Bawera memandangi Ayumanis dari ujung rambut sampai telapak kaki. Pandangan matanya penuh selidik. ‘O..., ini yang namanya Ayumanis,’ Bawera membatin. ‘Benar-benar manis dia. Menurutku, bukan hanya manis wajahnya, tapi malah cantik. Bahkan sangat cantik. Andaikan tidak urusan tentang kematian Temon, aku sebenarnya berminat menjadikan Ayumanis sebagai istri mudaku.’”Ayumanis...,” kata Bawera, “langsung saja, aku ingin tahu, siapa yang telah membunuh anakku?”Nada suara Bawera meninggi, menandakan kemarahan yang memuncak. Sedangkan empat anak buahnya telah mencabut pedang yang berkilat-kilat tajam. Pedang-pedang di tangan mereka seolah-olah sedang haus darah dan minta dicarikan tumbal!Kehadiran anak buah Bawera membuat suasana menjadi tidak tenang. Tidak nyaman. Siapa pun yang berhadapan dengan Bawera seolah-olah merasa ditekan, diancam keselamatan jiwanya.Bawera memang
Baca selengkapnya