Semua Bab Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan: Bab 81 - Bab 90

286 Bab

Saya Cemburu Tapi Bapak Nggak Nyadar

"Han?" Aku mendongak lalu meraup udara yang ada di dalam kabin pesawat kelas VIP ini sebanyak mungkin untuk memberi keyakinan pada diri sendiri. Harus totalitas! "Saya butuh jawabanmu." Kepalaku mengangguk pelan. "Jelasin pelan-pelan. Yang penting pesannya sampai ke saya." Dan .... inilah saatnya melepaskan busur racun yang pertama dan semoga tepat sasaran di jantung Pak Akhtara. "Sebelumnya ... saya ucapin makasih banyak sama Bapak karena udah bantuin saya ngelunasi perumahan untuk kedua orang tua. Juga, saya merasa sangat diterima dengan baik sama kedua orang tua Bapak tanpa ngelihat status sosial keluarga saya yang udah ... bangkrut." Pak Akhtara tidak mengatakan apapun dan beliau hanya memperhatikanku. "Saya ini anak tunggal, Pak. Kadang capek juga kerja sendirian nggak ada yang bantuin untuk menghidupi kedua orang tua. Bahkan di ibu kota pun, saya sendirian. Nggak punya teman berkeluh kesah. Mau curhat sama sahabat, takutnya malah disebarluasin." "Tapi, saya bersyukur k
Baca selengkapnya

Saya Disini, Untukmu!

Bukan ciuman sekilas, tapi aku mencium pipi Pak Akhtara selama lima detik. Beliau tidak menolak ciuman yang kuberikan. Hanya saja ekspresi wajahnya tampak menegang karena sikapku yang bekerja diluar prediksi. Aku tidak pernah menunjukkan sisi romantis atau perhatian yang mendalam pada beliau. Tapi begitu kami berlibur ke Maldives, aku mendadak berubah seperti perempuan yang cinta mati padanya. Pantas dan wajar jika Pak Akhtara terkejut dan selalu berkata membutuhkan waktu untuk mengenalku. Tapi masalahnya, aku yang tidak mau menunggu lebih lama lagi. Karena aku juga dikejar oleh waktu. Usai mencium pipinya, aku kembali memeluk Pak Akhtara untuk menyembunyikan rasa malu karena berpikir ini terlalu agresif. Oh ayolah, ciuman! Bekerjalah dengan baik hingga ke dasar hati Pak Akhtara! Buat beliau bertekuk lutut padaku secepat mungkin! Aku kembali menyandarkan kepalaku di dada beliau dan lagi-lagi aku bisa mendengarkan detak jantungnya yang menggila. Semoga saja itu efek dari racu
Baca selengkapnya

Atau Layani Saya?

"Maaf, Han. Bukan maksud saya ambil kesempatan dalam kesempitan. Murni saya meluk kamu sambil tiduran karena tadi suhu badanmu turun. Saya cuma mau menjaga suhu tubuhmu biar nggak kedinginan. Tapi saya sendiri malah ketiduran. Sekali lagi, maaf." Perlahan Pak Akhtara bangun dari tidurnya di sebelahku dengan wajah kurang bersahabat. Apakah beliau merasa tertuduh dengan pertanyaanku? "Bapak mau kemana?" Beliau batal menurunkan kakinya ke lantai lalu menatapku. "Siap-siap mau makan malam. Saya lapar. Apa kamu nggak lapar?" Aku tidak memberi jawaban apapun namun hatiku berkata jika perbuatan baiknya tadi memiliki arti yang begitu besar terhadap kesehatanku. Beliau menjagaku dengan baik dan hanya Pak Akhtara sajalah satu-satunya penolongku di Maldives. Hanya beliau lah yang kukenal di sini. "Pak?" Panggilku dengan menahan lengan kanannya. Beliau kembali urung menurunkan kakinya ke lantai lalu menoleh ke arahku. "Apa?" Aku teringat akan tujuan besarku di Maldives dan sederet s
Baca selengkapnya

Saya Minta Maaf, Istriku!

