Nadya memandang Devan dari balik jendela kamarnya dengan tatapan sendu. Dia sebenarnya rindu dengan suaminya itu, tapi dia merasa malu dan takut kalau Devan memandang jijik padanya.“Aku juga ingin ketemu sama kamu, Mas. Tapi, mengingat kalau tangan pria lain sudah menyentuh tubuhku, aku jadi merasa malu dan kotor di hadapan kamu,” gumam Nadya bermonolog. Air mata Nadya kembali mengalir di pipinya yang mulus.Nadya terus menatap ke arah halaman rumah orangtuanya, hingga Devan masuk ke dalam mobil dan mengemudikan mobilnya keluar dari halaman rumah.Di saat yang sama, Laura masuk ke dalam kamar Nadya. Wanita paruh baya itu tersenyum menatap anaknya, yang tengah memandang ke arah luar jendela.“Kalau kamu kangen, seharusnya tadi temui dong suami kamu. Jangan ditahan rasa kangennya, Nadya. Begitu Devan udah pulang, baru deh ngintip di jendela,” goda Laura.“Jujur aja sih, Ma. Aku memang kangen sama Mas Devan. Tapi, aku masih belum berani ketemu sama dia,” ucap Nadya lirih.“Ya udah, seme
Nadya menatap wajah Devan dengan penuh kasih sayang. Seulas senyum terbit dari bibir Nadya yang ranum. Hal itu membuat secercah harapan timbul di hati Devan.“Bagaimana, Sayang?” bisik Devan di telinga Nadya.Nadya menganggukkan kepalanya seraya berkata, “Iya, Mas. Aku mau ikut ke mana pun kamu berada. Terserah saja mau di rumah orangtua kamu atau di apartemen kamu. Seorang istri kan memang harus ikut suaminya.”Wajah Devan semakin bertambah sumringah mendengar jawaban Nadya. Dia langsung memeluk dan menciumi wajah Nadya, yang membuat Nadya terkekeh.“Terima kasih, Sayang. Aku bahagia sekali hari ini. Rasanya seperti di awal kita ketemu dan aku nyatakan cinta sama kamu.” Devan kembali menciumi wajah cantik istrinya dengan penuh cinta.“Ish...Mas Devan, geli tahu kena bulu-bulu kamu yang di rahang. Makanya dicukur biar brewokan,” sungut Nadya yang membuat Devan terkekeh.“Makanya nanti saat sudah di rumah Mama, kamu cukurin dong bulu-bulu di rahang aku ini. Selama ini aku nggak sempat
Rama tersenyum menatap menantunya itu. Dia maklum dengan kekhawatiran yang Nadya rasakan saat ini.“Kamu tenang saja, Nadya. Tidak akan ada yang balas dendam sama keluarga kita. Kalau kamu berpikir keluarga Ardi akan melakukan balas dendam, kamu salah besar. Mereka justru merasa tidak enak hati dengan perbuatan Ardi. Mereka selama ini merasa hutang budi sama Papa. Tapi, di saat tahu ulah Ardi yang menculik menantu Papa, mereka justru minta maaf sama Papa dan Mama. Setelah Ardi ditangkap polisi, istrinya datang kemari. Dia menangis dan minta maaf atas perbuatan Ardi. Dia juga bersumpah kalau dirinya tidak tahu menahu dengan perbuatan Ardi itu. Dia juga pasrah dengan hukuman yang akan Ardi terima, karena perbuatan Ardi tidak bisa dibenarkan. Dia juga kecewa dengan suaminya itu,” jelas Rama yang membuat Nadya menjadi lega mendengarnya.“Sekarang kamu jangan mikirin soal itu lagi, Nad. Biarlah semua itu berlalu. Kamu nggak usah nengok ke belakang lagi. Kamu fokuskan masa depan kamu dengan
