Home / Romansa / Takdir Cinta / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Takdir Cinta: Chapter 91 - Chapter 100

117 Chapters

Usaha Lepas Dari Trauma

Nadya terbangun dari tidurnya kala sebuah benda berat menimpa pahanya. Matanya kini terarah ke sebuah benda yang ternyata adalah kaki panjang sang suami yang membelit bagian bawah tubuhnya. Nadya dengan perlahan membalikkan tubuhnya, dan menatap wajah tampan sang suami yang masih berada di alam mimpi.Tangan Nadya terulur ke wajah Devan, dan menelusuri permukaan wajah sang suami dengan lembut.“Maafkan aku ya, Mas. Aku belum bisa menjalankan tugas sebagai seorang istri yang baik untukmu. Tapi, aku berusaha untuk dapat secepatnya kembali seperti dulu. Di masa-masa indah kita sebelum terjadi hal buruk itu. Aku juga sedang berusaha menghilangkan traumaku secara keseluruhan. Aku hanya butuh waktu, Mas. Semoga kamu bisa menunggu, dan jangan bosan untuk menunggu saat indah itu tiba ya, Mas,” gumam Nadya, yang tidak menyadari kalau Devan sebenarnya sudah terbangun dari tidurnya.Setelah berkata, Nadya lalu bangkit dari posisi tidurnya. Dia lalu bergeser ke tepi tempat tidur. Namun baru saja
Read more

Kejutan Untuk Devan

Nadya sedang mematut diri di depan cermin dan melihat tampilan dirinya dengan mengenakan lingerie, ketika telepon genggamnya berdering. Dilihatnya nama sang suami terpampang di layar telepon genggamnya. Seulas senyum terbit dari bibir Nadya, dan dengan cepat dia angkat panggilan telepon dari suaminya itu.“Halo, Mas,” sapa Nadya ceria.“Halo, Sayang. Lagi ngapain?” sapa Devan di seberang sana.“Aku baru selesai mandi, Mas. Kamu sudah mau pulang?” tanya Nadya.“Itu maksud aku telepon kamu, Sayang. Aku mau kasih kabar ke kamu kalau aku akan pulang terlambat hari ini. Aku dan Kayden ada acara makan malam dengan rekan bisnis. Jadi nggak apa-apa ya, kamu makan malam tanpa aku kali ini,” ucap Devan.“Iya, nggak apa-apa, Mas. Aku kan nggak makan malam sendirian, ada Mama dan Papa yang akan makan malam bersama aku," sahut Nadya."Syukurlah kalau kamu nggak masalah. Mudah-mudahan acaranya nggak terlalu lama. Jadi aku bisa cepat pulang,” timpal Devan di seberang sana.“Ikuti saja acaranya sampa
Read more

Pelangi Setelah Hujan

Nadya menganggukkan kepalanya dengan malu-malu. Wajahnya pun kini tampak merona. Hal itu membuat Devan semakin bergemuruh jantungnya. Devan mulai memagut bibir ranum Nadya dengan lembut. Tangannya pun mulai bergerilya di setiap bagian tubuh sang istri.Jantung Nadya bertalu-talu kala serangan Devan semakin agresif di tubuhnya. Bahkan kini pagutan bibir Devan semakin bergerak lincah di bibir sang istri. Secara alamiah, Nadya pun merespon pagutan suaminya itu.Api dalam diri Nadya seketika terpantik kala sentuhan Devan mulai berada di bagian sensitif tubuhnya, yang membuat Nadya kini bergerak gelisah.Senyum Devan merekah kala melihat istrinya sudah mulai terpancing gairahnya. Dia lalu menghentikan gerakannya, dan menatap lekat wajah cantik Nadya.“Kenapa berhenti, Mas?” rengek Nadya yang membuat gairah Devan semakin berkobar.“Aku hanya ingin memastikan kalau kamu benar-benar siap saat ini,” bisik Devan.“Ck, kamu nggak percaya amat sih, Mas. Tahu begitu aku nggak kasih jatah,” sungut
Read more

