Home / Romansa / Aku Bukan Pelakor / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Aku Bukan Pelakor: Chapter 1 - Chapter 10

85 Chapters

Prolog

Prolog ***Suasana rumah sederhana milik salah satu warga kampung Anyelir terlihat ramai. Kediaman bernuansa biru laut itu adalah milik kelurga Pak Baron. Sebuah acara sakral dan penting akan segera digelar di sana. Pesta pernikahan anak gadis pertama mereka. Sebuah tenda sederhana sudah terpasang rapi di depan rumah, deretan kursi dan meja di mana penuh dengan berbagai jajanan menghiasi setiap sudutnya. Cuaca yang cerah sangat mendukung akan pelaksanaan hal yang suci ini. Di dalam rumah, keluarga Pak Baron baru saja menyambut tamunya, yaitu mempelai laki-laki beserta keluarga. Laki-laki yang diperkirakan usianya di atas empat puluhan itu menjabat pria di hadapannya. "Selamat datang, Nak Saka," ucap Pak Baron pada calon menantunya. Atensinya beralih pada seorang laki-laki di samping Saka yang ia ketahui adalah kakak dari Saka. Memang, menurut pengakuan Saka, Pria itu sudah tidak memiliki orang tua lagi. Hanya ada kakak tunggalnya yang juga menjadi wali nikah. Bagi Pak Baron itu ti
Read more

1. Kebenaran

Ruangan yang sebelumnya dipenuhi rasa bahagia kini diliputi kebingungan. Sosok perempuan lain yang hadir menghentikan pernikahan membuat suasana menjadi tegang. Bisik-bisik semakin sentar terdengar. Beberapa orang mulai memikirkan hal yang tidak-tidak, bahkan beberapa pandangan yang terarah pada Nada mulai terlihat sinis. Namun, tidak sedikit pula yang menatapnya iba. "Mas. Bukankah itu mantan istri kamu?" tanya Nada yang kini buka suara. Wanita itu menatap calon suaminya dan seseorang yang berada di ambang pintu dengan tatapan sulit diartikan. Rina—orang yang katanya istri dari Saka mendengar apa yang diucapkan oleh wanita dengan kebaya yang melekat di tubuhnya tersenyum miring. "Mantan istri?" Suara yang keluar dari bibir sensual itu terdengar sinis. "Saya masih sah menjadi istrinya Mas Saka." "A_apa?" Suara Nada tertahan di tenggorokan, ia memandang Saka dengan isyarat menuntut akan sebuah jaawaban. Sayangnya, keterdiaman Saka membuat dia menangkap suatu hal kalau perempuan itu
Read more

2. Kemarahan

"Bu." Nada menangis melihat keadaan ibunya yang seperti ini. Dia memandangi dokter yang tengah memeriksa keadaan sang ibu dengan perasaan khawatir. "Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Pak Baron. Pria itu menunjukkan mimik tegang dan takut secara bersamaan. Pria dengan kacamata bening itu tersenyum pada Pak Baron. "Penyakit darah tinggi ibu kambuh, Pak. Sepertinya beliau syok. Saya tuliskan resep obatnya nanti diminum kalau ibunya sudah sadar. Jangan membuatnya terlalu banyak pikiran, ya." Pria dengan kemeja putih itu menyerahkan selebaran resep pada Pak Baron. "Kalau begitu saya permisi." "Mari, Dok saya antar." Pria tinggi dengan kulit kecokelatan mengambil alih, dia tersenyum pada Pak Baron sebelum mengantar dokter kepercayaan keluarganya yang akan pulang. Sepeninggal dua orang itu, Pak Baron menatap istrinya sendu. Lalu beralih pada putrinya yang masih memakai kebaya putih. Tanpa kata dia menyeret Nada keluar dari kamar. "Pak—" Panggilan dari Nada tidak sama sekali dia
Read more