Tuna Stuffed Chapati. Salah satu menu makanan yang dipesan Pak Akhtara dan modelnya seperti sambal ikan klotok di Indonesia. Ada nasi dan sambalnya juga. "Kenapa, Han? Mau nyoba menu saya?" Sejujurnya ikan laut gorengnya sangat harum sekali. Tapi aku malu untuk mencicipinya. Dan aku merasa salah pilih menu Banana Flower Salad. Yaitu salad yang disajikan di lembaran kelopak bunga pisang dengan rasa sedikit kecut dan pedas. Cita rasa yang tidak sesuai dengan lidahku sama sekali. "Sini. Saya suapin." Pak Akhtara menyendokkan sesuap nasi dan lauk lalu menyodorkannya ke mulutku. "Enak?" Kepalaku mengangguk dengan terus mengunyahnya. "Mau saya pesenin kayak gini?" "Emang boleh, Pak?" "Yang penting bayar, Han." Jika tadi Pak Akhtara bersikap biasa saja, maka sekarang beliau menunjukkan sisi perhatiannya dengan memesankanku menu yang sama dengannya. "Habisin, Han. Biar kamu ada tenaga barangkali mau mendebat saya." Aku memanyunkan bibir sambil terus menikmati menu tuna stuf
Baca selengkapnya

Baru Sempat Atau Dengan Yang Lain?

"Pak!" Tetiba saja Pak Akhtara menyingkirkan guling yang ada di tengah-tengah kasur lalu kini beliau berada di atasku. Mau apa memangnya? "Han, cukup! Jangan bilang cinta lagi ke saya atau lihatin wajah saya kayak tadi!" Beliau berkata pelan namun tegas dengan mata menatapku intens. Sedang kedua tangannya bertumpu di kedua sisi tubuhku yang setengah berbaring di kasur. "Ke ... kenapa, Pak?" Tanyaku lirih dengan perasaan gugup. "Karena ucapan cintamu dan perhatianmu yang betubi-tubi itu bikin saya bisa khilaf. Apa kamu siap kalau saya khilaf?" Kepalaku langsung menggeleng tegas dengan mata membola. Aku hanya mencintai hartanya, tidak lebih! "Makanya, jangan mancing-mancing saya terlalu jauh. Saya nggak mau kamu jadi nggak nyaman sama hubungan kita yang baru dimulai ini. Meski kamu itu sah mau saya apa-apakan, tapi saya mau ada keselarasan dalam pernikahan kita. Biar kamu dan saya sama-sama nyaman menjalaninya." "Kalau pun memang kamu jodoh saya tapi kita dipertemukan deng
Baca selengkapnya

Tampil Terbuka Di Depan Pak Akhtara

"Mas, kok kamu bilang gitu?"Siapa yang tidak panas hati ketika baru menelfon Mas Hadza ditengah tidak tahunya aku bagaimana cara mencari sinyal, tapi begitu terhubung dia langsung marah dan main tuduh. "Ck! Siapa yang nggak bingung kalau kamu nggak ngabarin apapun dari kemarin! Entah kamu udah sampai Maldives atau pesawatmu ada masalah! Aku nungguin pesan dari kamu, Han! Mau tanya juga mau tanya siapa! Beneran, aku persis orang bego nungguin pesan dari kamu!" Ini adalah kali pertama aku mendengar Mas Hadza meluapkan emosinya. Kasar, menyakitkan, dan aku mendadak tidak nyaman. Tapi tidak salah karena yang membuatnya begini adalah akibat salahku yang tidak memberi kabar sejak kemarin."Aku nggak ada sinyal, Mas! Aku nggak ngerti kalau ke luar negeri harus pasang kartu yang bisa untuk di luar negeri juga.""Apa kamu nggak bisa minta sinyal dari saudaramu atau orang hotel cuma lima menit aja untuk ngabarin aku? Atau emang kamu terlalu sibuk sampai lupa ngasih kabar ke aku?! Jangankan ak
Baca selengkapnya

Memanjakanmu Selayaknya Istri Saya

Pak Akhtara itu sebenarnya lelaki yang cukup perhatian. Bagaimana tidak perhatian jika begitu keluar dari kamar, beliau langsung menggandeng tanganku sedang satu tangannya yang lajn membawa tas berisi pakaian ganti kami untuk menyelam.Bahkan beliau tidak melepaskan tanganku sama sekali begitu sampai di sebuah mini yacht yang disewa olehnya. "Ayo, Han."Beliau melompat lebih dulu ke atas yacht dengan mengulurkan tangannya padaku. Karena yacht sedikit terombang-ambing karena gelombang laut yang datang. "Saya takut, Pak!" "Pegang tangan saya lalu lompat. Nanti kamu saya tangkap. Tenang aja. Percaya sama saya."Bagaimana tidak takut jika yacht itu terus bergerak naik turun. "Takut, Pak!" Lalu hembusan angin pantai menerpa rambutku hingga setengah berantakan. "Ayo, Han! Ada saya!" Aku menggenggam tangan Pak Akhtara erat lalu melompat ke arah yacht. Tapi aku melompat di waktu yang salah hingga membuat kakiku menapak miring. Lalu Pak Akhtara meraihku dalam dekapannya ketika akan terg
Baca selengkapnya