Bulan Madu Kedua

Devan dan Nadya melangkah mendekati meja makan.“Selamat pagi,” sapa Devan dan Nadya bersamaan.“Pagi, Sayang. Ayo, duduk sini! Kita sarapan bareng-bareng,” ajak Runi lembut.Nadya dan Devan tersenyum dan menganggukkan kepala. Devan lantas menarik kursi makan untuk sang istri. Setelahnya, dia pun duduk di samping istrinya.Nadya dan Devan saling pandang, ketika mendengar hembusan napas panjang yang keluar dari mulut Kayden. Melihat itu Nadya menyenggol lengan Devan dan memberi kode agar suaminya itu bertanya pada Kayden.Devan yang paham dengan kode dari Nadya, menganggukkan kepalanya. Dia lalu menatap wajah Kayden yang masih tertekuk.“Kay, ada apa?” tanya Devan yang hanya ditanggapi oleh Kayden dengan gelengan kepala. Sepertinya saudara kembar Devan itu enggan untuk menceritakan hal yang membuat dirinya kesal.“Kayden ngambek gara-gara kita mau jodohkan dia sama anak sahabat Papa,” sahut Runi menjawab pertanyaan Devan.Devan lalu menatap Runi seraya berkata, “Cantik orangnya, Ma?”“
Read more

Program Hamil

Mobil Reza kini mulai memasuki sebuah rumah yang memiliki halaman yang cukup luas. Nadya tersenyum menatap rumah adiknya yang tampak asri dan nyaman. Nadya dan Amelia lantas turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah, meninggalkan para suami yang sibuk mengambil koper dari bagasi mobil.“Ini kamar Kak Nadya dan Kak Devan,” ucap Amelia ketika mereka sudah tiba di rumahnya.Nadya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia lantas mengusap lembut perut adiknya yang sudah terlihat membuncit.“Sudah berapa bulan kandungan kamu, Mel?” tanya Nadya tanpa menatap Amelia. Tatapannya terus terarah pada perut buncit adiknya itu.“Lima bulan, Kak. Semoga saja Kak Nadya juga cepat hamil. Sepertinya Kak Devan sudah ingin punya anak banget itu, Kak. Aku bisa menangkap sinyal yang dia berikan, kalau dia siap banget jadi seorang ayah,” sahut Amelia kalem.“Bukan dia saja yang ingin cepat punya anak, Mel. Aku juga ingin sekali punya momongan. Apalagi melihat kamu hamil, semakin ingin buru-buru mengikuti j
Read more

Hasil Karya Devan

‘Mas Devan ini kenapa membuat stempelnya di tempat yang dapat dilihat orang sih? Biasanya di tempat yang tersembunyi buatnya. Aku kan jadi malu ketahuan sama Amelia,’ ucap Nadya dalam hati.Nadya menghela napas panjang sambil menatap suaminya yang sedang asyik bicara dengan Reza. Mereka kemudian menikmati sarapan sambil berbincang. Hingga acara sarapan pun selesai, dan Reza berangkat ke rumah sakit untuk mulai bekerja.Devan dan Nadya pun berpamitan dengan Amelia untuk jalan-jalan di seputar kabupaten itu. Mereka akan menikmati objek wisata yang ada di sana.Mereka berjalan-jalan hingga akhirnya melihat sebuah galeri seni yang ada di dekat kantor kelurahan.“Mas...kita mampir ke sana, yuk! Aku mau melihat-lihat lukisan di sana. Kalau memang memungkinkan, aku ingin kita dilukis. Kamu setuju nggak sama ide aku ini, Mas?” ucap Nadya.“Boleh saja, Yuk!” ajak Devan yang lantas menggandeng tangan sang istri ke galeri seni itu.Tapi, tiba-tiba Nadya menghentikan langkahnya. Hal itu membuat D
Read more

Siap Tempur

“Apa itu, Mas?” tanya Nadya menuntut jawaban dari pemuda itu.“Oh yang ini, Mbak. Ini saya buat karena saya sesuaikan dengan yang ada di lehernya Mbak e. Jadi nanti tinggal saya beri warna merah keunguan, seperti yang ada di situ,” jawab pemuda itu yang menunjuk leher Nadya dengan dagunya. Hal itu membuat Nadya membulatkan matanya, dan seketika wajahnya merah padam.“Apa?!” pekik Nadya.Nadya sontak menaikkan kerah bajunya dan menatap tajam ke arah sang suami, yang kini mengulum senyumnya.“Ini semua gara-gara kamu, Mas. Apa juga membuat tanda yang dapat dilihat orang lain,” desis Nadya kesal.“Nggak apa-apa lah, Sayang. Wajar lah kalau aku buat sebuah mahakarya di situ. Kamu kan istri kamu. Lagian dengan begitu, kamu tampak lebih seksi,” ucap Devan menggoda sang istri.Nadya yang kesal hanya bisa mengerucutkan bibirnya. Hal itu membuat pemuda pelukis itu mengulum senyumnya, melihat interaksi pasangan suami istri itu.“Jadi gambar bulatan itu saya hapus ya, Mbak,” ucap pemuda itu yang
Read more

