Home / Lain / Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter: Chapter 191 - Chapter 200

220 Chapters

BAB 201: Jebakan

“Semua barang dan uang yang telah kau curi bernilai lebih dari tiga ratus ribu dollar, semua cctv, bukti pembayaran terkumpul dengan lengkap. Hanya dengan ini saja, kau bisa masuk penjara selama delapan tahun, belum lagi semua intimidasi dan ancaman pembunuhan hingga rencana cuci otakmu. Tidakkah kau sadar, akan berapa puluh tahun lamanya kau di kurung alam ruangan sempit dan dingin.”Terngiang perkataan polisi yang menginterogasinya, polisi itu memutar setiap bukti cctv dan bukti-bukti lain yang membuat Paula mau tidak mau mengakui perbuatannya.Kantung mata Paula membengkak dan menghitam, bibirnya berubah pucat dan kering, gadis itu duduk terkulai lemas setelah melewati interogasi lebih tiga hari tiga malam.Mereka tidak hanya memaksa Paula menjawab, mereka juga tidak segan menempatkan kaki meja di atas kaki Paula, lalu menduduki meja itu. Paula meraung menangis kesakitan, namun tidak ada yang peduli dengan keadaannya.Tidak hanya dengan penyiksaan itu saja yang Paula terima, Paula
Read more

BAB 202: Firasat

“Jangan bicara sembarangan! Aku tidak layak berada di sini, harusnya kau yang berada di sini menggantikanku lagi jika kau benar-benar menyayangiku dan peduli padaku. Mengapa kau_”“Cukup Paula” Maxim menggebrak meja dan berdiri. “Manusia seperti dirimu tidak sepantasnya mendapatkan sedikitpun perhatian dan kesempatan, sudah sepantasnya kau berada di dalam sini sejak dulu. Aku menyesal menggantikanmu, akan aku katakan kepada seluruh dunia kebenaran yang terjadi, kau yang membunuh Jared di malam itu!” teriak Maxim dengan keras.“Diam! Aku memang yang membunuh Jared, tapi sudah sepantasnya jika kau yang bertanggung jawab karena aku anakmu!” teriak Paula marah.Maxim tehenyak kaget, rahanganya langsung mengetat menatap tajam Paula. “Kau benar-benar butuh dokter kejiwaan Paula, sikapmu tidak ada bedanya dengan psikopat.”“Hentikan!” Paula menjerit histeris.Suara pintu yang terbuka menghentikan perdebatan di antara Maxim dan Paula, keduanya langsung diam menahan kata-kata yang ingin merek
Read more

BAB 203: Merelakan

“Aku hanya ingin mengatakannya sebelum nanti aku lupa mengatakannya. Perpisahan terberat seseorang adalah pergi tanpa pamit.” Hati Winter tertohok, lidahnya terasa kelu, gadis itu kehilangan suaranya untuk waktu beberapa saat. Hati Winter sangat sakit, tercengkram rasa bersalah namun dia kebingungan untuk memberi tahu semuaya. “Aku tidak akan melupakanmu,” lirih Winter terdengar menyakitkan. Sapuan hangat napas Marius mengusap sisi wajah Winter, sepercik kebahagiaan terlihat di mata pria itu seakan jawaban sederhana yang keluar dari mulut Winter sangat berarti untuknya bahkan meski jika itu sebuah dusta. Kepala Marius sedikit memiring, Marius menarik lembut tengkuk Winter dan meraup bibirnya dalam ciuman lembut dan pelukan hangatnya. Seluruh permukaan kulit Winter meremang bereaksi begitu cepat, gadis itu tidak dapat mengartikan situasinya saat ini, dia tidak tahu harus bersedih ata bahagia dengan semua yang terjadi saat ini. Winter membalas ciuman Marius dan mengusap wajahnya,
Read more

