Home / Thriller / KUTUKAN LELUHUR / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of KUTUKAN LELUHUR: Chapter 61 - Chapter 70

279 Chapters

Bab 61-MENEMBUS

Aku sungguh kaget, secara tidak sengaja aku bisa memukul makhluk itu dengan kedua tanganku. Padahal, aku lihat sendiri. Asep, orang yang ada di depanku ini tidak bisa memukulnya dengan kedua tangannya. “Apakah ini adalah hasil dari apa yang Bapak lakukan selama ini kepadaku?” Kataku sambil melihat kedua tanganku pada malam itu. Makhluk itu terpental, menembus beberapa pohon hutan yang besar dan tinggi di ujung sana, lalu menghilang dalam kegelapan malam Gunung Sepuh pada malam itu. Pada saat yang sama, aku melihat Asep tiba-tiba terjatuh, bersamaan dengan kesadarannya yang kembali pulih pada saat itu juga. Hah hah hah Jantungnya berdetak dengan sangat cepat, dia terduduk sambil memegang dadanya dengan salah satu tangannya. Asep seakan tidak percaya atas apa yang menimpanya, karena dia merasakan sendiri ketika jiwanya akan terlepas dari dalam tubuhnya dan hal itu membuat tubuhnya hampir kehilangan kesadaran. Asep yang tiba-tiba terduduk melihat anaknya yang masih menangis dengan t
Read more

BAB 62-TIDAK BERDAYA

KEH KEH KEH KEH Sratt Angin besar tiba-tiba berhembus kembali, bersamaan dengan bekas cakaran dari gigi tajamnya yang kini berbekas di pepohonan yang berada di sekitarku. Aku sudah menyuruh Asep untuk menunduk, dan tidak melakukan apa pun yang bisa melukai badannya sendiri. Asep juga sadar akan hal itu. Karena tubuhnya hanya bisa dipakai untuk berkelahi dengan manusia, dan tidak pernah dalam hidupnya berhadapan dengan makhluk yang seperti ini. “Ayolah, ayolah, ayolah!” Aku terus-menerus berusaha memegang anak tersebut, dan tak lama ketika angin besar yang datang untuk kedua kalinya. Tanganku tiba-tiba bercahaya kembali, cahaya berwarna biru muda yang muncul dengan sendirinya. Benar saja, setelah cahaya itu muncul. aku bisa memegang anak itu, seperti layaknya aku memegang tangan anak kecil dengan kulitnya yang masih terlihat halus. “Kang, hey Kang!” Aku sedikit berteriak, tepat ketika aku berhasil memegang anak tersebut untuk aku bawa ke depan Bapak. “Ayo kita cepet pergi dari t
Read more

BAB 63-BERKUMPUL

Makhluk itu tiba-tiba berhenti, bersamaan dengan hilangnya aura hitam yang keluar dari dalam tubuhnya. Wajahnya yang tadinya mendekatiku ketika aku terjatuh tiba-tiba menoleh ke arah pepohonan hutan yang sangat gelap di sekitarnya. Wajahnya tiba-tiba berubah, menjadi wajah yang ketakutan. Jari-jari tangannya yang awalnya akan mencekikku kini dia dekatkan ke dada, mencoba menghentikan tindakan yang akan dia lakukan kepadaku pada saat itu juga. Situasi yang sangat aneh dan membingungkan, aku berharap itu adalah bapak. Yang datang di saat-saat yang tepat seperti halnya pahlawan-pahlawan yang sering kali aku baca di buku komik kepunyaan Caca. Namun, “JANGAN KAMU APA-APAKAN ANAK ITU, KARENA ANAK ITU ADALAH SESUATU YANG BERHARGA BAGI KU. ” Sebuah suara yang sangat berat terdengar, dan itu bukan suara bapak. suaranya muncul dibarengi dengan angin kencang ke arah makhluk itu. Bahkan makhluk itu langsung mundur dan menghilang. Meninggalkan aku, Asep dan jiwa anak bungsunya yang masih berdi
Read more

