"Jaga Jihan baik-baik, Tar. Kasih dia kunci rumah biar nggak di depan rumah kayak perempuan apaan," ucap Mamanya Pak Akhtara seraya berpamitan. Sedang kami berdua mengantarkan kepulangan mereka berdua. "Iya, Ma. Bakal aku jagain," ucap Pak Akhtara sambil merangkul pundakku dan mendekatkan tubuh kami berdua. Aku pun hanya tersenyum bahagia penuh kepalsuan di hadapan kedua orang tua Pak Akhtara. Ingat, Jihan. Ini hanya sandiwara! "Kalau mau honeymoon, jagain Jihan benar-benar, Tar. Jangan biarin istrimu sendirian. Dan Mama minta maaf untuk acara di Puncak kemarin." "Ma, kita udah sepakat nggak akan bicarain hal itu lagi kan?! Biar Mama nggak sedih. Udahlah, Ma." Mamanya Pak Akhtara kembali bersedih lalu mengusap air matanya. "Mama pengen gendong anakmu, Tar. Tapi karena Mama, akhirnya Jihan keguguran," ucapnya dengan suara gemetar. Oh ... kehamilan palsu ini sangat dilematis. Andai Mamanya Pak Akhtara tahu, mungkin kami berdua akan dipenggal. "Sementara Mama gendong anaknya A
Baca selengkapnya