Beranda / Romansa / Takdir Cinta / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Takdir Cinta: Bab 81 - Bab 90

117 Bab

Finding Nadya

“Iya, Kak. Tadi setelah makan siang, Nadya ke toilet. Tapi, hampir satu jam dia belum kembali. Lalu aku susul ke sana, tapi Nadya tidak ada di toilet. Aku lapor ke security restoran dan kita lihat di CCTV, ternyata ada seorang pria yang telah menculik Nadya,” jelas Keisha.“Ok, kamu ada di restoran mana? Aku mau ke sana, mau melihat rekaman CCTV itu,” ucap Devan di seberang sana.“Aku ada di restoran Italia, Kak. Kalau Kak Devan mau kemari, aku tunggu sekalian mau kasih tas dan telepon genggam Nadya,” sahut Keisha.“Ok, tunggu aku di sana. Aku langsung menuju ke sana. Sekarang aku tutup teleponnya.” Setelah itu, panggilan telepon tersebut pun berakhir.***Keisha masih berada di meja tempat dia tadi makan dengan Nadya ketika Devan datang. Pria itu melangkah ke arah meja Keisha dengan langkah lebar.Devan datang ke restoran ditemani oleh Doni. Pria itu lantas duduk di hadapan Keisha.“Ini tas Nadya, Kak. Telepon genggamnya aku taruh di dalam tas,” ucap Keisha.“Terima kasih, Kei. Sekar
Baca selengkapnya

Kisah Masa Lalu Keluarga Herlambang

Devan membelalakkan matanya. “Jadi ada yang pernah menteror, Papa?”“Iya, tapi itu sudah lama. Saat itu Papa baru menggantikan posisi kakek kamu yang sudah memasuki masa pensiun. Saat teror itu menimpa kami, Papa baru satu bulan menjabat sebagai CEO di Batara Group. Dan saat itu Mama kamu sedang hamil. Papa mendapat teror berupa mobil yang digores dengan cukup panjang. Sedangkan Mama kamu mendapat teror dengan bunyi telepon yang terus menerus, tapi saat diangkat tidak ada jawaban. Sehingga Papa memutuskan untuk mengganti nomor telepon.” Rama menghela napas dan matanya menerawang, mencoba mengingat masa lalu.“Lalu Papa nggak lapor polisi?” tanya Devan.“Papa tentu saja melaporkan kejadian itu pada polisi, bahkan Papa menyewa seorang detektif untuk menyelidiki dalang dari teror tersebut. Dan anehnya setelah Papa menyewa seorang detektif, teror itu berhenti. Seolah-olah si peneror itu tahu kalau ada seorang detektif yang sedang menyelidiki kasus ini. Hal itu membuat Papa curiga, kalau d
Baca selengkapnya

Keberadaan Nadya

“Don, sekarang kita sebaiknya ke alamat yang mana dulu?” tanya Devan ketika mereka sudah berada di dalam mobil.“Sebentar, Dev. Aku akan hubungi anak buahku dulu. Mereka sudah aku kirim ke alamat Ardi, dan aku juga sudah perintahkan untuk menyebar ke setiap alamat itu,” sahut Doni.“Lalu sambil menunggu kabar dari mereka, kita ke mana dulu sekarang?” tanya Devan memastikan.Doni terdiam sejenak. Dia lalu menatap Devan seraya berkata, “Kita sekarang sebaiknya ke alamat apartemen dulu, deh. Karena apartemen itu yang lokasinya terdekat dari sini.”“Ok, kalau gitu kita sekarang bergerak ke sana. Mudah-mudahan anak buah kamu segera mendapatkan hasil temuan yang memuaskan,” timpal Devan.“Iya, mudah-mudahan. Naluri aku mengatakan kalau Nadya diculik oleh seseorang atas perintah Ardi. Kamu bilang kan kalau pelakunya sama dengan yang di Yogya. Dan di Yogya, mereka menangkap kamu karena kamu dikira Kayden. Sedangkan Ardi benci sama keluarga kamu, karena dia merasa tidak diperlakukan adil oleh
Baca selengkapnya

