Pesawat yang ditumpangi oleh pasangan suami istri yang tengah dimabuk cinta itu, akhirnya tiba di bandara internasional Soekarno Hatta, Jakarta. Pesawat itu mendarat mulus pada pukul empat sore.Setelah mengurus bagasi dan lainnya, Devan menggandeng tangan Nadya menuju pintu keluar.“Mas...kok aku mau makan kebab dulu, ya,” ucap Nadya tiba-tiba.“Makan kebab di mana?” tanya Devan tanpa menghentikan langkahnya.“Di dekat rumah kan ada yang jual kebab. Nanti sebelum pulang, kita mampir ke sana dulu, ya,” ucap Nadya dengan suara memohon.“Ok,” sahut Devan.Mereka terus berjalan hingga pintu keluar. Di sana rupanya sudah menunggu sopir keluarga Devan, yang lantas membukakan pintu penumpang ketika Devan dan Nadya sudah mendekat.“Selamat datang kembali, Mas Devan, Mbak Nadya,” ucap sopir itu.“Iya, Mang Ujang. Papa sama Mama baik-baik saja kan?” sahut Devan.“Alhamdulillah, baik. Silakan masuk, Mas, Mbak!” ucap Ujang sopan.Mereka lantas masuk ke dalam mobil. Nadya kemudian menyandarkan ke
Devan hanya bisa menghela napas dan menganggukkan kepalanya seraya berkata, “Ok, kita cari kebab dulu. Setelah itu kita pulang.” “Mang Ujang...tolong cari kios kebab di mana saja yang penting ketemu, ya,” titah Devan yang diangguki oleh Ujang. “Iya, Mas Devan,” ucap Ujang patuh. Ujang lalu melajukan mobil ke sebuah komplek perumahan dekat dengan komplek perumahan orangtua Devan. Dia pernah melihat sebuah kios makanan yang menjual kebab di depan ruko, di depan komplek perumahan itu. Benar saja perkiraan Ujang kalau ada kios kebab di sana. Dia lantas menghentikan mobil di depan kios tersebut. “Alhamdulillah, ketemu juga itu kebab. Ayo, kita turun! Atau kamu mau tunggu saja di dalam mobil?” ucap Devan. “Ikut turun dong. Aku mau meracik kebab itu sesuai dengan seleraku, Mas,” sahut Nadya. Devan tertegun mendengar ucapan sang istri. ‘Jangan sampai nanti Nadya bikin ulah di kios kebab itu. Bisa marah nanti penjual kebabnya kalau dia ikutan mau bikin kebab,’ ucap Devan dalam hati. Me
"Sikap kamu kok aneh banget sih, Mas. Kamu cemburu sama dokter laki-laki?" ucap Nadya. "Pokoknya aku nggak suka aja kalau kamu diperiksa sama dokter laki-laki, titik!" cetus Devan tak terbantahkan lagi. Nadya menghela napas panjang dan menatap lekat wajah tampan sang suami. “Dokter kan sama saja, Mas. Mereka sudah disumpah jabatan sebelumnya. Jadi nggak punya pikiran buruk,” cetus Nadya. “Tetap saja aku nggak rela, titik!” ucap Devan tak terbantahkan. Nadya hanya bisa mengangkat kedua bahunya dan menghela napas panjang. *** Keesokan harinya ketika keluarga Herlambang berkumpul di meja makan, Devan memberitahu kalau Nadya kini tengah berbadan dua. Hal itu tentu saja disambut gembira oleh Runi dan Rama serta Kayden. “Alhamdulillah...akhirnya kita akan punya cucu ya, Pa. Setelah cukup lama rumah ini sepi sama tangisan bayi, dan teriakan anak kecil. Akhirnya sebentar lagi akan kita dengar lagi suara-suara seperti itu,” ucap Runi senang. “Iya, alhamdulillah. Generasi selanjutnya ke