BAB 204: Menemui Paula

“Hari ini Felix akan menjemputku untuk melakukan chek up mengenai operasi.” “Kenapa sekarang, bukankah akan di lakukan lusa?” “Para dokter sudah datang lebih awal.” Jenita mengangkat wajahnya, melihat Marius dengan senyuman lembutnya. “Semoga berjalan lancar, ibu tidak sabar ingin melihatmu kembali berjalan.” Marius ikut tersenyum, dia segera memulai sarapan paginya sebelum memulai aktivitas paginya. Jenita yang duduk di hadapan Marius tidak segera makan juga, wanita itu hanya melihat Marius dengan ketelitian, puteranya terlihat kebih banyak menunjukan ekspresi di wajahnya seperti dulu, Jenita merasa sangat senang. “Ibu senang kau seperti ini Marius,” ungkap Jenita dengan senyuman bangganya. “Lebih banyak tersenyum, banyak berbicara dan matamu terlihat lebih hidup.” Marius menelan makanannya perlahan, dia sendiri mengakui perubahan suasana di hatinya akhir-akhir ini setelah banyak berkomunikasi dengan Winter. “Marius” panggil Jenita lagi dengan hati-hati, Jenita tidak ingin mem
Read more

BAB 205: Mencuci Pikirkan Paula

“Kenapa diam? Jika tanganmu membusuk, kau hanya perlu mengamputasinya dan kau tinggal memiliki satu tangan. Itu cocok untuk seorang pencuri,” ucap Winter lagi senang hati. Paula bernapas dengan cepat, gadis itu tidak dapat berkata-kata memikirkan seberapa mengerikannya apa yang terjadi di masa depan jika memang tangannya harus di potong. “Kau tidak memiliki sesuatu yang ingin di ucapkan padaku?” tanya Winter lagi. “Kau..” geram Paula penuh tekanan, “Kau merencanakan semua ini?” “Apa maksudmu? Aku tidak mengerti apa yang kau katakan,” sahut Winter tetap berakting polos tidak tahu apa-apa. “Jawab saja sialan. Kau merencakan ini semua kan? Berpura-pura baik padaku, memberiku uang namun diam-diam mengumpulkan semua bukti untuk menjebloskanku ke sini. Mematahkan tanganku dan ingin membuat tanganku membusuk!” Winter menyeringai. “Aku tidak merencanakan apapun, aku hanya memberikan apa yang kau minta dan mengambadikan moment kita berdua melalui rekaman dan cctv.” “Jalang sialan kau W
Read more

BAB 206: Ada Bahaya

“Kau sudah memikirkan perguruan tinggi mana yang akan kau masuki?” tanya Marvelo. “Sejujurnya aku belum memiliki rencana apapun, untuk sekarang aku hanya ingin fokus dengan masalah pengadilan.” Marvelo tersenyum. “Berjuanglah.” “Kau juga” Winter bergeser mengikis jarak di antara mereka. Sudah beberapa hari ini mereka tidak bertemu, tiba-tiba saja Marvelo datang mengunjungi rumah Winter tidak seperti biasanya. Lengan Winter menyentuh lengan Marvelo, gadis itu mendongkak melihat Marvelo lebih dekat, dapat dia lihat jika kini Marvelo terlihat memiliki masalah. “Kau terlihat tidak baik-baik saja, apa ada masalah?” tanya Winter hati-hati. Marvelo menggeleng, “Aku tidak tahu ini adalah sebuah masalah atau bukan. Aku merasa gugup dan tidak tahu apa yang akan aku lakukan jika aku pergi keluar dari Neydish.” “Apa mimpimu Marvelo?” Marvelo terdiam, pria itu menatap Winter dengan serius. Selama ini dia tidak pernah memikirkan sedikitpun sebuah mimpi dan tujuannya di masa depan, Marvelo ha
Read more

BAB 207: Tragedy

Felix terduduk di kursi kemudi terlihat panik menekan handpoennya, pria itu langsung berbicara agar mereka mau memberikan pengawalan perlindungan. Tidak berapa lama beberapa orang berpakaian serba hitam datang dan mengawal Marius bersama Felix keluar dari area rumah sakit menggunakan dua buah mobil. “Apa kau gugup?” Marius memperhatikan Felix yang menyetir dengan tidak fokus, pria itu bernapas dengan kasar dan kakinya tidak berhenti bergerak gelisah, sesekali Felix melihat ke sekitar. Felix masih merasakan ada yang mengintainya, firasat Felix tidak begitu baik malam ini. “Aku takut jika ini orang yang sama,” cerita Felix setengah berbisik. Marius terbelalak kaget, “Apa maksudmu?” “Satu minggu terakhir ini aku merasa di ikuti oleh seseorang, semua itu terjadi sejak aku memutuskan untuk membantu mengurus keperluan operasimu.” “Kenapa kau tidak menceritakan ini semua padaku?” Marius sedikit berteriak. “Aku pikir ini bukan apa-apa, ku pikir itu mereka hanya orang yang ingin mengaj
Read more