Dalang Penculikan Nadya

Devan dan rombongan segera menuju lift untuk naik ke lantai tempat unit apartemen Ardi berada, sesuai informasi dari Rama.“Benar ini unit apartemennya, Dev?” tanya Doni memastikan.“Kata Papa sih, memang ini unit apartemennya,” sahut Devan.Devan lalu mengetuk pintu unit apartemen itu, namun tidak ada tanda-tanda pintu akan dibuka. Mereka lalu sepakat untuk menunggu sesaat lagi.“Berapa lama lagi kita menunggu?” tanya Heri pada Doni.“Tunggu sebentar lagi, Her. Lima menit lagi kalau belum dibuka, kita ketuk lagi. Dan kalau masih belum dibuka juga, kita langsung dobrak. Kita bawa security apartemen kemari, kok. Jadi ada saksinya sebab musabab kita mendobrak pintu ini,” jawab Doni yang diangguki oleh Heri.“Iya, saya setuju dengan Bapak ini,” ucap security apartemen menatap ke arah Doni.Sama halnya dengan Heri, Devan pun tak sabar untuk mendobrak pintu. Dia ingin segera mengetahui keadaan sang istri di dalam sana.Doni melihat penunjuk waktu di pergelangan tangan kirinya, dan waktu un
Baca selengkapnya

Amarah Devan

Devan terus memukuli Ardi, walaupun pria paruh baya itu sudah tidak sadarkan diri. Heri yang melihat itu lantas memegang lengan Devan yang akan kembali terayun ke wajah Ardi.“Pak Devan, Hentikan! dia sudah pingsan. Kalau nanti dia tewas, Bapak yang akan jadi tersangka. Kita datang kemari untuk membebaskan istri Bapak dan menjebloskan pria paruh baya itu ke penjara. Jangan malah nanti posisinya jadi terbalik. Tenang, Pak. Kita tadi melihat sendiri kalau pria itu belum berbuat yang lebih jauh lagi, karena kita datang tepat waktu. Dan sudah cukup Pak Devan memukuli dia. Lihat dia, Pak! wajahnya sudah babak belur. Jadi sepertinya sudah cukup Bapak pukul dia. Sekarang kita bawa dia ke bawah, dan kita jadikan satu dengan anak buahnya,” ucap Heri.“Aku memang ingin dia mati, Her. Setelah kematiannya, maka aku akan puas. Dia sudah berani melucuti pakaian istriku. Walaupun dia belum sempat berbuat yang lebih jauh lagi, tapi aku tetap tidak rela!” ucap Devan dengan sorot mata tajam ke arah Ard
Baca selengkapnya

Trauma Nadya

Devan akhirnya membawa Nadya ke rumah sakit, setelah istrinya itu tetap histeris. Doni membantu Devan dengan mengambil alih kemudi, sehingga Devan bisa mendampingi Nadya di kursi belakang.Setelah dua puluh menit menempuh perjalanan, mereka akhirnya tiba di sebuah rumah sakit terdekat dari apartemen Ardi.Devan lantas membopong tubuh istrinya menuju IGD. Wajahnya terlihat panik kala Nadya kini tak sadarkan diri, setelah menangis sepanjang perjalanan menuju rumah sakit.“Tolong istri saya. Dia baru saja diculik. Setelah itu dia menangis terus dan berteriak,” ucap Devan pada salah seorang petugas medis yang pertama kali dia temui di IGD.“Baik, tolong direbahkan saja di ranjang pemeriksaan, Pak. Dokter akan segera memeriksa,” timpal petugas medis itu.Tak lama kemudian, dokter datang dan langsung memeriksa kondisi Nadya. Selang infus pun langsung dipasang di tangan Nadya, karena kondisi wanita itu sangat lemah.“Bagaimana kondisi istri saya, Dok?” tanya Devan ketika dokter telah selesai
Baca selengkapnya

Berpisah Untuk Sementara

Devan telah mendaftarkan Nadya untuk konsultasi dengan psikiater. Devan menceritakan kondisi istrinya pasca penculikan, pada saat psikiater tersebut mengunjungi ruang rawat Nadya. Pada saat itu, Nadya tengah tertidur.“Kapan penculikan itu terjadi, Pak?” tanya psikiater itu“Dua hari yang lalu, Bu,” sahut Devan.“Lalu apa yang dia lakukan? apa dia berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri?” tanya Dian, psikiater itu.“Istri saya tidak berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri. Dia hanya berteriak sambil berusaha menghindari orang lain, termasuk saya,” sahut Devan lirih.Dian menganggukkan kepalanya. Di saat yang sama, Nadya terbangun dari tidurnya.Melihat Nadya sudah terbangun dari tidurnya, Devan lalu melangkah mendekati ranjang perawatan. Namun, pada saat yang sama Nadya memalingkan wajahnya ke arah lain. Hal itu tertangkap jelas di penglihatan Dian, sehingga wanita itu pun kini berjalan mendekati ranjang perawatan.“Halo, Bu Nadya. Perkenalkan, nama saya Dian. Saya psikiater yang me
Baca selengkapnya