“Serius, Dok?” ucap Devan memastikan. “Serius dong, Pak. Masak saya bohong, sih. Ini saya geser monitornya agar Bapak bisa melihat dengan jelas kalau ada bulatan kecil di rahim istri Bapak.” Dokter lalu menggeser monitor ke samping Devan. Mata Devan berkaca-kaca kala melihat tiga bulatan kecil sebesar kacang tanah ada di dalam rahim sang istri. Tak lama, seulas senyum terbit dari bibir Devan. “Helo, Triplets. Buah hati Papa dan Mama,” gumam Devan yang terdengar oleh Nadya. Nadya pun sama terharunya seperti sang suami. Dia menggenggam jemari Devan dengan erat dan tersenyum, kala Devan menoleh padanya. “Gen kembar kamu menurun pada anak kita, Mas Devan,” bisik Nadya yang diangguki oleh Devan. “Sekali lagi, saya ucapkan selamat untuk Bapak dan Ibu karena mendapat tiga bayi sekaligus. Saya akan memberikan resep obat penguat janin dan juga vitamin untuk Ibu konsumsi nanti. Pemeriksaan USG telah selesai, kalau ada yang hendak ditanyakan bisa di meja praktek.” Setelah berkata, dokter me
“Peluk aku dong, Sayang,” pinta Devan manja. Nadya tersenyum dan mengabulkan keinginan sang suami. Dia lalu memeluk erat tubuh Devan dan mengecup keningnya lembut. “Aku tiba-tiba kok mau cireng sih, Sayang. Sama rujak tumbuk juga yang pedas. Kayaknya enak makan dua jenis makanan itu. Barangkali saja rasa mual dan pusingku jadi hilang,” celetuk Devan yang membuat Nadya membelalakkan matanya. “Kok kamu jadi aneh begini sih, Mas. Tumben banget kamu minta cireng. Terus kamu minta rujak tumbuk juga, pedas lagi. Padahal kamu kan nggak suka pedas sebelumnya. Cireng juga kan kamu kurang suka. Kamu pernah nasehati aku kalau jangan banyak-banyak makan cireng, karena banyak minyaknya. Tapi, kenapa sekarang kamu jadi ingin makan itu?” ucap Nadya heran. “Nggak tahu, Nad. Aku tiba-tiba ingin makan cireng dan rujak tumbuk. Tapi kalau rujak tumbuknya susah dicari, rujak buah biasa saja nggak apa-apa,” ucap Devan. “Ya sudah nanti aku beli cireng yang banyak di supermarket. Atau aku minta si Bibi b
“Kehamilan simpatik?” tanya Devan dan Nadya bersamaan.Dokter menganggukkan kepalanya seraya berkata, “Benar sekali.”“Sampai kapan ini akan saya alami, Dok?” tanya Devan.“Belum bisa dipastikan, Pak. Bisa berakhir di akhir trimester awal, bisa juga di akhir trimester kedua dan bisa juga sampai istri Bapak melahirkan,” sahut dokter itu.“Hah?” Devan membelalakkan matanya, dan menatap ke arah Nadya yang tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya.“Sabar ya, Pak. Hal semacam ini bukan Bapak saja yang mengalaminya. Ada beberapa suami yang juga mengalami hal yang sama.” Dokter itu berkata sambil tersenyum pada pasangan suami istri itu.Setelah itu, Devan dan Nadya undur diri dari ruang praktek .“Cariin aku rujak dong, Nad. Kayaknya makan rujak enak deh, nggak bikin aku mual,” pinta Devan.“Ya sudah kita ke toko buah yang biasa aku beli. Di sana jual aneka rujak dan asinan buah sama sayur. Terserah nanti kamu mau yang mana, Mas? Nanti tinggal pilih saja,” celetuk Nadya.Mata Devan sontak b
Devan tersenyum dan menganggukkan kepalanya seraya berkata, “Ini enak lho, Ma. Seger rasanya.”Nadya mengulum senyum melihat ulah sang suami. Sedangkan Runi hanya geleng-geleng kepala.Di saat mereka sedang memberi komentar tentang menu makan siang Devan, Rama tiba di tempat itu.“Wah...ada apa ini?” tanya Rama. Dia lalu duduk di samping sang istri.“Itu lho, Pa. Coba kamu lihat menu makan siangnya si Keenan!” ucap Runi menunjuk piring Devan dengan dagunya.Rama mengikuti arah pandang sang istri. Matanya pun membelalak ketika melihat menu makanan Devan.“Kamu nggak salah itu, makan nasi kok dicampur sama asinan sayur,” ucap Rama.Devan menggelengkan kepalanya seraya berkata, “Ini enak banget, Pa. Aku nggak berasa mual. Makan juga jadi lahap. Biasanya kalau mencium nasi langsung mual.”“Serius kamu? Kok kamu jadi kayak orang ngidam sih Keenan?” tanya Rama menatap lekat wajah Devan.“Memang aku sekarang lagi ngidam. Aku dan Nadya kerja sama ini, Pa. Nadya yang tugasnya hamil dan melahir