BAB 208: Berita Buruk

Jenita berlari bersama Levon melewati keramaian orang-orang di sekitarnya, keduanya tampak terburu-buru begitu mendengar kabar kecelakaan yang di alami Marius malam ini. Empat orang polisi berdiri di depan pintu menjaga keadaan begitu kecelakaan yang di alami Marius dan Felix adalah sebuah penyerangan yang di sengaja. Jenita tidak dapat membendung tangisannya lagi begitu kedatangannya hanya di sambut oleh polisi karena Marius sedang berada dalam penanganan dokter dan butuh melakukan operasi darurat, sementara Felix yang berada di ruangan sebelah ikut mendapatkan penanganan yang serius karena mengalami banyak pendarahan. Salah satu polisi langsung menenangkan Levon dan Jenita, polisi itu membawa keduanya ke ruangan sepi, lalu menjelaskan apa yang telah terjadi kepada Marius dan Felix. Di sisi lain Winter yang baru sampai ke rumah sakit langsung berlari pergi dengan cepat, gadis itu tidak lagi dapat berpikir rasional karena sebuah kekhawatiran yang begitu mencekik dirinya. Kaki Wint
Read more

BAB 209: Sebuah Rahasia

Winter pulang terburu-buru, gadis itu langsung pergi ke kamarnya mengambil beberapa perhiasana hingga sisa uang yang dia milikinya, memasukannya ke dalam tas. Tanpa pertimbangan Winter berlari pergi ke ruangan kerja Benjamin untuk mencari-cari uang tambahan yang berjumlah besar. Winter menyusuri setiap laci dan meja kerja Benjamin. Setelah cukup lama mencari, akhirnya Winter menemukan brangkas rahasia milik Benjamin yang di letakan di dalam dinding. Beberapa kali Winter menekan tombol, semuanya salah. Gadis itu terlihat cukup frustasi mencoba menebak-nebak kode apa yang Benjamin gunakan di brangkas itu. di percobaan ke empat, Winter mencoba menggunakan tanggal lahir Vincent, dan ternyata brangkas itu terbuka. Ada banyak tumpukan document di dalam, beberapa emas batangan dan beberapa gepok uang yang mungkin tidak seberapa untuk seorang Benjamin. Winter memberanikan diri mengambil dua gepok uang di dalamnya, dia tahu konsekuensinya atas pencurian yang dia lakukan. Namun Winter tidak
Read more

BAB 210: Kesepakatan

Suara menggema tembakan terdengar keras di dalam sebuah ruangan, Mante menajamkan pandangannya melihat setiap sasaran boneka yang berjalan di hadapannya. Bayangan Jach yang masuk ke dalam ruangan latihan membuat Mante menurunkan pistolnya dan melepaskan penutup telinga. Sekilas dia melihat Jach yang kini tersenyum lebar dan mendekat. “Gadis itu kembali ke sini dan ingin bertemu denganmu lagi,” kata Jach. “Gadis yang mana?” “Winter Benjamin.” Mante tidak menjawab, pria itu melihat jam di tangannya yang sudah menunjukan pukul sebelas malam. “Aku tidak menerima klien di jam segini.” Jach bersedekap, menyandarkan bahunya pada sisi pintu. “Dia bilang ini penting.” “Tidak bisa,” tolak Mante dengan tegas. Dia tidak suka latihan menembaknya terganggu. Jach memperhatikan Mante yang kembali menembak dan tidak mempedulikan apapun di sekitarnya. Jach tetap berdiri di tempatnya sampai Mante gusar sendiri dengan keberadaanya sekarang. “Ada apa lagi?” tanya Mante lagi sambil mengisi peluru.
Read more
PREV
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status