BAB 64-DITERIMA

Rumah ku yang berada di ujung kampung, seringkali menjadi tempat kegiatan warga untuk berkumpul. Mereka berkumpul untuk membahas segala hal yang menyangkut tentang kampung dan Gunung Sepuh. Juga, hal-hal tabu yang hanya bisa diobrolkan dalam kumpulan tersebut. Biasanya, kumpulan rutin yang sering di laksanakan di rumahku itu dilaksanakan setiap dua minggu sekali. Di mana kumpulan rutin itu dilaksanakan sebelum para warga berangkat ke ladang atau ke kebun pada pagi harinya, mereka akan datang ke rumahku terlebih dahulu untuk membahas tentang kampung dan hal-hal lain di dalamnya. Sebelum nantinya, mereka berangkat lagi ke kebun dan ke sawah ketika acara tersebut selesai. Apa yang warga bahas dalam perkumpulan tersebut sangatlah rahasia, ada kepercayaan yang saling mereka jaga agar isu yang mereka bahas tidak sampai keluar kampung. Karena, ini menyangkut dengan nama kampung yang semakin hari semakin buruk. Kampung yang di cap dengan berbagai nama yang negatif, membuat warga lebih memil
Read more

BAB 65-CERITA

Bagi masyarakat Kampung Sepuh, masalah apapun yang melibatkan Gunung Sepuh sebagai penyebabnya, harus didiskusikan dengan semua warga kampung. Apalagi menyangkut ritual-ritual dan perjanjian di dalamnya, juga tumbal-tumbal yang mereka berikan di dalam gunung. Banyak sekali kejadian, para pencari madu hutan dan kayu bakar, yang setiap harinya berkeliling di hutan Gunung Sepuh untuk mencari kedua bahan tersebut, tiba-tiba menemukan mayat. Mayat yang sudah membusuk bahkan hanya tulangnya saja yang tersisa. Saking seringnya, mereka jadi tahu. Apabila mayatnya berada di tempat teduh dengan posisi duduk atau terbaring, maka itu adalah orang yang tersesat dan jasadnya baru ditemukan setelah sekian lama menghilang. Namun, apabila mayatnya berada dalam kondisi terikat atau tengkoraknya penuh luka, berarti itu adalah tumbal dari perjanjian dan ritual yang terjadi di Gunung Sepuh. Tahun 1980, informasi tidak semassive sekarang. Penyebaran informasi yang tidak merata membuat para warga hanya me
Read more

BAB 66-HERAN

Kembali beberapa jam yang lalu, di mana dalam beberapa puluh lagi, akan terdengar suara ayam yang berkokok di seluruh kampung. Yang menandakan bahwa pagi akan menjelang, dan menyingkirkan semua aura mistis yang menyelimuti kampung dan Gunung Sepuh ketika malam tiba. Kondisi kampung yang gelap, hanya menyisakan kesunyian yang tergambar dari heningnya kampung pada malam itu. Meskipun ada beberapa warga yang tampaknya sudah bangun. Namun tetap saja, mereka tidak akan berani keluar rumah sebelum suara kokok ayam terdengar ke seluruh kampung. Warung yang ada di dekat rumahku pun, kini tampak sepi. Tidak ada tanda-tanda bahwa Bapak tidur di dalam warung atau duduk depan warung dengan asap rokok yang mengepul hingga menutupi langit-langit dan menghilang di udara. Karena, Bapak kini berdiri di depan gerbang. Yaitu sebutan bagi sebuah pintu masuk hutan yang berbatasan dengan Kampung Sepuh. Pintu masuk dengan jalanan setapak yang penuhi oleh rerumputan dan pepohonan tinggi di kedua sisinya.
Read more

BAB 67-MELAYANG

Bapak merasa, seperti ada sesuatu yang menjaga kita bertiga. Sesuatu yang membuat takut semua makhluk gunung sehingga tidak mau mendekati kita bertiga yang kondisinya sudah sangat parah ini. Bapak hanya menggelengkan kepala, dia tidak tahu mahluk apa yang berbuat seperti ini. Apakah hal ini berhubungan dengan apa yang dia cari selama ini, karena salah satu orang yang tersungkur di sana adalah keturunan Ki Wisesa yang nantinya akan menjaga warung selepas dirinya tidak ada. Atau memang ada mahluk yang baik yang sengaja menjaga mereka, ketika mereka tak sadarkan diri sehingga aman dari gangguan para mahluk yang ingin mengambil jiwa mereka. Bahkan, aura tipis berwarna biru yang Bapak keluarkan. Tidak mendeteksi satupun mahluk yang biasanya menyembunyikn dirinya di dalam kegelapan hutan, mereka seperti takut mendekati tubuh kita berdua tanpa ada alasan yang jelas dan tidak bisa diterima oleh akal Bapak. Apalagi, kedua tubuh dan jiwa yang lepas di sana biasanya menjadi santapan yang mani
Read more