Mengabdikan Jiwa Ragaku Padamu

Usai membersihkan diri dan petugas hotel membawakan makan siang, Pak Akhtara mengajakku kembali duduk di teras kamar kami yang menghadap laut. Sejuk dan menyenangkan sekali.Dengan memakai baby dol alias baju tidur warna biru dengan potongan pendek hingga terlihat jenjang kaki indahku, aku duduk bersila di hadapan Pak Akhtara. Di tengah-tengah kami tersaji makan siang khas Maldives. Belum selesai kami makan siang bersama, tiba-tiba saja Pak Akhtara memilih menyudahinya. "Kenapa, Pak?" Beliau menggeleng lalu menghadap lautan yang berkilau karena pantulan cahaya matahari."Apa menunya nggak cocok sama selera Bapak?" Lalu beliau menoleh ke arahku, "Lihat kamu pakai baju pendek-pendek bikin kepala saya pusing, Han."Aku menghentikan kunyahan lalu menatap Pak Akhtara dengan alis terangkat. Jujur sekali beliau ini?"Kamu tahu kenapa saya tadi diving sendirian? Hampir setengah jam lamanya."Kepalaku menggeleng sebagai jawaban dengan menatap beliau lekat."Karena kepala saya pusing banget,
Baca selengkapnya

Kamu Cantik, Wangi, dan ... Seksi

"Pak, hujan."Rintik-rintik hujan mulai membasahi kawasan tempat kami menginap selama di Maldives. Rencananya Pak Akhtara yang akan mengajakku melihat Sea Of Star yang berada di Vaadhoo Island. Yaitu sejenis plankton yang mengeluarkan cahaya di malam hari hingga membuat lautan yang di Vaadhoo Island seperti dipenuhi lampu-lampu warna biru cantik. Atau sejenis kunang-kunang laut. Hal indah yang tidak ada di lautan Jakarta dan hanya ada di Maldives saja. Alhasil aku memberengut kecewa karena satu keindahan Maldives harus terlewat karena rintik hujan. Tidak mungkin jika kami nekat pergi ke sana saat hujan seperti ini. Beliau kemudian berjalan ke arahku yang berdiri di teras kamar lalu menengok ke luar. "Alamat batal lihat sea of star nih, Han.""Sayang banget, Pak. Padahal saya udah ngarep banget."Kemudian beliau menarik lenganku agar berdiri memunggunginya. Lalu beliau begitu saja melingkarkan tangannya di perutku dan menumpukan dagunya di pundakku. Sontak aku terkejut dan sediki
Baca selengkapnya

Beliau Meragukan Cintaku

Apa katanya? Cemburu melihatku makan siang bersama Mas Hadza? Lalu aku memberanikan diri menatap kedua mata Pak Akhtara dengan keningnya masih ditempelkan dengan keningku. "Jangan dekat-dekat sama lelaki manapun, Han. Saya nggak suka." "Tapi ... saya punya teman, Pak." "Penting suamimu ini atau temanmu?" Pilihan apa ini? Tentu saja penting Mas Hadza dari siapapun! "Dosa besar kalau istri nggak nurut sama suaminya. Apalagi untuk menjaga martabat dan harga dirimu. Teman itu nggak selamanya ada buat kamu. Tapi kalau suami, saya bisa pastikan bakal bisa kamu andalin jadi teman hidup sampai maut memisahkan." Tetap saja aku tidak setuju dengan pemikiran Pak Akhtara. "Pak, saya ... juga butuh berteman. Saya ... " Aku tidak melanjutkan ucapan karena tangan Pak Akhtara yang berada di kedua pinggangku kini menekan bagian depan tubuhku hingga bersentuhan dengan bagian depan tubuhnya pula. "Saya nggak suka kalau dibantah, Han." Lalu aku menggunakan kedua telapak tangan untuk menaha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
29
DMCA.com Protection Status