melontarkan tatapan lembut pada wanita yang saat ini terlihat begitu kalut itu. "Kita pulang?"Helena mengangguk. Ada perasaan iba pada bayi yang tidak bersalah, namun ada perasaan benci ketika netranya menangkap wajah Mama Fiona. Selalu saja pahit di masa lalu membuatnya tidak mau menaruh rasa kasihan saat ini. "Untuk ke depannya, aku tidak mau tahu bagaimana kabar Tante dan siapapun itu. Mau itu bayi Anita atau bayi-bayi yang lain. Aku tidak perduli!""Tante paham, Helena," sahut Mama Fiona sendu. "Tante sangat paham," imbuhnya. "Untuk yang terakhir kalinya, tolong maafkan Tante.""Aku tidak bis

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Penyesalan

    ***"Masih punya muka menemui Helena, Tante?" Hazel langsung memberi pertanyaan menohok setelah makanan di depannya tandas tak bersisa. "Sepertinya muka Tante Fiona tebal sekali ya, Sayang?" tanya Hazel kepada Helena seraya terkekeh mencibir. "Putrinya hampir membunuhku, kini dia datang menemui calon istriku, mau apa, Tante?"Mama Fiona terus menunduk. Tangannya sibuk menepuk-nepuk bokong bayi dalam dekapannya sementara jantungnya sejak tadi sudah berdebar hebat. Tidak cukup nyali untuk mengangkat kepala di depan Hazel karena saat ini posisinya sudah kalah telak."Om Bagas dan istrinya meninggal di tangan Tante, sekarang Tante Fiona datang membawa bayi di depan Helena, wah ... paham sekali kalau calon istriku ini wanita baik," tutur Hazel lagi. "Belum lagi, aku yakin kalau otak lain dari rencana kecelakaan yang menimpaku adalah Tante Fiona, mustahil sekali jika Anita merencanakan itu sendirian."Mama Fiona mengangkat wajahnya perlahan. Saat kedua matanya bersirobok dengan mata Hazel,

DMCA.com Protection Status