Home / Lain / Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter: Chapter 171 - Chapter 180

220 Chapters

BAB 181: Sisi Lain

Selina terduduk lemas setelah selesai melihat nilai hasil ujiannya yang tidak sesuai dengan apa yang di harapkan oleh orang tuanya. Gadis itu duduk termenung di atap gedung sekolah memikirkan apa yang harus dia katakan kepada mereka karena nilainya tidak mencapai target. Selina tidak tahu, tekanan dan hinaan apalagi yang akan dia dengar bila dia sudah mengatakan semuanya kepada orang tuanya. Selina menggenggam erat handponenya yang kini tidak berhenti bergetar, dapat dia lihat nama ayah dan ibunya yang tertera berusaha menelponnya beberapa kali sejak tadi. Dapat Selina tebak, kemungkinan kini mereka sudah tahu kabar mengenai hasil nilainya dari wali kelas. Selina bernapas dengan cepat mengambil pasokan udara, gadis itu sempat menjatuhkan air matanya, namun dia menghapusnya dengan cepat dengan punggung tangan. “Seharusnya aku mencuri kunci jawabannya sejak awal,” bisik Selina penuh sesal. Selina sempat ingin mencuri kunci jawaban karena dia tahu seberapa sulit dan setresnya menghad
Read more

BAB 182: Permintaan Maaf

Kepulan asap rokok bergerak di udara, Selina menghisapnya beberapa kali dengan kuat. Suasana hatinya yang buruk membuat Selina membutuhkan sesuatu pelarian yang bisa membuatnya tenang. Sudah lebih dari lima menit Selina dan Winter duduk, namun tidak ada percakapan apapun yang terjadi di antara mereka. Suasana hati Winter juga sedang kacau meski dia merasa sangat senang dan begitu puas dengan hasil nilai ujiannya. Entah mengapa, sejak dia melihat video yang Marvelo tunjukan, hati Winter terus di landa rasa gundah. Jiwa Kimberly tidak dapat berhenti memikirkan bagaimana Paula berbicara begitu semaunya kepada Winter hingga mendorong Winter untuk mengakhiri hidupnya. Jiwa Kimberly akan menuntaskan pembalasannya hari ini dengan tangannya sendiri sebelum menyeret Paula membusuk di dalam penjara. “Selamat.” Suara lembut dan berat Selina menyentak lamunan kecil Winter. Winter menghisap rokoknya, lalu menatap Selina dengan penuh tanya. “Selamat, kau mendapatkan nilai yang sempurna,” Se
Read more

BAB 183: Harimu sudah Selesai

“Selamat atas nilaimu” Marvelo mengangkat kaleng minumannya, dengan senyuman lebar Winter mengajaknya bersulang. Nilai Winter yang terpampang di selurung layar penjuru sekolah membuat gebrakan, Winter takjub karena kini semua orang berpikir bahwa selama ini Winter Benjamin berpura-pura bodoh dan sengaja berpenampilan buruk. Winter sengaja memilih soal esai dalam menjalani ujian, hal itu sengaja dia lakukan untuk berantisifasi terhindar dari segala rumor dan tuduhan kecurangan karena selama ini Winter selalu berada di peringkat paling bawah dengan nilai merah. Beruntung sekolah Kirin menyediakan soal esai dan pilihan ganda, karena itulah Winter bisa bebas memilih meski sebelumnya, Cleo sang wali kelas cukup khawatir dengan pilihan Winter hingga di hadapkan bimbingan konseling. Soal esai Kirin bertarap internasional yang sama rata dengan soal untuk masuk perguruan tinggi. Hanya para professor yang bisa menilainya. Karena itu, soal esai lebih banyak di gemari anak-anak yang mendapatka
Read more

