Home / Thriller / KUTUKAN LELUHUR / BAB 85-MENCARI BAPAK

Share

BAB 85-MENCARI BAPAK

Author: pujangga manik
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Aku pernah diberitahu oleh Bapak, ketika warung pada malam hari, kita mau tidak mau harus menurunkan derajat kita kepada para makhluk yang datang ke warung. Karena, mereka yang datang ke warung pada malam hari butuh suatu pengakuan dari kita manusia yang menjaganya.

Mereka harus kita layani dengan baik, meskipun terkadang raut wajah dan tubuh mereka semua membuat kita bergidik ketakutan. Karena itu adalah tanggung jawab yang harus kita jalankan sebagai keturunan dari Ki Wisesa.

Ketika mereka sudah puas akan apa yang mereka minta, mereka akan pergi dengan sendirinya. Pulang ke arah Gunung Sepuh yang menjadi tempat untuk mereka tinggal.

“Jangan pernah sekali-kali kamu mengabaikan apapun permintaan mereka, apabila mereka meminta yang aneh-aneh yang tidak ada diwarung, kamu harus bisa menolak mereka dengan halus. ”

“Kita di warung ini adalah penjaga, penjaga dari para warga yang kini sedang tidur lelap di dalam rumah-rumah mereka. Karena kalau warung ini tidak ada, mungkin saja para ma
pujangga manik

Mohon maaf ya Seminggu ini saya hanya bisa upload 1 bab saja dulu, karena saat ini sedang melakukan perjalanan ke yogya hingga nanti hari minggu jadi mohon maaf, karena saya hanya bisa menulis di sela-sela waktu saya yang lumayan padat padat nemenin istri dan anak liburan hehe vote dan komen terus ya terima kasih

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 86-SUARA

    Jejak kaki yang kini tergenang oleh air yang turun dari dedaunan di tengah hutan. Jejak kaki seseorang yang berjalan di tengah hutan sendirian itu, terlihat mengarah ke suatu tempat yang sering kali dijadikan tempat oleh para manusia melakukan ritual-ritual tertentu di dalam sana. Namun, Tempat-tempat yang sebelumnya dilewati oleh jejak kaki itu terlihat sangat berantakan, pepohonan yang patah, batu-batunya yang retak, juga sesajen-sesajen yang berhamburan kemana-mana. Bersamaan dengan kain putih penutup suatu batu atau tempat yang sakral, yang dia lepaskan dan dia lempar sehingga kain tersebut kotor dan basah terkena air hujan dan bercampur lumpur. Gunung Sepuh, sekali lagi gaduh oleh satu orang. Satu orang yang melayani mereka di malam-malam sebelumnya ketika para makhluk gunung datang ke warung di setiap malamnya. Gerbang yang menjadi pintu masuk hutan kini terlihat kacau, karena akar-akar pohon yang menyambung menjadi satu sehingga membentuk sebuah gerbang pun terlihat terbelah

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 87-WUJUD

    Terlihat dari atas, sebuah titik hitam di Gunung Sepuh membentuk sebuah lingkaran yang tertutup asap hitam pekat yang menutupi semua pandangan yang ada di dalamnya.Terlihat dari asap-asapnya yang menempel ke dalam pepohonan yang menjulang tinggi hingga ke atas, menutupi seluruh pohon di area tersebut sehingga hanya terlihat beberapa bagian dari atas pohon yang tinggi itu.Itupun, hanya sebagian kecil yang tidak tertutup oleh asap hitam pekat yang muncul secara tiba-tiba. sisanya, tertutup oleh asap tersebut dan membiarkan batang pohon dan dedaunan tersebut layu secara perlahan.Asap hitam itu rupanya membuat semua yang mereka sentuh berubah, dedaunan mendadak menjadi layu, dahan pohon mendadak menjadi kering kerontang, juga lumut-lumut hijau yang menempel di antara pepohonan tersebut pun berubah menjadi kering dan coklat, sebelum akhirnya jatuh karena sudah tidak ada lagi nutrisi yang bisa diserap dari dahan pohon yang ikut mengering bersamanya.Bahkan, hujan yang menutupi Gunung Sep

