Home / Thriller / KUTUKAN LELUHUR / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of KUTUKAN LELUHUR: Chapter 81 - Chapter 90

279 Chapters

BAB 81-MEMINTA BANTUAN

“Perjanjian?” Kataku dengan nada yang kaget. “Bukannya Ki Wisesa sengaja datang untuk melepaskan perjanjian yang terjadi antara warga kampung dengan para makhluk yang ada di Gunung Sepuh Pak?” Bapak hanya terdiam, rokok yang dia pegang kembali dia hisap beberapa kali sehingga asap yang dikeluarkan memenuhi depan warung sebelum akhirnya menghilang kembali. “Itu yang membuat bingung Mat, aku awalnya hanya berasumsi kalau tindakan Ki Wisesa untuk membantu warga kampung adalah alasan terciptanya kutukan ini.” “Namun, aku kaget ketika alasan tersebut adalah perjanjian dengan salah satu makhluk yang ada di dalam gunung.” “Bapak tahu, kata itu terucap oleh si Gimbal, salah satu makhluk yang perkataannya penuh dengan tipu daya dan muslihat.” “Bentar, bentar, bentar.” Aku langsung memotong perkataan Bapak, karena aku bingung atas apa yang Bapak katakan kepadaku pada saat itu. “Berarti, tulisan di belakang foto yang Bapak berikan padaku adalah benar?” “Foto yang berisi tiga orang di depa
Read more

BAB 82-SEBERANG JALAN

Hari ini adalah hari di mana masa panen telah usai, dan sawah-sawah yang berada di Kampung Sepuh sementara digenangi air yang ditebar bibit ikan dalam beberapa waktu untuk menyuburkan tanahnya kembali yang biasa kita sebut tandur, untuk nantinya sawah tersebut kembali di garap, dicangkul, dibajak dengan kerbau, dan ditanami kembali oleh bibit-bibit padi yang baru. Beberapa dari petani yang ada di Kampung Sepuh malah masih memakai tradisi lama, mereka hanya menanam padi dalam setahun sekali. Padi yang bisa dipanen dalam enam bulan, hanya mereka tanam satu kali dalam setahun. Selebihnya, mereka membiarkan sawah-sawah mereka begitu saja setelah panen berakhir, dan akan ditanam kembali ketika enam bulan kemudian. Ada filosofi khusus atas hal itu, filosofi bahwa enam bulan setelah mereka panen. Sawah sepenuhnya milik hewan-hewan, hewan-hewan yang selama ini dianggap oleh kita sebagai hama. Akan menempati sawah tersebut karena sudah waktunya mereka berkembang biak di sana. Dan ketika seles
Read more

BAB 83-PERHITUNGAN

Sinar matahari yang awalnya terik, kini berubah dengan drastis menjadi awan hujan yang menghitam menutupi langit di Kampung Sepuh pada sore itu, disertai angin yang sangat kencang yang berhembus dari arah gunung ke arah kampung. Membuat sebagian warga yang ada disana harus bersiap-siap pada malam hari. Karena mungkin saja akan ada hujan yang turun dengan sangat deras ketika malam tiba, dan membasahi Kampung Sepuh dengan airnya yang jernih dan dingin yang turun dari atas sana. Tes Tes Tes Saaaaa Rupanya, anggapan mereka meleset. Hujan datang lebih cepat dari perkiraan, para warga yang berkumpul di depan warung pun mau tidak mau terjebak hujan dan harus berdiam lebih lama di depan warung sambil menikmati hujan pertama di bulan itu. Hujan pertama pasti mempunyai ciri khas, air hujan yang pertama kali turun dan membasahi kampung pasti mengeluarkan bau khas yang bisa kita cium, bau tanah yang tiba-tiba terbang di udara dan berhembus ke arah semua warga yang sedang berkumpul di depan
Read more