BAB 184: Sisi Kejam Jiwa Kimberly

Tangan Paula mengepal kuat meremas rumput, gadis itu tertunduk di bawah hinaan Winter yang kini mendominasinya. “Winter, berhenti bicara omong kosong,” ucap Paula dengan suara bergetar. Bugh Kaki Winter melayang di udara menendang kepala Paula tepat di wajahnya hingga membuat Paula terjungkal dan mengerang kesakitan. “Kau yang harusnya berhenti beromong kosong, setan sialan,” geram Winter penuh peringatan. Dengan kesulitan Paula berusaha bangkit, gadis itu mulai beringsrut ketakutan. Winter membungkuk di hadapan Paula dan menantang gadis itu untuk melakukan sesuatu padanya. “Berhentilah berpura-pura, aku sudah tidak tahan dan ingin muntah mendengarnya. Tunjukan saja dirimu yang sebenarnya padaku Paula,” tantang Winter lagi memancing Paula sebelum mengakhiri semuanya. Rasa takut mencekik Paula, Winter sangat mengintimidasinya, kemarahannya yang kuat membuat Paula tidak memiliki sedikitpun nyali. Desakan Winter membuat Paula sangat ketakutan, dia tidak memiliki keberanian untuk me
Read more

BAB 185: Pukulan Telak

Baru beberapa menit Felix pergi, kini suara ketukan di pintu kembali terdengar. Namun orang yang datang kali ini adalah adalah orang yang paling Marius tidak ingin lihat. Yaitu, Sean.Kedatangan Sean untuk pertama kalinya ke tempat terapi tidak membuat Marius banyak bereaksi. Marius bersikap acuh terus melanjutkan latihannya, pria itu tertunduk melihat lantai, memperhatikan kaki kanannya mengayun tidak bertenaga seperti benda mati yang hanya menjadi pajangan semata.Sudah lama mereka tidak bertemu, terakhir bertemu saat pembagian warisan, sejak saat itu mereka tidak saling bertemu lagi. Sean terlihat sangat sibuk mengatur banyak rencana dan meminta dukungan dari pemilik saham lain, namun nampaknya usahanya tidak begitu berhasil.Sean masuk ke dalam ruangan terapi Marius, pria itu mengedarkan pandangannya melihat penjuru ruangan dengan senyuman meremehkan. Langkah Sean terhenti di hadapan Marius sambil, pria itu memasukan tangannya ke saku celana.“Sudah lama tidak melihatmu berdiri,”
Read more

BAB 186: Halangan Benjamin

Marvelo keluar dari mobilnya tampak gugup, malam ini dia berpakaian formal tidak seperti biasanya. Tubuhnya terbalut dalam tuxedo dan kemeja hitam, rambutnya di tata lebih rapi, di bawah cahaya-cahaya lampu yang menyala pria itu terlihat bersinar seperti sebuah bintang di bawah langit yang hitam. Marvelo terlihat gugup di balik penampilannya yang sempurna malam ini karena ini untuk pertama kalinya Marvelo akan makan malam secara formal dengan Winter.Beberapa kali Marvelo mengatur napasnya dan mengepal-ngepal tangannya mencari keberaniannya yang tiba-tiba hilang entah kemana hanya karena ingin menjemput Winter untuk makan malam bersama.Ada adrenalin besar yang mengganggu Marvelo, sebuah perasaan hebat semakin tidak bisa dia tutupi layaknya bunga yang bermekaran dan tidak bisa selamanya menahan diri untuk menjadi kuncup.Marvelo menekan-nekan bel di sisi pintu beberapa kali.Pintu di depan Marvelo terbuka, kaki Marvelo sedikit mundur begitu melihat Benjamin yang membuka pintu.Benjam
Read more

BAB 187: Kesuraman di depan Mata

“Paula,” panggil Lana lagi. “Katakan, siapa yang melakukan ini semua padamu.”Paula terduduk dengan kesulitan, gadis itu melihat Lana dengan tatapan putus asa, air mata kembali berjatuhan membasahi wajahnya. “Winter yang melakukan ini padaku,” isak Paula dengan gemetar.“Ba, bagaimana bisa?” gagap Lana begitu terkejut.“Aku bertemu dengan dia dan terlibat perdebatan, aku tidak menyangka dia akan melakukan ini kepaku.”“Jangan berbohong Paula. Winter Benjamin adalah gadis yang lemah,” Lana tidak percaya.“Ibu masih tidak percaya padaku setelah melihat tanganku hampir cacat seperti ini?”Lama Lana terdiam saking tidak percayanya dengan apa yang sudah Paula katakan kepadanya. Mustahil bagi Lana, anak selembut Winter bisa melakukan penyerangan yang begitu gila seperti ini kepada Paula.“Kau sudah di larang bertemu dengan Winter oleh Vincent, kenapa kau ingin bertemu dengan dia, Paula? Kau masih meminta uang kepadanya? Kau masih mau memonopoli pikiran dia?” bisik Lana hati-hati.“Bu, berhe
Read more