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 88-KEPUTUSAN

    Makhluk itu tiba-tiba tertawa, bersamaan dengan asap hitam yang merangsak masuk kembali dan memakan aura biru milik bapak yang sedikit menerangi pandangannya sekarang, Bapak yang mempertahankan cahaya itu agar tidak pudar sekaligus membuat tubuhnya kembali bercahaya tipis agar tubuhnya tidak terhisap oleh asap hitam itu, hanya bisa berdiri dan tidak bergerak. Wajahnya terus-menerus bergumam membacakan sesuatu, tanpa perduli dengan omongan makhluk itu.HAHAHAHAHAHA….Makhluk itu terus-menerus tertawa, seperti sedang mempermainkan Bapak dengan asap putih yang dikeluarkan sekarang. Suara tertawanya menggema ke seluruh hutan, seperti tertawanya sesosok raksasa yang tinggi besar dengan suara yang sangat nyaring.“Darsa, Darsa. Kamu memang keturunan Ki Wisesa, Darsa. Baru kali ini aku melihat cahaya itu seperti layaknya Ki Wisesa dulu. Yang aku permainkan sehingga dia melakukan perjanjian denganku.”HahahahaHahahahaHA……..DUARGGGGGGGGGGSebuah suara ledakan tiba-tiba terdengar dengan sang

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 89-DATANG

    Guyuran hujan lebat yang membasahi Kampung Sepuh tampaknya belum mereda, hujan yang terus-menerus mengguyur pegunungan hingga tengah malam membuat jalanan yang berada di depan warung kini tergenang oleh air, jalanan yang hanya berupa batu-batu besar dan tanah merah yang jarang sekali dilalui oleh kendaraan. Kini berubah menjadi aliran air yang mengalir ke sisi jalan dan menghilang ke arah kebun dan sawah yang letaknya tak jauh dari sana. Namun, ada pemandangan yang lain sekarang. Seluruh lumpur jalan yang basah akibat hujan kini membasahi tubuhku, juga hujan yang terus-menerus turun dan menyentuh punggungku pada saat itu hanya bisa ku rasakan tanpa pernah sekalipun bisa menggerakan tubuhku pada saat ini. Seluruh tubuhku basah, rasa sakit akibat tulang-tulang yang bergeser, juga banyak sekali benda-benda tajam yang menyayat kulitku sehingga aku tersayat hingga berdarah membuatku tidak berdaya di tengah jalan depan warung. Rupanya, semua keilmuan yang bapak ajarkan padaku dalam sebu

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 90-KEADAAN WARGA

    Kampung Sepuh, yang seharusnya sunyi pada malam hari dengan suara rintik hujan yang membuat siapapun yang mendengarkannya akan tertidur pulas, kini justru sangat berbeda. Suara dari gaduhnya saat aku yang mencoba menahan mereka sekuat tenaga beberapa waktu yang lalu, rupanya terdengar hingga ke ujung kampung, sehingga membuat warga yang tidur lelap pun terbangun akibat bisingnya pada malam itu. Suara-suara dentuman yang terjadi di sekitar rumah dan warung, rupanya terdengar pula oleh para warga kampung yang sedang tertidur lelap, tanah yang mereka pijak pun bergetar dengan sangat hebat. Debu-debu yang berada di tiang-tiang penyangga rumah pun berjatuhan bersamaan dengan lampu-lampu minyak yang tiba-tiba padam dibuatnya.DummmDummmMang Yayat yang tertidur lelap sendirian, kini harus merasakan hal yang membuat dirinya tiba-tiba terbangun di tengah malam karena suara yang gaduh ini. Malam ini dia tidak ditemani oleh anak dan istrinya yang biasanya menemani dirinya tidur dirumah.Sang

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 91-SUARA GADUH

    Rupanya, para makhluk yang muncul secara tiba-tiba di depan warung, tidak serta merta meneror aku saja. Untuk memancing bapak agar menemui mereka pada malam ini, mereka sampai merangsak masuk ke tengah-tengah perkampungan untuk meneror para warga yang sedang terlelap tidur dengan suara hujan yang membuatnya terlelap.Mereka meneror dengan segala cara, mengganggu semua warga agar mereka terbangun dari tidurnya dan membuat mereka tidak nyaman berada di dalam rumah. Bukan hanya itu saja, sapi, ayam semua hewan-hewan ternak yang para warga pelihara pun terkena imbasnya, hewan-hewan tersebut tiba-tiba berbunyi ketakutan dan mencoba keluar dari kandangnya untuk menyelamatkan dirinya dengan sekuat tenaga.Insting hewan yang lebih sensitif dari manusia, membuat semua hewan-hewan ternak yang berada di Kampung Sepuh gusar, beberapa kali mereka menabrakan dirinya ke pintu kandang agar mereka bisa melarikan diri ke tempat yang lebih aman, bersamaan dengan suara-suara yang terdengar sedang ketakut