Lukisan Cinta

“Berarti kamu juga sudah siap tempur dong, Nad. Kalau begitu kita ke galeri seni sekarang. Setelah itu, kita langsung ke rumah Amelia, terus kita ngamar.” Devan lalu beranjak dari kursi, dan berjalan ke arah kasir untuk melakukan transaksi pembayaran.Setelahnya, Devan langsung menggandeng tangan Nadya keluar dari rumah makan itu.“Eh, buru-buru amat sih, Mas. Tas aku ketinggalan,” ucap Nadya terkekeh, dan masuk kembali ke dalam rumah makan itu.“Buruan, Nad!”“Sabar kenapa sih, Mas. Mentang-mentang baru makan dan dapat tenaga baru, langsung ingin cepat pulang saja.” Nadya lantas berjalan masuk kembali ke dalam rumah makan itu. Dia lantas meraih tasnya yang teronggok di atas meja.Setelah itu, mereka menyeberang jalan menuju galeri seni. Di sana tampak pemuda itu baru saja menyelesaikan proses pewarnaan.“Sudah selesai, Mas?” tanya Devan ketika tiba di tempat itu.“Sudah selesai diwarnai, Mas. Ini mau saya tulis lokasi dan tanggal pembuatannya. Jadi Mas nya dan Mbak e bisa ingat terus
Read more

Hadiah Nadya Untuk Devan

Kucing itu berusaha meloloskan diri dari kejaran Devan. Dia melompat ke arah meja, lalu kembali melompat ke arah buffet.“Nad, jangan diam saja. Ambil lukisan itu, cepat!” titah Devan yang menyadarkan Nadya dari rasa terkesimanya melihat gerakan kucing itu yang sangat lincah.Nadya lalu meraih lukisan itu dengan cepat, sehingga kucing itu hanya mengenai ruang kosong.“Sorry, ya. Ini lukisan kami. Kamu nggak boleh lihat nanti takut rusak,” ucap Nadya lalu menyerahkan lukisan itu pada sang suami.Amelia lalu memanggil asisten rumah tangganya yang kebetulan sedang melintas di dekat mereka.“Mbok, tolong dibawa kucing ini keluar rumah, ya. Dia mau ikutan lihat lukisan kakak saya. Takutnya malah jadi rusak nanti lukisannya,” titah Amelia yang diangguki oleh asisten rumah tangganya.“Baik, Bu.” Asisten rumah tangganya itu lantas membawa kucing itu keluar rumah, dan menutup pintu agar kucing itu tidak masuk kembali ke dalam rumah.“Kamu memelihara kucing, Mel?” tanya Nadya.“Mbok Minah yang
Read more

Back To Jakarta

“Nggak usah banyak tanya, Mas. Kamu mau nggak? Kalau nggak mau, aku pakai lagi lingerienya dan lanjut tidur, nih,” ucap Nadya, yang membuat Devan seketika menggelengkan kepalanya.“Jangan tidur lagi dong, Sayang. Aku mau kok, rugi kalau nolak,” sahut Devan.Setelah berkata, Devan langsung mengungkung tubuh sang istri, dan menghabiskan malam yang masih panjang. Dia sangat menikmati hadiah ulang tahun dari istri tercinta. Hadiah ulang tahun yang menyebabkan suhu ruangan yang terasa sejuk, kini menjadi panas yang dirasakan oleh kedua insan itu. Desahan dan rintihan nikmat pun terdengar bersahutan dari bibir pasangan suami istri itu. Hingga setelah berpuluh-puluh menit lamanya ketika gelombang kenikmatan menggulung keduanya, lenguhan panjang dari bibir Devan pun mengakhiri aktivitas panas mereka.Devan pun ambruk di sisi tubuh sang istri seraya berbisik di telinga Nadya, “Terima kasih atas hadiahnya yang sangat indah ini, Sayang.”Nadya menoleh ke samping sambil menganggukkan kepalanya da
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status