“Namanya juga kucing dikasih ikan asin! Mana nolak?! Jadi, kamu nggak usah lebay!” ucapnya sembari menunjuk wajahku.“Asal Bapak tahu, saya nggak minta uang, rumah, bisnis, atau mobil. Saya sadar sama isi perjanjian pra nikah kita. Bapak nggak perlu takut karena saya juga nggak tertarik lagi sama uang Bapak. Tapi, yang saya … yang saya cuma minta cuma ... rumah tangga kita sakinah.”Beliau kemudian tertawa geli sembari menggeleng meningkahi ucapanku. Biarlah.“Sakinah katamu?! Itu cuma pembungkus dari kedok sok baikmu, Jihan! Kamu pura-pura menginginkan pernikahan yang langgeng tapi … setelah mendapatkan kepercayaan saya … kamu lari kayak tikus ketahuan nyuri!”“Saya … sudah berubah.” “Hanya omong kosong!" Bentaknya seraya menunjuk wajahku, "Kamu nggak bisa nipu saya untuk kedua kalinya meski … ada Papa saya dibelakang kamu! Paham?!”“Apa perjanjian pra nikah itu masih kurang menguatkan bukti kalau saya udah berubah dan mencintai Pak Akhtara sepenuhnya? Apa masih kurang, Pak?” Tanyaku
Read more