BAB 68-TINGGAL

Pagi menjelang dengan udara dingin dan kabut tipis pegunungan yang memenuhi Kampung Sepuh pada pagi ini. Para warga sudah mulai kembali bangun dari tidur nyenyaknya di dalam rumah. Terlihat dari banyaknya asap-asap dari tungku kayu bakar yang mengepul keluar dari rumah-rumah mereka pada pagi itu. Sebuah suasana yang tenang dan menjadi ciri khas bagi setiap rumah-rumah yang ada di Kampung Sepuh setiap paginya, sebuah kegiatan yang mungkin saja tidak akan bisa kita jumpai di kota-kota besar. Banyak warga yang terlihat keluar rumah, sambil membawa obor atau senter kecil aluminium dengan sinarnya yang berwarna kuning, meskipun matahari perlahan sudah muncul tapi tetap saja mereka membutuhkan itu untuk penerangan melewati area persawahan hingga akhirnya bisa mandi dan kakus di MCK dekat sungai, yang setiap paginya akan ramai oleh para warga yang membersihkan diri juga membersihkan baju-baju kotor bekas mereka pakai dari sawah atau dari ladang. Blug. Aku dan Asep kini terlihat terbaring
Read more

BAB 69-BEKAL

Sudah beberapa waktu terlewati, aku kini sedang duduk-duduk di depan warung pada sore itu. Warung pada sore hari terlihat ramai, Mas Parto dan Parman bahkan terlihat ikut duduk-duduk di depan warung sambil melihat ke arah jalan yang kini ramai oleh para warga yang pulang dari ladang dan sawah untuk kembali ke rumah-rumah mereka. Sudah hampir satu bulan berlalu, semenjak aku menerima ijazah SMA. Darman dan Rusdi sudah hampir dua minggu berkelana di kota untuk memasukan lamarannya ke pabrik-pabrik yang ada di sana. Mereka patungan untuk mengontrak bedeng (kontrakan) kecil untuk mereka tinggal sementara, sebelum nantinya mereka akan pindah ke kontrakan yang lebih besar ketika mereka sudah mendapatkan pekerjaan. Sedangkan aku, aku hanya menyimpan ijazah tersebut di dalam kamar. Ijazah dengan nilai yang biasa-biasa saja hanya aku bungkus plastik bening, dan tak lupa aku beri pigura bekas agar terlihat bagus dan aku gantungkan di sudut kamar menghadap jendela. Aku hanya bisa melakukan hal
Read more

BAB 70-PERMINTAAN

Malam semakin larut, suara burung-burung malam terdengar dengan sangat merdu. Membentuk sebuah melodi mistis yang bergema di dalam Gunung Sepuh pada malam itu. Sebuah mobil terparkir di ujung kebun teh yang terlihat sangat gelap gulita. Bersamaan dengan dua jejak langkah kaki yang terlihat dari jalanan setapak yang berlumpur menyusuri kebun teh hingga akhirnya masuk ke dalam hutan Gunung Sepuh dari sebelah kiri. Gunung Sepuh sendiri adalah gunung yang mempunyai banyak pintu masuk, tidak hanya pintu masuk yang sering warga sebut gerbang. Namun juga banyak sekali pintu masuk hutan yang tersebar di kiri kanan hingga belakang gunung dengan rute yang berbeda-beda. Tampaknya, ada dua orang yang masuk ke dalam hutan Gunung Sepuh pada saat itu. Dua orang dengan pakaian yang sangat berbeda antara satu dan lainnya. Salah satunya adalah bapak-bapak umur lima puluhan yang bernama Doni, dengan badan yang sedikit agak gemuk, dengan janggut panjang serta rambut yang terlihat rapi. Tangannya memak
Read more
PREV
1
...
56789
...
28
DMCA.com Protection Status