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 92-MENYERINGAI

    Mata Mang Mumu tiba-tiba melotot ke arah kamar, dengan cahaya lampu yang menyinari kamar yang gelap itu dengan sinarnya yang kuning dan redup. Apa yang dia lihat sama sekali susah dipercaya oleh hatinya sendiri, karena di atas kasurnya, terdapat sosok lain selain istrinya yang masih tertidur pulas di bawah sana. Dia menggantung di atas langit-langit dengan mulut yang terbuka lebar, mulut yang terbuka hingga ke pipi dan hampir membelah telinga tersebut. Membuat mulutnya menganga dengan posisi tepat di atas istrinya yang sedang tertidur di bawahnya. Gigi-gigi tajam yang putih berbalut dengan urat-urat gigi dan gusi berwarna merah kini terlihat, bersamaan dengan warna merah dari kulit mulut yang terbelah membuatnya terlihat sangat menakutkan. Baru kali ini Mang Mumu melihat makhluk ini dalam seumur hidupnya, makhluk yang tidak pernah dia temukan atau pernah dia dengar dari cerita-cerita para warga yang sering mengobrol bersama di warung bapak setiap sorenya. Juga, perasaan takut dan t

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 93-MUNTAH DARAH

    Tatapan mata tidak berdaya Mang Mumu tidak bisa lepas dari pandangannya ke arah langit-langit rumah pada malam itu, detak jantungnya yang berdetak sangat kencang dengan tubuhnya yang bergetar hanya bisa membuat tubuhnya kaku dan terdiam sesaat, meskipun kini makhluk tersebut menghilang kembali secara perlahan-lahan dengan wajahnya yang menyeringai ke arah langit-langit rumahnya. Brug Tiba-tiba, Mang Mumu terjatuh secara tiba-tiba ke tanah, tubuhnya sendiri tidak kuat lagi menopang dirinya sehingga kini dia terduduk tidak berdaya di tengah rumah. Lampu minyak yang masih dia pegang menyinari dirinya dan ruangannya yang kini kosong kembali, hanya tersisa suara hujan yang masih saja terus-menerus mengguyur rumahnya dan terdengar oleh kedua telinganya sekarang. Dia hanya bisa menoleh ke sekeliling rumah, karena takut akan makhluk itu yang muncul kembali dan mengagetkan Mang Mumu yang tampaknya masih ketakutan sekarang. Butuh waktu lima belas menit untuk memastikan bahwa makhluk itu tid

Latest chapter

  • KUTUKAN LELUHUR   Extra bab-TAMAT

    Pemakaman Kampung Sepuh kini lebih ramai daripada biasa, meskipun sekarang sudah masuk hari kedua lebaran di tahun 2022. Namun masih banyak orang-orang yang berdatangan dan berziarah ke makam keluarga dan teman mereka di kampung ini. Kampung Sepuh yang awalnya sepi tiba-tiba mendadak ramai, para warga yang bekerja di kota-kota besar kini kembali pulang untuk menikmati suasana lebaran yang kini lebih bebas dari dua tahun sebelumnya, sehingga para warga yang dulu tidak bisa mudik akibat pandemi kini bisa pulang ke rumah dan berkumpul kembali dengan keluarga mereka yang menunggunya di kampung. Sedangkan aku (penulis), kini sedang duduk di samping makam Bu Esih, Pak Amat, juga Pak Darsa dan leluhurnya di pemakaman Kampung Sepuh. Ku lihat pula beringin yang di dalam cerita Warung Tengah Malam terbakar habis kini sudah mulai tumbuh daun-daun baru, dan mungkin saja beberapa tahun lagi beringin yang ada di pemakaman itu sudah kembali tumbuh dan rindang seperti sedia kala. “Oh jadi begitu Ma

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 283-WARUNG TENGAH MALAM

    Beberapa kali aku mengalami kejadian yang seperti ini, batuk-batuk dan muntah darah, lalu dibarengi oleh mata yang berkunang-kunang dan akhirnya aku terjatuh dan tidak sadarkan diri di tanah.Tubuhku semakin menua, staminaku tidak lagi seperti dulu, mungkin inilah kekurangan dari manusia. Mereka tidak bisa mempertahankan stamina ketika umurnya sudah semakin tua. Sehingga, sehebat apapun mereka, tetap saja apabila stamina mereka di kuras habis maka akan ambruk juga.Esih yang curiga dengan keadaanku kini semakin khawatir akan keadaanku menyarankan aku untuk tidak terus-menerus mencari jawaban dari misteri ini ke Gunung Sepuh.Namun, meskipun aku sudah melepas Ujang untuk tinggal di kota besar dan tidak mengharapkan dia pulang kembali ke Kampung Sepuh ini. Tetap saja, rasa khawatir akan kutukan ini masih saja memenuhi pikiranku pada saat itu.Meskipun kondisiku semakin melemah, tapi aku tidak putus asa. Apalagi kini aku mempunyai teman sekaligus sahabat, yaitu Aki Karma. Pemimpin sebuah