Nadya terbangun dari tidurnya kala sebuah benda berat menimpa pahanya. Matanya kini terarah ke sebuah benda yang ternyata adalah kaki panjang sang suami yang membelit bagian bawah tubuhnya. Nadya dengan perlahan membalikkan tubuhnya, dan menatap wajah tampan sang suami yang masih berada di alam mimpi.Tangan Nadya terulur ke wajah Devan, dan menelusuri permukaan wajah sang suami dengan lembut.“Maafkan aku ya, Mas. Aku belum bisa menjalankan tugas sebagai seorang istri yang baik untukmu. Tapi, aku berusaha untuk dapat secepatnya kembali seperti dulu. Di masa-masa indah kita sebelum terjadi hal buruk itu. Aku juga sedang berusaha menghilangkan traumaku secara keseluruhan. Aku hanya butuh waktu, Mas. Semoga kamu bisa menunggu, dan jangan bosan untuk menunggu saat indah itu tiba ya, Mas,” gumam Nadya, yang tidak menyadari kalau Devan sebenarnya sudah terbangun dari tidurnya.Setelah berkata, Nadya lalu bangkit dari posisi tidurnya. Dia lalu bergeser ke tepi tempat tidur. Namun baru saja
Nadya sedang mematut diri di depan cermin dan melihat tampilan dirinya dengan mengenakan lingerie, ketika telepon genggamnya berdering. Dilihatnya nama sang suami terpampang di layar telepon genggamnya. Seulas senyum terbit dari bibir Nadya, dan dengan cepat dia angkat panggilan telepon dari suaminya itu.“Halo, Mas,” sapa Nadya ceria.“Halo, Sayang. Lagi ngapain?” sapa Devan di seberang sana.“Aku baru selesai mandi, Mas. Kamu sudah mau pulang?” tanya Nadya.“Itu maksud aku telepon kamu, Sayang. Aku mau kasih kabar ke kamu kalau aku akan pulang terlambat hari ini. Aku dan Kayden ada acara makan malam dengan rekan bisnis. Jadi nggak apa-apa ya, kamu makan malam tanpa aku kali ini,” ucap Devan.“Iya, nggak apa-apa, Mas. Aku kan nggak makan malam sendirian, ada Mama dan Papa yang akan makan malam bersama aku," sahut Nadya."Syukurlah kalau kamu nggak masalah. Mudah-mudahan acaranya nggak terlalu lama. Jadi aku bisa cepat pulang,” timpal Devan di seberang sana.“Ikuti saja acaranya sampa
Nadya menganggukkan kepalanya dengan malu-malu. Wajahnya pun kini tampak merona. Hal itu membuat Devan semakin bergemuruh jantungnya. Devan mulai memagut bibir ranum Nadya dengan lembut. Tangannya pun mulai bergerilya di setiap bagian tubuh sang istri.Jantung Nadya bertalu-talu kala serangan Devan semakin agresif di tubuhnya. Bahkan kini pagutan bibir Devan semakin bergerak lincah di bibir sang istri. Secara alamiah, Nadya pun merespon pagutan suaminya itu.Api dalam diri Nadya seketika terpantik kala sentuhan Devan mulai berada di bagian sensitif tubuhnya, yang membuat Nadya kini bergerak gelisah.Senyum Devan merekah kala melihat istrinya sudah mulai terpancing gairahnya. Dia lalu menghentikan gerakannya, dan menatap lekat wajah cantik Nadya.“Kenapa berhenti, Mas?” rengek Nadya yang membuat gairah Devan semakin berkobar.“Aku hanya ingin memastikan kalau kamu benar-benar siap saat ini,” bisik Devan.“Ck, kamu nggak percaya amat sih, Mas. Tahu begitu aku nggak kasih jatah,” sungut
Devan dan Nadya melangkah mendekati meja makan.“Selamat pagi,” sapa Devan dan Nadya bersamaan.“Pagi, Sayang. Ayo, duduk sini! Kita sarapan bareng-bareng,” ajak Runi lembut.Nadya dan Devan tersenyum dan menganggukkan kepala. Devan lantas menarik kursi makan untuk sang istri. Setelahnya, dia pun duduk di samping istrinya.Nadya dan Devan saling pandang, ketika mendengar hembusan napas panjang yang keluar dari mulut Kayden. Melihat itu Nadya menyenggol lengan Devan dan memberi kode agar suaminya itu bertanya pada Kayden.Devan yang paham dengan kode dari Nadya, menganggukkan kepalanya. Dia lalu menatap wajah Kayden yang masih tertekuk.“Kay, ada apa?” tanya Devan yang hanya ditanggapi oleh Kayden dengan gelengan kepala. Sepertinya saudara kembar Devan itu enggan untuk menceritakan hal yang membuat dirinya kesal.“Kayden ngambek gara-gara kita mau jodohkan dia sama anak sahabat Papa,” sahut Runi menjawab pertanyaan Devan.Devan lalu menatap Runi seraya berkata, “Cantik orangnya, Ma?”“
