Mohon maaf ya, baru kemarin belum sempet upload soalnya masih di perjalanan dari yogya ke bandung dan langsung tertidur sebelum sempet upload cerita baru sesampainya di rumah saya upload satu bab dulu ya semoga besok bisa upload normal kembali dua bab setiap harinya terima kasih
Tatapan mata tidak berdaya Mang Mumu tidak bisa lepas dari pandangannya ke arah langit-langit rumah pada malam itu, detak jantungnya yang berdetak sangat kencang dengan tubuhnya yang bergetar hanya bisa membuat tubuhnya kaku dan terdiam sesaat, meskipun kini makhluk tersebut menghilang kembali secara perlahan-lahan dengan wajahnya yang menyeringai ke arah langit-langit rumahnya. Brug Tiba-tiba, Mang Mumu terjatuh secara tiba-tiba ke tanah, tubuhnya sendiri tidak kuat lagi menopang dirinya sehingga kini dia terduduk tidak berdaya di tengah rumah. Lampu minyak yang masih dia pegang menyinari dirinya dan ruangannya yang kini kosong kembali, hanya tersisa suara hujan yang masih saja terus-menerus mengguyur rumahnya dan terdengar oleh kedua telinganya sekarang. Dia hanya bisa menoleh ke sekeliling rumah, karena takut akan makhluk itu yang muncul kembali dan mengagetkan Mang Mumu yang tampaknya masih ketakutan sekarang. Butuh waktu lima belas menit untuk memastikan bahwa makhluk itu tid
Pada tahun delapan puluhan, seseorang yang ingin mencelakakan orang lain, memakai hal-hal seperti ini adalah hal yang lumrah, masyarakat yang masih erat dengan hal-hal gaib dan diluar nalar, seringkali menjadi buah bibir masyarakat dengan cerita-ceritanya yang beragam. Mulai dari teluh, santet, pelet, babi ngepet, tuyul, juga hal-hal yang lainnya yang seringkali diceritakan banyak orang di setiap kesempatannya. Santet dan pelet juga termasuk hal yang lumrah pada tahun tersebut. Tak jarang, apabila mata kita terbuka dan bisa melihat hal-hal yang ada diluar nalar, seringkali kita bisa melihat benda-benda yang terbang dan berseliweran menutupi langit malam. Benda-benda yang dikirimkan dengan tujuan mencelakakan orang yang ingin sekali mereka singkirkan dengan cepat. Sehingga, masyarakat pada zaman tersebut. Terkadang mempunyai suatu kebiasaan tertentu, untuk menghindari ancaman dari bahaya tersebut. Yang biasanya mereka akan pakai kan di tubuh mereka, atau mereka akan simpan di sekita
Waktu sudah mulai menuju pagi, hanya tinggal kurang dari empat jam lagi hingga kokok ayam pertama terdengar di seluruh kampung. Namun, kegaduhan masih terasa, hujan yang turun di Kampung Sepuh tampaknya sengaja diturunkan sepanjang malam untuk meredam kegaduhan ini agar suaranya tidak sampai ke kampung sebelah.Aku masih terkapar tidak berdaya di tengah jalan depan warung, hujan yang mengguyur tubuhku hanya bisa aku terima tanpa bisa berteduh dibawah atap warung yang kini hancur berantakan di ujung sana.Lumpur yang membasahi dan mengotori wajahku, hanya bisa aku biarkan begitu saja. bersamaan dengan suara-suara dentuman keras yang terjadi di rumahku pada saat itu.Mungkin, sebagian dari manusia yang hidup di masa itu, tidak akan percaya akan apa yang terjadi. Mereka akan lebih percaya akan hujan yang membasahi kampung mereka dari sore hingga malam tiba. Dan membuat air di sekitar kampung meluap dengan derasnya.Namun, semua hal yang warga kampung rasakan pada malam ini, hanya bisa me
DUMMMMDUMMMMDUMMMMSuara dentuman itu rupanya terdengar secara samar-samar hingga ke kampung sebelah, kampung yang beberapa waktu kemarin habis menggelar hajatan akbar atas pernikahan salah satu anak Kepala Desa yang berlangsung semalaman suntuk.Euis, seorang teman ku yang kini sudah menjadi pengantin baru karena dinikahi Caca seorang anak Kepala Desa. Tiba-tiba kaget, dan keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.Meskipun suara hujan masih terdengar nyaring dari atap rumah mereka. Namun tetap saja, beberapa kali suara dentuman terdengar dari kejauhan dan muncul di antara suara hujan yang mengguyur kampungnya kali ini.Rambutnya yang masih basah terlihat masih meneteskan air sehabis mandi kembang yang dia pakai pada malam ini, kembang yang tercampur dengan air dalam sebuah bak kecil yang sengaja dibiarkan sehari semalam, dan dipakai oleh para pengantin baru untuk mandi di malam hari.Adalah sebuah tradisi masyarakat di tahun tersebut agar