Kayden tertawa sambil menatap sang ayah yang memicingkan mata ke arahnya. Kayden bahkan sampai berpindah ke sofa di samping ayahnya.“Aku mikir begitu karena kami anak kembar kan, Pa. Kami ini kembar identik. Barangkali soal kayak begitu bisa sama menimpa aku juga,” sahut Kayden.“Tapi, itu bukan berarti kamu akan mengelak dari perjodohan yang Papa dan Mama rencanakan, iya kan? Kamu kan sudah tahu siapa itu Carissa, walaupun nggak terlalu kenal. Begitu juga sebaliknya, jadi bisa lah untuk memulai pendekatan biar lebih saling mengenal. Carissa seorang gadis yang cantik dan baik. Sangat cocok untuk mendampingi kamu. Seperti Nadya yang cocok mendampingi Keenan,” bujuk Rama lagi.“Ya...ya, atur saja deh yang menurut Papa dan Mama baik untukku,” sahut Kayden akhirnya.“Nah, begitu dong. Mama kamu pasti senang mendengar kabar ini,” timpal Rama ceria.Setelah itu, Rama pun beranjak dari sofa dan melangkah menuju kamarnya.***Rupanya Rama dan Runi sudah membicarakan untuk melaksanakan rencan
Mengetahui hal itu, Devan segera berantisipasi dengan selalu ada di dekat istrinya itu. Dia cuti selama lima hari kerja, sehingga masih bisa menemani istrinya di rumah.“Kamu tenang aja, Sayang. Kamu nggak sendiri, kok. Ada Mas dan baby sitter yang akan membantu kamu nanti untuk mengurus bayi kembar kita. Mama juga akan siap membantu kok. Jadi jangan panik, ya. Kamu pasti bisa,” hibur Devan.Nadya menganggukkan kepalanya dan tersenyum menatap sang suami. Dia lalu merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Dan memejamkan matanya. Namun, tak lama terdengar tangisan Deny. Nadya kemudian membuka kembali kelopak matanya seraya berkata, “Bawa kemari, Mas. Sini aku kasih ASI.”Devan tersenyum dan meraih bayi laki-lakinya dari baby crib, lalu menyerahkan pada Nadya. Bayi laki-laki yang tampan itu kemudian menyusu dengan lahap. Hingga setelah beberapa menit, bayi itu selesai menikmati ASI sang mama. Belum sempat Nadya menutup kembali pakaiannya, Dendy pun menangis. Hal itu membuat Nadya mengusap
“Congratulations!!”Nadya yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi ditemani oleh Devan, terkejut ketika membuka pintu kamar mandi. Mereka disambut oleh Kayden dan Carissa.Mereka membawa satu kotak kue dan bunga untuk Nadya. Carissa segera memeluk dan mencium pipi Nadya kiri dan kanan bergantian. Sedangkan Kayden hanya bersalaman dengan Nadya.“Terima kasih, ya. Kalian jadi repot bawain kue dan bunga segala,” sahut Nadya terharu.“Anak kalian ganteng-ganteng dan cantik. Mudah-mudahan aku dan Carissa cepat diberi momongan juga,” ucap Kayden sambil mengedipkan sebelah matanya pada Carissa, yang seketika menjadi tersipu.“Aamiin. Semoga doa kamu dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa,” sahut Devan.“Nadya, aku salut sama kamu yang sudah menjadi ibu dari ketiga bayi yang lucu dan menggemaskan ini. Bagaimana hamil anak kembar tiga?” tanya Carissa penasaran.“Rasanya sudah pasti senang, tapi saat perut sudah membesar berat juga bawa perutnya,” sahut Nadya.“Tenang saja, Sayang. Nanti kalau kam