Mobil Reza kini mulai memasuki sebuah rumah yang memiliki halaman yang cukup luas. Nadya tersenyum menatap rumah adiknya yang tampak asri dan nyaman. Nadya dan Amelia lantas turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah, meninggalkan para suami yang sibuk mengambil koper dari bagasi mobil.“Ini kamar Kak Nadya dan Kak Devan,” ucap Amelia ketika mereka sudah tiba di rumahnya.Nadya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia lantas mengusap lembut perut adiknya yang sudah terlihat membuncit.“Sudah berapa bulan kandungan kamu, Mel?” tanya Nadya tanpa menatap Amelia. Tatapannya terus terarah pada perut buncit adiknya itu.“Lima bulan, Kak. Semoga saja Kak Nadya juga cepat hamil. Sepertinya Kak Devan sudah ingin punya anak banget itu, Kak. Aku bisa menangkap sinyal yang dia berikan, kalau dia siap banget jadi seorang ayah,” sahut Amelia kalem.“Bukan dia saja yang ingin cepat punya anak, Mel. Aku juga ingin sekali punya momongan. Apalagi melihat kamu hamil, semakin ingin buru-buru mengikuti j
Mengetahui hal itu, Devan segera berantisipasi dengan selalu ada di dekat istrinya itu. Dia cuti selama lima hari kerja, sehingga masih bisa menemani istrinya di rumah.“Kamu tenang aja, Sayang. Kamu nggak sendiri, kok. Ada Mas dan baby sitter yang akan membantu kamu nanti untuk mengurus bayi kembar kita. Mama juga akan siap membantu kok. Jadi jangan panik, ya. Kamu pasti bisa,” hibur Devan.Nadya menganggukkan kepalanya dan tersenyum menatap sang suami. Dia lalu merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Dan memejamkan matanya. Namun, tak lama terdengar tangisan Deny. Nadya kemudian membuka kembali kelopak matanya seraya berkata, “Bawa kemari, Mas. Sini aku kasih ASI.”Devan tersenyum dan meraih bayi laki-lakinya dari baby crib, lalu menyerahkan pada Nadya. Bayi laki-laki yang tampan itu kemudian menyusu dengan lahap. Hingga setelah beberapa menit, bayi itu selesai menikmati ASI sang mama. Belum sempat Nadya menutup kembali pakaiannya, Dendy pun menangis. Hal itu membuat Nadya mengusap
“Congratulations!!”Nadya yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi ditemani oleh Devan, terkejut ketika membuka pintu kamar mandi. Mereka disambut oleh Kayden dan Carissa.Mereka membawa satu kotak kue dan bunga untuk Nadya. Carissa segera memeluk dan mencium pipi Nadya kiri dan kanan bergantian. Sedangkan Kayden hanya bersalaman dengan Nadya.“Terima kasih, ya. Kalian jadi repot bawain kue dan bunga segala,” sahut Nadya terharu.“Anak kalian ganteng-ganteng dan cantik. Mudah-mudahan aku dan Carissa cepat diberi momongan juga,” ucap Kayden sambil mengedipkan sebelah matanya pada Carissa, yang seketika menjadi tersipu.“Aamiin. Semoga doa kamu dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa,” sahut Devan.“Nadya, aku salut sama kamu yang sudah menjadi ibu dari ketiga bayi yang lucu dan menggemaskan ini. Bagaimana hamil anak kembar tiga?” tanya Carissa penasaran.“Rasanya sudah pasti senang, tapi saat perut sudah membesar berat juga bawa perutnya,” sahut Nadya.“Tenang saja, Sayang. Nanti kalau kam