Bapak yang melihat retakan itu seketika langsung menoleh, sesaat sebelum dia kembali menatap makhluk besar yang ada di depannya yang dengan cepat menghantamkan tangannya ke arah Bapak.Apalagi, muncul sebuah tangan yang lebih besar dari ketiga makhluk besar yang kini masih dia lawan, setelah sudah menumbangkan salah satu dari mereka dengan susah payah.Apabila bapak harus menghadapi makhluk lain yang muncul dari retakan itu, sudah dipastikan. Bapak sudah tidak akan sanggup lagi, dia sudah mencapai batasnya sekarang. Setelah dari sore hari dia terus-menerus menginterogasi para makhluk di Gunung Sepuh untuk mencari tempat dimana leluhurnya dulu melakukan perjanjian di dalam sana. Sekarang dia harus melawan para makhluk kiriman yang meneror warga kampung dan keluarganya hingga saat ini.Manusia memang bisa lebih hebat dari para makhluk yang ada di sekitar kita, keilmuan yang mereka pelajari bisa membuat para makhluk tersebut tunduk dengan mudahnya, dan bisa kita perintah dengan sesuka ha
Ruangan yang menjadi tempat Ki Warsa melakukan ritual bersamaan Ki Waluh dan beberapa muridnya kini tidak tampak rapi lagi, semua barang-barang dan ornamen yang ada di sana berserakan kemana-mana. Bunga tujuh rupa yang berserakan juga tiba-tiba layu dan terbakar dengan sendirinya. Terlihat sebuah lubang besar menganga di ruangan itu, sebuah lubang besar yang muncul secara tiba-tiba dari atap yang berlubang karena sesuatu. Seperti ada yang berusaha masuk ke dalam ruangan dan mendobrak langit-langit itu sehingga hancur. Dan puing-puingnya terlihat sangat berserakan di bawah sana, bercampur dengan dupa dan kembang tujuh rupa yang berhamburan kemana-mana. Namun, tampaknya Ki Warsa dan Ki Waluh tidak terlihat kembali di sana, yang terlihat hanyalah tetesan darah yang menetes keluar ruangan, juga beberapa muridnya yang tidak berdaya karena tertimpa reruntuhan atap yang hancur sehingga langit malam pun terlihat dari dalam sana. Ruangan itu adalah salah satu ruangan yang biasa mereka pakai
Waktu mulai berubah secara perlahan, cahaya kebiru-biruan muncul secara perlahan dari belakang Gunung Sepuh yang tinggi itu, menghilangkan kegelapan dan awan hujan yang menutupi Kampung Sepuh semalaman hingga saat ini. Hujan mulai reda, awan hujan yang masih terlihat tebal, kini tersinari oleh cahaya matahari yang berwarna oranye dari cakrawala yang luas. Sehingga tercipta sebuah garis panjang yang lurus yang membelah langit. Sang cahaya pagi mencoba untuk menghilangkan awan hujan yang masih tersisa itu dengan cahayanya yang terang secara perlahan, diiringi oleh suara jangkrik dan kodok, serta kokok ayam pagi yang menyambut pagi itu dengan syahdu dan suaranya terdengar hingga seluruh kampung. Pemandangan yang menyeramkan pada malam hari kemarin, kini kembali berubah. Menjadi pemandangan yang cantik untuk dilihat oleh kedua mata kita semua, karena sang cahaya pagi sudah mengambil alih kembali langit dan membiarkan cahayanya bersinar menerangi Kampung Sepuh hingga nanti sang malam aka
“Astaga, Mat, Pak Darsa, kalian kenapa? ” Kata Mang Yayat sambil berlari menghampiri warung dengan tatapan yang khawatir dan melihatku yang terbaring lemah dan tidak sadarkan diri di tanah. Kedua tangannya hanya bisa menutup mulutnya karena kaget melihat kondisi warung dan rumah yang tampak berantakan dan sudah tidak berbentuk lagi. Rupanya, ketika Mang Yayat, Mas Parto dan Asep bertemu di jalan. Para warga lain sudah berbondong-bondong terlebih dahulu berangkat ke arah warung termasuk Mang Mumu, dan ketika melihat situasi warung dan rumah, serta aku dan bapak yang terkapar di luar dengan tidak sadarkan diri. Mang Mumu pun kembali ke arah kampung untuk memanggil warga lainnya agar bisa membantunya untuk mengevakuasi tubuhku beserta tubuh bapak yang tidak berdaya disana. “Cepat bantu angkat si Amat ke dalam rumah Pak Darsa, juga angkat juga Pak Darsa yang ada di sana, masuk ke rumah! ” Kata Mang Mumu yang tiba-tiba berteriak kepada semua warga yang ada di dekat warung pada pagi itu.