Kini hanya ada Nadya dan Devan di ruang rawat inap itu. Setelah Runi pulang, Devan pun memberitahu mertuanya tentang Nadya yang sudah melahirkan. Laura, ibu Nadya sangat senang mendengar kalau anaknya sudah melahirkan. Beberapa bulan yang lalu anak bungsunya sudah memberinya seorang cucu. Kini Nadya memberikan tiga cucu sekaligus padanya. Hati Laura pun begitu bahagia. Dia mengatakan pada Devan, akan segera ke rumah sakit.Tangan Nadya kini berada dalam genggaman tangan Devan. Seluruh wajahnya pun sudah dihujani kecupan oleh suaminya yang tampak bahagia itu.“Nad, terima kasih. Terima kasih, kamu sudah berjuang untuk melahirkan anak-anak kita. Kamu seorang wanita yang hebat. Aku bahagia, Nad,” bisik Devan di telinga Nadya.“Aku juga bahagia, Mas. Rasanya aku menjadi wanita yang sempurna setelah melahirkan ketiga anak kita.” Nadya menarik wajah Devan untuk dia cium dengan penuh kasih sayang.Telapak tangan Nadya mengusap rahang kokoh Devan dengan lembut. Dia merasa hidupnya terasa leng
Runi dengan dibantu Mang Ujang memapah tubuh Nadya menuju mobil yang sudah siap sedia. Nadya dan Runi berada di kursi penumpang bagian belakang.“Bibi...nanti kalau suami saya pulang dari main golf, katakan kalau saya membawa Nadya ke rumah sakit. Nadya mau melahirkan,” ucap Runi yang diangguki oleh asisten rumah tangganya.“Iya, Bu,” titah si Bibi patuh.Setelah itu, Mang Ujang mengemudikan mobil keluar dari halaman rumah dengan kecepatan agak tinggi.Sementara itu, Runi tetap melakukan panggilan telepon pada Devan, hingga akhirnya panggilan teleponnya diangkat juga oleh anaknya itu.“Halo, Mama. Maaf aku baru angkat teleponnya, tadi habis meeting dan telepon genggam aku tertinggal di meja kerjaku,” ucap Devan di seberang sana.“Keenan...saat ini Mama sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Mama mengantar Nadya ke sana karena perut Nadya sudah mulai mulas terus dari tadi. Sepertinya akan melahirkan,” sahut Runi.“Ok, Ma. Aku akan menyusul ke sana. Tolong jaga istri aku ya, Ma. Aku tu
Enam bulan kemudian.Devan menghujani perut istrinya dengan kecupan. Telapak tangannya yang lebar pun mendarat di sana.“Hey, kalian capek habis bermain tadi, ya?” tanya Devan sambil terus mengelus perut istrinya yang telah kembali seperti semula, tidak ada tonjolan di sana-sini.“Mereka istirahat dulu lah, Mas. Mungkin mereka kasihan sama Mamanya, karena perut Mamanya jadi sakit akibat gerakan mereka,” timpal Nadya.Devan terus meraba-raba perut Nadya, berharap kalau ada gerakan dari dalam sana karena merasakan sentuhannya.“Ya sudah deh, kalian istirahat dulu. Tapi, kalian bertiga yang akur, ya, di dalam sana. Kalian akur di dalam perut Mama saat ini, dan nanti kalian juga harus akur saat sudah lahir, ok,” ucap Devan yang kembali menghujani perut sang istri dengan kecupan.Tak lama setelah Devan mengecup perut sang istri, wajah Devan terasa ada yang menendang dari dalam perut Nadya. Hal itu tentu saja membuat Devan dan Nadya tertawa senang.“Mereka merespon ucapan dan sentuhan aku,
Dua bulan kemudian.Tiba saatnya pernikahan antara Kayden Carissa dilangsungkan. Pernikahan itu sendiri digelar di salah satu hotel bintang lima, di Jakarta. Tampak pengamanan yang cukup ketat dari aparat kepolisian, maupun dari pihak keamanan hotel. Hal itu agar pernikahan tersebut berjalan dengan kondusif.Di salah satu ruang di hotel itu, yang di jadikan ruang ganti pengantin, tampak Carissa melihat tampilan dirinya di cermin saat dia sudah selesai dirias oleh seorang make-up artis. Runi, Ibunda Kayden itu memilihkan busana pengantin untuk Carissa dan Kayden di butik sahabatnya, tempat dimana Devan dan Nadya dulu menggunakan busana pengantin dari butik tersebut. Ibunda Carissa menatap takjub wajah anaknya yang kini tampil memukau. Wajah cantik Carissa semakin cantik dengan riasan sempurna dari make-up artis tersebut. Tubuh ramping Carissa berbalut kebaya warna putih dan kain batik coklat yang menyempurnakan penampilan gadis itu di hari bahagianya, pada hari ini.“Anak Mama cantik s
