“Apa Winter menghubungimu?” tanya Benjamin. Vincent menggeleng, sejak pembicaraan serius keluarga mereka kemarin, Winter masih belum memberikan tanda-tanda bahwa dia akan kembali pulang. “Bagaimana dengan keadaannya?” tanya Benjamin lagi. “Dia mau menerima dokter yang kita kirimkan,” jawab Vincent dengan pelan. Vincent sedikit bisa bernapas dengan lega, meski Winter kecewa padanya dan Benjamin, setidaknya Winter mau menerima tawaran penyembuhan lukanya. “Ayah,” panggil Vincent dengan lembut. Benjamin menengok, menatap sendu Vincent. Rasa lelah dan sedih tergambar jelas di mata Benjamin, namun dia tidak bisa mengeluh karena dia seorang kepala keluarga. “Ada apa?” tanya Benjamin. Vincent menelan salivanya dengan kesulitan. “Maaf,” ungkap Vincent begitu dalam. “Aku minta maaf, karena kehadiranku, aku merenggut kebahagiaan Ayah.” Benjamin terdiam, bibirnya bergerak samar membentuk senyuman. Vincent yang begitu keras dan tidak pernah membicarakan masalah ini, kini akhirnya mau memb
Read more