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 282-BEKERJA KERAS

    Tak terasa, obrolan yang terjadi di warung itu kini aku simpan dalam pikiranku. Rasa ingin menyelesaikan sesuatu yang seharusnya aku selesaikan dengan segera akhirnya membuatku semakin memaksakan diriku untuk masuk ke dalam Gunung Sepuh di setiap harinya. Bahkan saking seringnya, ketika ada tamu yang meminta bantuan untuk permasalahan yang dia miliki, dia harus menungguku pulang terlebih dahulu atau nanti aku akan mendatangi rumahnya ketika mereka tidak menemukanku di warung atau dirumah pada saat itu. Hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun tak terasa aku lewati. Aku sudah mencoba berbagai cara, bahkan kini warung seringkali aku tinggalkan dan ketika aku pulang ketika pagi tiba, aku melihat warung tampak berantakan, karena mungkin para makhluk yang datang tidak menemukan ku di dalam warung untuk aku layani pada malam itu. Aku yang kini lebih bisa menerima para makhluk yang ada tinggal di luar Gunung Sepuh, aku seringkali bertanya kepada mereka tentang situasi Gunu

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 281-SEKOLAH

    Ujang, anak yang aku sayangi rupanya tumbuh dengan sehat dan kuat. Aku dan Esih sepakat untuk tidak memberitahu kepadanya tentang warung ini yang sebenarnya.Dia yang selalu bertanya setiap malam ketika dirinya tidak boleh ke warung ketika malam tiba, dan pertanyaan itu dijawab oleh Esih bahwa aku yang menjaga warung setiap malam harus berjuang keras untuk bisa menyekolahkan dirinya sehingga membuka warung di pagi dan siang hari pun tidaklah cukup untuk bisa menyekolahkan dia ke jenjang yang lebih tinggi.Apalagi, ketika malam tiba, Esih seringkali memberikan cerita pengantar tidur, mencoba memberinya cerita-cerita seram seperti tentang tuyul, genderuwo, pocong, kuntilanak, juga para makhluk-makhluk yang seringkali menculik manusia, ketika Ujang masih belum tidur di dalam rumah meskipun malam sudah larut.Esih tahu, bukannya dia menakut-nakuti Ujang, tapi Esih sengaja memberikan cerita itu agar Ujang bisa tertidur dan tidak menanyakan lagi tentang kondisi warung serta kejanggalan-keja

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 280-GELANG

    Malam ini, aku sengaja keluar meninggalkan warung dan membiarkannya tampak kosong. Aku sudah tidak tahu terakhir kali aku meninggalkan warung. Terakhir kali aku meninggalkan warung, ketika Wawan menghilang di persawahan ketika sedang bermain dengan teman-temannya, dan akhirnya aku menemukan tubuhnya yang tampak sedang di asuh oleh salah satu makhluk yang bernama kalong wewe yang menganggap Wawan adalah anaknya. Aku berusaha mengambilnya kembali, meskipun perjuangan tampak tidak mudah, karena aku harus melewati Leuwi Jurig yang dipenuhi oleh makhluk yang bernama lulun samak ketika malam tiba. Meskipun begitu, akhirnya Wawan selamat. Aku menggendongnya ke Kampung Sepuh tepat ketika pagi menjelang, ketika para kelelawar kembali ke Gunung Sepuh untuk beristirahat dan mentari pagi dengan sinarnya yang merah ke kuning-kuningan muncul di belakang Gunung Sepuh yang menjulang di pagi itu. Kini, aku kembali keluar. Mencoba sesuatu yang mungkin saja bisa membantuku untuk mencari keberadaan ma

