Ponselku berdering nyaring ketika sedang mengenakan maskara. Buru-buru aku mengangkatnya karena itu berasal dari Mamanya Pak Akhtara. "Halo, Ma?" Setelah menekan tombol loudspeaker, aku kembali mengenakan maskara dengan benar sambil bercermin. "Mama udah perjalanan menuju Puncak, Han. Gimana Akhtara?" "Aman kok, Ma. Mas Tara masih mandi." "Dia nggak curiga, kan?!" "Nggak, Ma. Tenang aja. Aku pakai alasan minta ditemenin kondangan ke Puncak." "Ya udah. Nanti bilang sama Akhtara, jangan ngebut-ngebut. Biar kandungan kamu nggak kena guncangan kalau ngelewati jalan berlubang." Ya Tuhan, Mamanya Pak Akhtara ini sangat baik sekali orangnya. Meski beliau tahu jika aku ini hanyalah perempuan biasa yang dinikahi Pak Akhtara, namun beliau tidak mempermasalahkan. Jarang-jarang ada mertua yang bisa menerima kekurangan menantu dan menerima apa adanya. Padahal keluarga besarnya adalah deretan orang terpandang dengan harta melimpah. "Eh ... Iya, Ma." Dan aku merasa sangat bersalah pad
Last Updated : 2024-10-29 Read more