3. Kabar Burung

Saka bangkit lalu menatap Rina tajam. Dia mendesis penuh kemarahan. Dengan langkah lebar dia mendekati perempuan itu. Tanpa diduga, Saka mendorongnya sampai punggung membentur dinding, mencekik leher mantan istrinya. Rina yang sudah menduga hal ini akan terjadi masih tampak tenang meksipun lehernya sudah terasa sakit. Bahkan sejak Saka memandang dirinya tajam, dia sudah siap dengan semua ini. Saka berdesis di depan wajah Rina. "Kenapa? Kenapa kau menghancurkan acara pernikahanku?" Tidak takut, Rina malah mendengus sinis. "Kamu pikir aku akan diam dengan apa yang kamu lakukan padaku, Ka? Tidak akan. Aku butuh keadilan akan sikap yang telah kamu perbuat padaku dan Zahra." Rina melirik ruang kerja Aska di mana kakak suaminya ini tadi berlalu, berharap pria itu akan keluar dari sana. Sayangnya Rina lupa jika ruang kerja Aska kedap suara. Oh, tidak. Kenapa dia bisa lupa? Baiklah. Sepertinya Rina harus mencari cara lain. "Itu adalah salahmu sendiri karena tidak mengizinkan aku untuk me
Read more

4. Kebenaran Kehamilan

Waktu masih pagi. Beberapa ibu-ibu sudah berkumpul mengelilingi gerobak sayur yang kebetulan berhenti di depan salah satu rumah warga. Mereka berbelanja sekaligus membicarakan hal apa yang terjadi di sekitar mereka. Terutama mengenai kejadian beberapa hari lalu yang menimpa putri pertama keluarga Pak Baron yang mengalami kegagalan pernikahan karena calon suaminya masih memiliki seorang istri. Kabar itu menggegerkan kampung Anyelir dalam sekejap. "Enggak nyangka ya, Ibu-Ibu kalau Nada seperti itu," ucap seorang ibu-ibu yang memilah sayuran di hadapannya. Seorang ibu lain yang memakai daster bunga-bunga menimpali, "Iya. Ternyata dia mau menikah dengan suami orang." "Padahal, banyak pemuda di kampung yang terang-terangan menyukai dia dan bermaksud melamar dia. Termasuk anak saya si Sapto. Tapi Nadanya malah nolak. Eh, nggak tahunya malah maunya sama pria yang udah punya istri." Dari jauh terlihat Ibu Susi yang berjalan dengan cepat menuju kumpulan para ibu di gerobak sayur. Wajahnya
Read more

5. Terusir

Seorang pria datang bertamu ke kediaman Pak Baron hari ini. Beberapa buah-buahan menjadi buah tangannya untuk datang. Dia cukup bangga kala mendapatkan sambutan ramah dari sang tuan rumah. "Keadaan Ibu bagaimana, Pak?" tanya pria itu yang tidak lain adalah Rizal. Seseorang yang sebelumnya sempat dijodohkan dengan Nada tetapi perempuan itu menolak. Pak Baron tersenyum. "Sudah mendingan, Nak Rizal. Terima kasih. Ini semua berkat Nak Rizal yang sudah mau memanggilkan dokter keluarga Nak Rizal," ucap Pak Baron tampak tidak enak. Rizal membalas senyuman itu. "Ah. Itu bukan apa-apa, Pak. Selagi saya bisa membantu, akan saya bantu. Karena keluarga Pak Baron sudah saya anggap keluarga sendiri." Pria itu memang Pintar berkata-kata manis.Pak Baron semakin merasa tidak enak pada Rizal. "Boleh saya melihat keadaan Ibu, Pak?" "Oh. Boleh-boleh." Pak Baron dengan senang hati mempersilakan. Pria paruh baya itu masih beruntung karena Rizal masih mau berhubungan baik dengan dirinya setelah putrinya
Read more

6. Pergi Dari Rumah

Nada menatap sendu pintu rumahnya yang sudah tertutup rapat. Bahkan dia juga melihat sang ayah yang mulai menutup jendela dengan sedikit tatapan tajam ke arahnya. Seolah-olah dari tatapan itu Pak Baron ingin mengatakan kalau dia sudah sangat membenci anaknya. Nada menunduk, tidak menyangka kalau kehidupan akan berubah sedrastis ini. Dia rasa baru beberapa hari lalu Nada merasakan kebahagiaan akan melepas masa lajang dengan pria yang dia cintai. Akan tetapi, dia tidak menyangka kalau pria itu juga yang telah memberikan luka pada dirinya. Menipu akan status, menjanjikan pernikahan, membuat keluarganya malu dengan kebenaran yang ada. Kini, dia pun harus terusir dari rumah yang sudah membesarkan dirinya karena kehamilan yang ingin dia pertahankan, juga penolakan dirinya untuk menikahi Rizal. Pria yang baru saja disebutkan namanya mendekati Nada. "Sudah aku katakan. Terima saja lamaran dariku. Kamu akan sedikit memberi kebahagiaan pada kedua orang tuamu. Dan anakmu yang tidak memiliki a
Read more