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 279-BERTAHAN

    Kehidupan Kampung Sepuh akhirnya berjalan kembali seperti biasa, para warga kembali ke ladang dan sawahnya setiap pagi, dan akan mampir ke warung untuk mengobrol dan bercengkrama tentang apa yang terjadi di hari itu, pada sore harinya sepulang dari ladang dan sawah. Banyak hal yang mereka ceritakan, tentang kejadian-kejadian yang ada di sekitar mereka, tentang berita-berita politik yang susah sekali sampai ke tempat mereka, juga tentang gosip-gosip yang ada di sekitar mereka. Rokok dan kopi serta jajanan dan cemilan-cemilan menemani mereka ketika berkumpul di depan warung di sore itu. Rusdi, Darman , Parman, juga warga lainnya berkumpul dan saling bercengkrama satu sama lain. Sebuah hal yang jarang terjadi di kota-kota besar menurut Darman. Darman yang kembali lagi setelah bertahun-tahun tinggal di kota kini merasakan kembali kehangatan warga Kampung Sepuh yang masih akrab dengannya, Darman pun seringkali membicarakan situasi politik pada saat itu yang kacau balau, banyak pabrik ya

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 278-PUAS

    Rasa dingin yang menusuk kulit kini aku rasakan kembali di depan warung yang sangat sunyi dan sepi ini, kejadian yang terjadi dalam seminggu yang lalu membuatku banyak berpikir tentang apa yang aku hadapi di dalam Gunung Sepuh yang gelap itu. Fuhhhhhhhh Asap tebal mengepul keluar dari mulutku, aku yang kembali beraktifitas seperti biasa kini duduk di depan warung seperti biasa. Menikmati suasana malam yang ada di depan warung ini sambil menghisap rokok kretek yang menjadi teman satu-satunya bagiku di setiap malamnya. Aku kembali banyak melamun atas kejadian yang menimpaku pada saat itu, keilmuan yang aku pelajari dan aku asah, rupanya masih belum cukup untuk menjaga keluargaku, bahkan untuk menjaga Kampung Sepuh yang sudah dipercayakan oleh leluhurku sewaktu dia mendapatkan kutukan ini. Apalagi, dibalik rasa senang dan haru ketika Ujang lahir di dunia ini, ada rasa khawatir yang semakin lama semakin besar, rasa yang muncul apabila dia harus menjadi seseorang yang sepertiku, terkeka

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 272-BUKAN MIMPI

    “Enggak, enggak, enggak, kamu bukan manusia, kamu bukan karyawanku!”“Mana karyawanku semua, karyawan yang shift malam yang seharusnya bekerja di tempat ini sekarang?”Doni benar-benar panik karena di depannya terlihat sebuah sosok yang tidak dia kenali, wajahnya yang tampak hancur kini terlihat jelas ketika cahaya dari korek apinya menyinari dirinya dari dekat.Doni beberapa kali berteriak memanggil karyawan yang seharusnya bekerja di shift malam pada malam ini, tubuhnya yang awalnya tidak bergerak kini mendadak kaku sehingga dia tidak melarikan diri dan keluar dari ruangan produksi tersebut.“Kenapa, Bapak tidak mengakui kami sebagai karyawan lagi?” Kata sosok itu yang kini tersenyum dengan giginya yang hancur dan menyisakan beberapa gigi yang masih tersisa di dalam wajahnya yang remuk dan tidak berbentuk itu.“Bapak tidak ingat, aku adalah orang yang terkena mesin ini Pak sehingga wajahku hancur, aku seperti didorong oleh sesuatu yang membuat kepalaku terkena mesin press dan mening

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 271-PABRIK

    Sudah beberapa hari ini, Doni termenung di meja kerjanya, surat-surat resign yang dia terima dari bagian HRD pabriknya kini berserakan di mejanya.Semenjak kejadian itu, karyawan Doni banyak sekali yang mengundurkan diri, tidak hanya karyawan produksi yang selama ini mengawasi mesin-mesin besar untuk pabriknya, namun banyak juga staf-staf di divisi tertentu yang tiba-tiba resign dengan berbagai alasan.Meja Doni kini tampak berantakan, kertas-kertas coretan yang bertumpuk dengan file-file berkas tentang laporan penjualan yang kini menurun akibat kekurangan staf dan pekerja kini memenuhi sebagian meja kerjanya pada saat itu.Alat-alat tulis yang awalnya rapi pun kini berserakan tidak karuan, Doni yang awalnya menyukai kerapihan dan kesempurnaan kini mendadak tidak peduli dengan ruangan kerjanya sendiri. Bahkan, dia lebih banyak termenung sekarang, menyesali semua perbuatannya yang dia lakukan beberapa hari yang lalu.Jujur, dia bukan menyesal karena dia melakukan hal itu, namun dia men

DMCA.com Protection Status