Kini hanya ada Nadya dan Devan di ruang rawat inap itu. Setelah Runi pulang, Devan pun memberitahu mertuanya tentang Nadya yang sudah melahirkan. Laura, ibu Nadya sangat senang mendengar kalau anaknya sudah melahirkan. Beberapa bulan yang lalu anak bungsunya sudah memberinya seorang cucu. Kini Nadya memberikan tiga cucu sekaligus padanya. Hati Laura pun begitu bahagia. Dia mengatakan pada Devan, akan segera ke rumah sakit.Tangan Nadya kini berada dalam genggaman tangan Devan. Seluruh wajahnya pun sudah dihujani kecupan oleh suaminya yang tampak bahagia itu.“Nad, terima kasih. Terima kasih, kamu sudah berjuang untuk melahirkan anak-anak kita. Kamu seorang wanita yang hebat. Aku bahagia, Nad,” bisik Devan di telinga Nadya.“Aku juga bahagia, Mas. Rasanya aku menjadi wanita yang sempurna setelah melahirkan ketiga anak kita.” Nadya menarik wajah Devan untuk dia cium dengan penuh kasih sayang.Telapak tangan Nadya mengusap rahang kokoh Devan dengan lembut. Dia merasa hidupnya terasa leng
Runi dengan dibantu Mang Ujang memapah tubuh Nadya menuju mobil yang sudah siap sedia. Nadya dan Runi berada di kursi penumpang bagian belakang.“Bibi...nanti kalau suami saya pulang dari main golf, katakan kalau saya membawa Nadya ke rumah sakit. Nadya mau melahirkan,” ucap Runi yang diangguki oleh asisten rumah tangganya.“Iya, Bu,” titah si Bibi patuh.Setelah itu, Mang Ujang mengemudikan mobil keluar dari halaman rumah dengan kecepatan agak tinggi.Sementara itu, Runi tetap melakukan panggilan telepon pada Devan, hingga akhirnya panggilan teleponnya diangkat juga oleh anaknya itu.“Halo, Mama. Maaf aku baru angkat teleponnya, tadi habis meeting dan telepon genggam aku tertinggal di meja kerjaku,” ucap Devan di seberang sana.“Keenan...saat ini Mama sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Mama mengantar Nadya ke sana karena perut Nadya sudah mulai mulas terus dari tadi. Sepertinya akan melahirkan,” sahut Runi.“Ok, Ma. Aku akan menyusul ke sana. Tolong jaga istri aku ya, Ma. Aku tu
Enam bulan kemudian.Devan menghujani perut istrinya dengan kecupan. Telapak tangannya yang lebar pun mendarat di sana.“Hey, kalian capek habis bermain tadi, ya?” tanya Devan sambil terus mengelus perut istrinya yang telah kembali seperti semula, tidak ada tonjolan di sana-sini.“Mereka istirahat dulu lah, Mas. Mungkin mereka kasihan sama Mamanya, karena perut Mamanya jadi sakit akibat gerakan mereka,” timpal Nadya.Devan terus meraba-raba perut Nadya, berharap kalau ada gerakan dari dalam sana karena merasakan sentuhannya.“Ya sudah deh, kalian istirahat dulu. Tapi, kalian bertiga yang akur, ya, di dalam sana. Kalian akur di dalam perut Mama saat ini, dan nanti kalian juga harus akur saat sudah lahir, ok,” ucap Devan yang kembali menghujani perut sang istri dengan kecupan.Tak lama setelah Devan mengecup perut sang istri, wajah Devan terasa ada yang menendang dari dalam perut Nadya. Hal itu tentu saja membuat Devan dan Nadya tertawa senang.“Mereka merespon ucapan dan sentuhan aku,
Dua bulan kemudian.Tiba saatnya pernikahan antara Kayden Carissa dilangsungkan. Pernikahan itu sendiri digelar di salah satu hotel bintang lima, di Jakarta. Tampak pengamanan yang cukup ketat dari aparat kepolisian, maupun dari pihak keamanan hotel. Hal itu agar pernikahan tersebut berjalan dengan kondusif.Di salah satu ruang di hotel itu, yang di jadikan ruang ganti pengantin, tampak Carissa melihat tampilan dirinya di cermin saat dia sudah selesai dirias oleh seorang make-up artis. Runi, Ibunda Kayden itu memilihkan busana pengantin untuk Carissa dan Kayden di butik sahabatnya, tempat dimana Devan dan Nadya dulu menggunakan busana pengantin dari butik tersebut. Ibunda Carissa menatap takjub wajah anaknya yang kini tampil memukau. Wajah cantik Carissa semakin cantik dengan riasan sempurna dari make-up artis tersebut. Tubuh ramping Carissa berbalut kebaya warna putih dan kain batik coklat yang menyempurnakan penampilan gadis itu di hari bahagianya, pada hari ini.“Anak Mama cantik s