BAB 84-BAU MELATI

ZRAAAAAS Hujan sepanjang malam, membasahi Kampung Sepuh kali ini. Kampung Sepuh yang sudah beberapa bulan kemarau, kini basah oleh hujan untuk pertama kalinya. Tak, tak, tak, Suara hujan yang mengenai genteng warung kini terdengar olehku. Aku yang awalnya duduk di depan warung pun kembali masuk untuk menghangatkan diriku dengan di duduk kursi kecil di belakang etalase warung. Di sana hanya ada tempat duduk kecil, yang bisa dipakai untuk duduk atau tidur dengan menyandarkan badan ke arah dinding yang ada dibelakangnya. Juga, ada sebuah lemari kecil di sebelahnya, tempat ibu dan Bapak menyimpan uang dari para pembeli. Di atasnya juga terdapat dua buku yang keduanya penuh dengan coretan tangan Bapak dan ibu. Salah satunya adalah buku catatan hutang, buku yang isinya bon dari hampir semua warga Kampung Sepuh dengan tulisan tanggal dan nominal dari barang-barang yang mereka ambil untuk dibayar nanti. Ibu dan Bapak biasa memberi hutang kepada mereka. Karena Bapak dan ibu tahu, beberapa
Read more

BAB 85-MENCARI BAPAK

Aku pernah diberitahu oleh Bapak, ketika warung pada malam hari, kita mau tidak mau harus menurunkan derajat kita kepada para makhluk yang datang ke warung. Karena, mereka yang datang ke warung pada malam hari butuh suatu pengakuan dari kita manusia yang menjaganya. Mereka harus kita layani dengan baik, meskipun terkadang raut wajah dan tubuh mereka semua membuat kita bergidik ketakutan. Karena itu adalah tanggung jawab yang harus kita jalankan sebagai keturunan dari Ki Wisesa. Ketika mereka sudah puas akan apa yang mereka minta, mereka akan pergi dengan sendirinya. Pulang ke arah Gunung Sepuh yang menjadi tempat untuk mereka tinggal. “Jangan pernah sekali-kali kamu mengabaikan apapun permintaan mereka, apabila mereka meminta yang aneh-aneh yang tidak ada diwarung, kamu harus bisa menolak mereka dengan halus. ” “Kita di warung ini adalah penjaga, penjaga dari para warga yang kini sedang tidur lelap di dalam rumah-rumah mereka. Karena kalau warung ini tidak ada, mungkin saja para ma
Read more

BAB 86-SUARA

Jejak kaki yang kini tergenang oleh air yang turun dari dedaunan di tengah hutan. Jejak kaki seseorang yang berjalan di tengah hutan sendirian itu, terlihat mengarah ke suatu tempat yang sering kali dijadikan tempat oleh para manusia melakukan ritual-ritual tertentu di dalam sana. Namun, Tempat-tempat yang sebelumnya dilewati oleh jejak kaki itu terlihat sangat berantakan, pepohonan yang patah, batu-batunya yang retak, juga sesajen-sesajen yang berhamburan kemana-mana. Bersamaan dengan kain putih penutup suatu batu atau tempat yang sakral, yang dia lepaskan dan dia lempar sehingga kain tersebut kotor dan basah terkena air hujan dan bercampur lumpur. Gunung Sepuh, sekali lagi gaduh oleh satu orang. Satu orang yang melayani mereka di malam-malam sebelumnya ketika para makhluk gunung datang ke warung di setiap malamnya. Gerbang yang menjadi pintu masuk hutan kini terlihat kacau, karena akar-akar pohon yang menyambung menjadi satu sehingga membentuk sebuah gerbang pun terlihat terbelah
Read more

BAB 87-WUJUD

Terlihat dari atas, sebuah titik hitam di Gunung Sepuh membentuk sebuah lingkaran yang tertutup asap hitam pekat yang menutupi semua pandangan yang ada di dalamnya.Terlihat dari asap-asapnya yang menempel ke dalam pepohonan yang menjulang tinggi hingga ke atas, menutupi seluruh pohon di area tersebut sehingga hanya terlihat beberapa bagian dari atas pohon yang tinggi itu.Itupun, hanya sebagian kecil yang tidak tertutup oleh asap hitam pekat yang muncul secara tiba-tiba. sisanya, tertutup oleh asap tersebut dan membiarkan batang pohon dan dedaunan tersebut layu secara perlahan.Asap hitam itu rupanya membuat semua yang mereka sentuh berubah, dedaunan mendadak menjadi layu, dahan pohon mendadak menjadi kering kerontang, juga lumut-lumut hijau yang menempel di antara pepohonan tersebut pun berubah menjadi kering dan coklat, sebelum akhirnya jatuh karena sudah tidak ada lagi nutrisi yang bisa diserap dari dahan pohon yang ikut mengering bersamanya.Bahkan, hujan yang menutupi Gunung Sep
Read more