Kala Rindu Menggoda

Nadya memandang Devan dari balik jendela kamarnya dengan tatapan sendu. Dia sebenarnya rindu dengan suaminya itu, tapi dia merasa malu dan takut kalau Devan memandang jijik padanya.“Aku juga ingin ketemu sama kamu, Mas. Tapi, mengingat kalau tangan pria lain sudah menyentuh tubuhku, aku jadi merasa malu dan kotor di hadapan kamu,” gumam Nadya bermonolog. Air mata Nadya kembali mengalir di pipinya yang mulus.Nadya terus menatap ke arah halaman rumah orangtuanya, hingga Devan masuk ke dalam mobil dan mengemudikan mobilnya keluar dari halaman rumah.Di saat yang sama, Laura masuk ke dalam kamar Nadya. Wanita paruh baya itu tersenyum menatap anaknya, yang tengah memandang ke arah luar jendela.“Kalau kamu kangen, seharusnya tadi temui dong suami kamu. Jangan ditahan rasa kangennya, Nadya. Begitu Devan udah pulang, baru deh ngintip di jendela,” goda Laura.“Jujur aja sih, Ma. Aku memang kangen sama Mas Devan. Tapi, aku masih belum berani ketemu sama dia,” ucap Nadya lirih.“Ya udah, seme
Baca selengkapnya

Kembali Bersama

Nadya menatap wajah Devan dengan penuh kasih sayang. Seulas senyum terbit dari bibir Nadya yang ranum. Hal itu membuat secercah harapan timbul di hati Devan.“Bagaimana, Sayang?” bisik Devan di telinga Nadya.Nadya menganggukkan kepalanya seraya berkata, “Iya, Mas. Aku mau ikut ke mana pun kamu berada. Terserah saja mau di rumah orangtua kamu atau di apartemen kamu. Seorang istri kan memang harus ikut suaminya.”Wajah Devan semakin bertambah sumringah mendengar jawaban Nadya. Dia langsung memeluk dan menciumi wajah Nadya, yang membuat Nadya terkekeh.“Terima kasih, Sayang. Aku bahagia sekali hari ini. Rasanya seperti di awal kita ketemu dan aku nyatakan cinta sama kamu.” Devan kembali menciumi wajah cantik istrinya dengan penuh cinta.“Ish...Mas Devan, geli tahu kena bulu-bulu kamu yang di rahang. Makanya dicukur biar brewokan,” sungut Nadya yang membuat Devan terkekeh.“Makanya nanti saat sudah di rumah Mama, kamu cukurin dong bulu-bulu di rahang aku ini. Selama ini aku nggak sempat
Baca selengkapnya

Melepas Rindu

Rama tersenyum menatap menantunya itu. Dia maklum dengan kekhawatiran yang Nadya rasakan saat ini.“Kamu tenang saja, Nadya. Tidak akan ada yang balas dendam sama keluarga kita. Kalau kamu berpikir keluarga Ardi akan melakukan balas dendam, kamu salah besar. Mereka justru merasa tidak enak hati dengan perbuatan Ardi. Mereka selama ini merasa hutang budi sama Papa. Tapi, di saat tahu ulah Ardi yang menculik menantu Papa, mereka justru minta maaf sama Papa dan Mama. Setelah Ardi ditangkap polisi, istrinya datang kemari. Dia menangis dan minta maaf atas perbuatan Ardi. Dia juga bersumpah kalau dirinya tidak tahu menahu dengan perbuatan Ardi itu. Dia juga pasrah dengan hukuman yang akan Ardi terima, karena perbuatan Ardi tidak bisa dibenarkan. Dia juga kecewa dengan suaminya itu,” jelas Rama yang membuat Nadya menjadi lega mendengarnya.“Sekarang kamu jangan mikirin soal itu lagi, Nad. Biarlah semua itu berlalu. Kamu nggak usah nengok ke belakang lagi. Kamu fokuskan masa depan kamu dengan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status