Kini mereka sudah ada di dalam mobil Kayden, yang akan mengantar Carissa pulang ke rumah. Tidak ada percakapan yang tercipta selama beberapa menit mereka di dalam mobil. Hingga akhirnya Kayden membuka suara.“Kamu pakai make-up, ya?” tanya Kayden menoleh sekilas ke arah Carissa, lalu dia menatap kembali ke arah jalan raya.“Eh, pakai make-up? Nggak kok, Kak. Aku hanya pakai bedak bayi. Di tas aku cuma ada bedak bayi saja. Aku juga nggak pernah pakai lipstik. Penampilanku selalu seperti ini saat kerja juga. Aku tergolong orang yang nggak bisa dandan,” jawab Carissa yang seketika pipinya memanas kala Kayden tiba-tiba bertanya demikian, yang artinya pria itu tengah memperhatikannya.Sementara itu, Kayden merutuki mulutnya yang seenaknya bertanya. Dia sendiri tidak mengerti kenapa mulutnya sangat lancang bicara, padahal dirinya bukan sekali ini bertemu dengan Carissa. Sudah dua kali! Pertama kalinya ketika gadis itu menemani ibunya datang ke rumah orangtuanya, dan yang kedua, tadi malam s
“Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya mengganti pakaian kamu yang kotor yang terkena muntahan kamu. Semalam kamu mabuk berat. Kamu bilang padaku saat masih setengah sadar, kalau kamu tidak mau diantar pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Sehingga aku membawa kamu ke apartemenku. Di sini tidak ada pakaian wanita, jadi aku memakaikan kamu kaos milikku sebagai ganti pakaian kamu yang kotor.” Kayden menatap wajah cantik Carissa yang kini tengah merona.“Jadi kakak lihat semuanya, dong,” ucap Carissa lirih. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia merasa risih mengetahui Kayden melihat bagian dalam tubuhnya.“Iya. Nggak apa-apa juga kali, Ris. Kita juga nantinya akan menikah,” sahut Kayden santai. Dia tersenyum geli melihat Carissa yang menutup wajahnya dengan kedua tangannya.Kayden melihat gadis cantik ini memang masih polos. Kayden menilai kalau usia gadis ini sekitar pertengahan dua puluhan. Semalam gadis ini bilang padanya saat masih tersadar kalau kemarin dia tengah ber-ula
“Ayo pulang, Rissa!” ajak Kayden setelah pria yang mengganggu Carissa pergi meninggalkan mereka. Kayden memapah tubuh Carissa yang seringan kapas baginya. “Kak, jangan bawa aku pulang! aku takut Mama sama Papa akan marah kalau melihat aku seperti ini.” Carissa lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang Kayden. “Kenapa kamu sampai mabuk? lalu kamu kemari bawa mobil?” tanya Kayden sambil terus berjalan keluar klub itu dengan tangan kanannya menahan tubuh Carissa agar tidak terjatuh.“Aku hari ini berulang tahun. Teman-temanku mengajak aku ke klub itu untuk merayakan ulang tahunku. Dua temanku menjemput ke rumah jadi aku nggak bawa mobil. Mereka membawa aku ke klub karena aku sebelumnya memang tidak pernah masuk dan minum di klub malam, jadi mereka bilang akan mengajari aku supaya tidak ketinggalan jaman. Aku langsung mabuk setelah menghabiskan satu setengah gelas minuman beralkohol itu.” Carissa berbicara sambil tersenyum. Dalam pandangannya orang-orang di sekitarnya termasuk Kayden t