BAB 88-KEPUTUSAN

Makhluk itu tiba-tiba tertawa, bersamaan dengan asap hitam yang merangsak masuk kembali dan memakan aura biru milik bapak yang sedikit menerangi pandangannya sekarang, Bapak yang mempertahankan cahaya itu agar tidak pudar sekaligus membuat tubuhnya kembali bercahaya tipis agar tubuhnya tidak terhisap oleh asap hitam itu, hanya bisa berdiri dan tidak bergerak. Wajahnya terus-menerus bergumam membacakan sesuatu, tanpa perduli dengan omongan makhluk itu.HAHAHAHAHAHA….Makhluk itu terus-menerus tertawa, seperti sedang mempermainkan Bapak dengan asap putih yang dikeluarkan sekarang. Suara tertawanya menggema ke seluruh hutan, seperti tertawanya sesosok raksasa yang tinggi besar dengan suara yang sangat nyaring.“Darsa, Darsa. Kamu memang keturunan Ki Wisesa, Darsa. Baru kali ini aku melihat cahaya itu seperti layaknya Ki Wisesa dulu. Yang aku permainkan sehingga dia melakukan perjanjian denganku.”HahahahaHahahahaHA……..DUARGGGGGGGGGGSebuah suara ledakan tiba-tiba terdengar dengan sang
Read more

BAB 89-DATANG

Guyuran hujan lebat yang membasahi Kampung Sepuh tampaknya belum mereda, hujan yang terus-menerus mengguyur pegunungan hingga tengah malam membuat jalanan yang berada di depan warung kini tergenang oleh air, jalanan yang hanya berupa batu-batu besar dan tanah merah yang jarang sekali dilalui oleh kendaraan. Kini berubah menjadi aliran air yang mengalir ke sisi jalan dan menghilang ke arah kebun dan sawah yang letaknya tak jauh dari sana. Namun, ada pemandangan yang lain sekarang. Seluruh lumpur jalan yang basah akibat hujan kini membasahi tubuhku, juga hujan yang terus-menerus turun dan menyentuh punggungku pada saat itu hanya bisa ku rasakan tanpa pernah sekalipun bisa menggerakan tubuhku pada saat ini. Seluruh tubuhku basah, rasa sakit akibat tulang-tulang yang bergeser, juga banyak sekali benda-benda tajam yang menyayat kulitku sehingga aku tersayat hingga berdarah membuatku tidak berdaya di tengah jalan depan warung. Rupanya, semua keilmuan yang bapak ajarkan padaku dalam sebu
Read more

BAB 90-KEADAAN WARGA

Kampung Sepuh, yang seharusnya sunyi pada malam hari dengan suara rintik hujan yang membuat siapapun yang mendengarkannya akan tertidur pulas, kini justru sangat berbeda. Suara dari gaduhnya saat aku yang mencoba menahan mereka sekuat tenaga beberapa waktu yang lalu, rupanya terdengar hingga ke ujung kampung, sehingga membuat warga yang tidur lelap pun terbangun akibat bisingnya pada malam itu. Suara-suara dentuman yang terjadi di sekitar rumah dan warung, rupanya terdengar pula oleh para warga kampung yang sedang tertidur lelap, tanah yang mereka pijak pun bergetar dengan sangat hebat. Debu-debu yang berada di tiang-tiang penyangga rumah pun berjatuhan bersamaan dengan lampu-lampu minyak yang tiba-tiba padam dibuatnya.DummmDummmMang Yayat yang tertidur lelap sendirian, kini harus merasakan hal yang membuat dirinya tiba-tiba terbangun di tengah malam karena suara yang gaduh ini. Malam ini dia tidak ditemani oleh anak dan istrinya yang biasanya menemani dirinya tidur dirumah.Sang
Read more
PREV
1
...
7891011
...
28
DMCA.com Protection Status