7. Kedatangan Aska

Sebuah mobil terparkir di depan kediaman Pak Baron. Si pemilik yang masih berada di dalam mobil memandang keadaan sekitar yang tampak sepi meski di seberang jalan ada beberapa ibu-ibu yang berkumpul mengelilingi sebuah gerobak sayur. Kehadiran mobil mengkilat yang jarang tentu saja menyita perhatian warga sekitar. Apalagi para ibu-ibu yang suka bergosip. Kebetulan sekali mereka sedang berkumpul sembari berbelanja pada tukang sayur keliling yang berhenti tak jauh dari kediaman Pak Baron.Tinggu. Asal kalian tahu saja kalau beberapa ibu-ibu kepo memang sengaja memberhentikan tukang sayur itu di sana karena mereka menunggu informasi baru mengenai Pak Baron. Seorang ibu-ibu dengan daster merah bergambar ayam menatap begitu intens pada mobil itu. "Eh Ibu-Ibu," panggilnya pada semua yang sedang berbelanja di sana. "Itu mobil siapa yang parkir di rumah Pak Baron?" Tangannya menunjuk pada kuda besi mengilat di seberang jalan. Semua yang ada di sana menoleh ke arah yang ibu itu tunjuk. Sala
Read more

8. Mencari

Pagi ini, Saka berdiri di ambang pintu divisi yang dia pimpin. Tentu saja dia mencari keberadaan Safira untuk menanyakan soal Nada yang sudah tidak masuk semenjak seminggu yang lalu. Mereka berdua memang satu kampung tinggalnya. Pandangan Saka jatuh pada sosok yang dia cari sedang mengerjakan sesuatu. "Safira," panggilnya. "Iya, Pak," jawab Safira sembari mengalihkan pandangan ke arah pemilik ruangan. Dia melihat atasannya berdiri di ambang pintu, segera dia berdiri dari duduknya. "Ikut saya ke ruangan saya." Setelahnya dia gegas pergi menuju ruangannya diikuti dengan pandangan Safira yang memasang wajah bingung karena mendapat panggilan dari atasannya.Safira yang tiba-tiba saja dipanggil oleh menejernya tentu saja merasa terkejut. Beberapa karyawan wanita mendekati meja Safira. "Hei. Ada apa tiba-tiba kau dipanggil Pak Saka?" Seorang karyawan dengan rambut panjang bertanya pada Safira. Sedangkan Safira masih memasang wajah bingung. Dia mengedikkan bahu lalu menggeleng. "Aku juga t
Read more

9. Mengajak Nada

Nada duduk pada sebuah kursi di trotoar jalan. Dia memandang kumpulan pemuda di seberang jalan yang tampak tertawa dengan duduk melingkari sebuah meja. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang seru. Tangan kanan tidak terasa terangkat dan bertengger di atas perutnya yang masih rata. Dia mengingat kenangan saat Saka sering mengajaknya keluar dan minum bersama sembari bersenda gurau. Tiba-tiba saja tatapannya menerawang ketika mengingat pengkhianatan dan kebohongan pria itu. Ingin sekali dia memutar waktu karena menyesal pernah mengenal Saka. Tidak. Untuk anak dalam kandungannya dia tidak menyesal sama sekali karena bagi Nada itu adalah sebuah anugerah. Di saat kegiatannya hanya diam, sebuah suara menyapa indra pendengaran. "Nada." Nada menoleh, dia terkejut ketika melihat keberadaan Aska di sampingnya. Pria itu berdiri menggunakan kacamata hitam. "Kak Aska," panggil Nada dengan rasa terkejut. Perempuan itu tidak menyangka akan bertemu dengan mantan calon kakak iparnya di t
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status