Kini mereka sudah ada di dalam mobil Kayden, yang akan mengantar Carissa pulang ke rumah. Tidak ada percakapan yang tercipta selama beberapa menit mereka di dalam mobil. Hingga akhirnya Kayden membuka suara.“Kamu pakai make-up, ya?” tanya Kayden menoleh sekilas ke arah Carissa, lalu dia menatap kembali ke arah jalan raya.“Eh, pakai make-up? Nggak kok, Kak. Aku hanya pakai bedak bayi. Di tas aku cuma ada bedak bayi saja. Aku juga nggak pernah pakai lipstik. Penampilanku selalu seperti ini saat kerja juga. Aku tergolong orang yang nggak bisa dandan,” jawab Carissa yang seketika pipinya memanas kala Kayden tiba-tiba bertanya demikian, yang artinya pria itu tengah memperhatikannya.Sementara itu, Kayden merutuki mulutnya yang seenaknya bertanya. Dia sendiri tidak mengerti kenapa mulutnya sangat lancang bicara, padahal dirinya bukan sekali ini bertemu dengan Carissa. Sudah dua kali! Pertama kalinya ketika gadis itu menemani ibunya datang ke rumah orangtuanya, dan yang kedua, tadi malam s
“Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya mengganti pakaian kamu yang kotor yang terkena muntahan kamu. Semalam kamu mabuk berat. Kamu bilang padaku saat masih setengah sadar, kalau kamu tidak mau diantar pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Sehingga aku membawa kamu ke apartemenku. Di sini tidak ada pakaian wanita, jadi aku memakaikan kamu kaos milikku sebagai ganti pakaian kamu yang kotor.” Kayden menatap wajah cantik Carissa yang kini tengah merona.“Jadi kakak lihat semuanya, dong,” ucap Carissa lirih. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia merasa risih mengetahui Kayden melihat bagian dalam tubuhnya.“Iya. Nggak apa-apa juga kali, Ris. Kita juga nantinya akan menikah,” sahut Kayden santai. Dia tersenyum geli melihat Carissa yang menutup wajahnya dengan kedua tangannya.Kayden melihat gadis cantik ini memang masih polos. Kayden menilai kalau usia gadis ini sekitar pertengahan dua puluhan. Semalam gadis ini bilang padanya saat masih tersadar kalau kemarin dia tengah ber-ula
“Ayo pulang, Rissa!” ajak Kayden setelah pria yang mengganggu Carissa pergi meninggalkan mereka. Kayden memapah tubuh Carissa yang seringan kapas baginya. “Kak, jangan bawa aku pulang! aku takut Mama sama Papa akan marah kalau melihat aku seperti ini.” Carissa lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang Kayden. “Kenapa kamu sampai mabuk? lalu kamu kemari bawa mobil?” tanya Kayden sambil terus berjalan keluar klub itu dengan tangan kanannya menahan tubuh Carissa agar tidak terjatuh.“Aku hari ini berulang tahun. Teman-temanku mengajak aku ke klub itu untuk merayakan ulang tahunku. Dua temanku menjemput ke rumah jadi aku nggak bawa mobil. Mereka membawa aku ke klub karena aku sebelumnya memang tidak pernah masuk dan minum di klub malam, jadi mereka bilang akan mengajari aku supaya tidak ketinggalan jaman. Aku langsung mabuk setelah menghabiskan satu setengah gelas minuman beralkohol itu.” Carissa berbicara sambil tersenyum. Dalam pandangannya orang-orang di sekitarnya termasuk Kayden t