BAB 188: Makan Malam

“Astaga,” Winter berdecak kagum melihat sebuah restaurant di pinggiran pantai. “Kau mereservasi restaurant?”Marvelo berdeham malu, dia tidak perlu mereservasinya karena restaurant itu bagian dari milik keluarganya. “Besok kita akan pentas, tidak ada salahnya kan jika merayakannya lebih dulu tanpa mempedulikan kemenangan ataupun kekalahan. Kita harus bersenang-senang malam ini, tidak boleh tertekan.”Mata Winter menyipit, jawaban Marvelo tidak meyakinkan dirinya jika alasan Marvelo mereservasi satu restaurant hanya untuk merayakan pentas yang akan di laksanakan besok.“Ku pikir kau melakukannya karena menganggap malam ini akan ada kencan.”“Sudahlah Winter, duduklah.”Tangan Winter terangkat mengisyaratkan Marvelo untuk bergandengan tangan. Gadis itu berdiri dengan anggun seperti seorang tuan puteri yang ingin di perlakukan dengan special.Marvelo menerima uluran tangan Winter dan membawanya pergi masuk ke dalam.“Kau benar-benar tidak menganggap ini makan malam kencan kan?” Tanya Wi
Read more

BAB 189: Permintaan Maaf

“Kenapa kau melakukannya?” Jenita mengobati tangan Marius yang terluka.“Memangnya kenapa? Haruskah selamanya aku tidak melawan hinaan dan kejahatan orang menjijikan itu?” Tanya balik Marius dengan dengusan kesalnya.Jenita tersenyum, “Ibu tidak melarangnya Marius, namun sekarang bukan saat yang tepat.”“Sampai kapanpun tidak ada waktu yang tepat bila itu berhubungan dengan melakukan kekerasan.”“Marius, saat ini ibu hanya mengharapkan operasi yang akan kau jalani berjalan lancar dan kau bisa kembali bejalan. Jika kau terlibat pertengkaran seperti ini bersama Sean, ibu sangat khawatir Sean membawanya ke jalur hukum dan terlibat masalah. Ibu takut perusahaan Julian Giedon akan mencari orang untuk menggantikanmu.”Kali ini Marius diam tidak mengelak sedikitpun. Marius memahami kekhawatiran ibunya.“Aku mengerti.”Jenita memasukan beberapa obat ke dalam kotak. “Minta maaflah pada Felix. Selama ini dia selalu berada di sampingmu dan melakukan yang terbaik untuk menolongmu.”“Aku mengerti
Read more

BAB 190: Bom Waktu untuk Paula

“Ayah akan pergi malam ini?”“Ya, mungkin sekitar satu minggu ayah akan di sana. Ayah akan menemani Vincent sebentar” Benjamin mengepak beberapa pakaiannya ke dalam koper, keberangkatannya ke Manchester dua jam lagi. “Bagaimana dengan makan malam kamu?”“Lancar.”Benjamin tersenyum puas karena Winter tidak pergi terlalu lama dan pulang tepat pada waktunya. “Ayah menyimpan hadiah untukmu di atas ranjang.”“Nanti aku akan melihatnya,” jawab Winter dengan nada menggantung. “Ayah mau aku antar?”“Tidak perlu Winter, tidurlah dan istirahatlah dengan cukup,” Benjamin tersenyum lebar, dia tahu jika besok Winter akan ikut kontes di babak kedua, Benjamin tidak ingin membuat Winter kelelahan dan kekurangan tidur.Winter menyandarkan bahunya ke sisi pintu, gadis itu terdiam memperhatikan Benjamin yang sudah siap akan pergi.“Ada apa? Apa ada sesuatu?” Tanya Benjamin yang menyadari sesuatu pada puterinya. Tidak seperti biasanya Winter diam dan hanya memperhatikan.Winter berdeham terlihat ragu, “
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
22
DMCA.com Protection Status