Home / Lain / Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter: Chapter 181 - Chapter 190

220 Chapters

BAB 191: Datangnya Balasan

Paula terbaring di atas ranjang masih tidak berdaya dan harus menerima perawatan usai menerima operasi di bagian sikunya. Dokter sampai mengatakan bahwa tangannya membutuhkan operasi lagi karena ada cedera besar di bagian bahunya yang kini membuat Paula merasa kesakitan jika menggerakan wajahnya, ada masalah dengan pembuluh darah di tangannya, dan ini akan membuat Paula kesulitan untuk menggerakan tangannya di masa depan jika tidak segera melakukan operasi.Wajah Paula membengkak tidak dapat berhenti menangis sepanjang waktu karena kesakitan.Bayangan-bayangan perkataan Winter dan bagaimana gadis itu mematahkan tangannya membuat Paula tidak bisa bernapas dengan tenang. Mulut Paula terkunci rapat tidak dapat membuka suara dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.Mata Paula terpejam kuat dengan bibir menekan menahan tangisan putus asa. Paula tidak berani melihat lagi hari esok, Paula mulai menemukan keputus asaan.“Kita harus pulang malam ini, kau di rawat di rumah saja,” suara taj
Read more

BAB 192: Rentetan Derita

Penampilan Marvelo cukup fantastic meski pria itu hanya mengenakan kemeja putih dan celana hitam gaya klasik. Ini adalah untuk pertama kalinya Marvelo akan tampil di depan umum. Marvelo terlihat seperti seorang pangeran dalam dongeng, seseorang yang kuat, pandai bertarung dan tampan.Winter bisa merasakan getaran aura bintang di dalam diri Marvelo, dia sangat yakin sepenuhnya jika semua mata gadis-gadis akan terfokus padanya jika nanti berdiri di atas panggung.“Aku terlalu senang” Winter membenarkan.“Rupanya kau sesenang itu akan tampil di panggung.”“Bukan karena itu saja,” jawab Winter seraya membenarkan tatanan rambut Marvelo.“Lalu?”Senyuman Winter kian lebar, dengan penuh semangat akhirnya gadis itu berkata. “Paula di seret pergi ke kantor polisi pagi ini.”Marvelo terpaku kaget, di detik selanjutnya pria itu tersenyum lebar terlihat begitu senang mendengar kabar yang selama ini dia tunggu. “Kau menuntutnya dengan pantas kan?”“Ya, dia akan terkena pasal berlapis.”***Marius
Read more

BAB 193: Kemenangan

Satu persatu peserta sudah menampilkan apa yang ingin mereka tampilkan, mereka menunjukan pertunjukan yang terbaik untuk memukau banyak orang dengan keterampilan hebat mereka.Sampai akhirnya tiba nama Winter terpanggil.Tubuh Marius menegak, pria itu terfokus melihat ke arah panggung.Lampu di panggung meredup, suara ketukan langkah di panggung terdengar, ada bayangan dua orang yang berdiri di sisi kiri dan kanan panggung.Winter dan Marvelo muncul di atas panggung dengan senyuman begitu lampu menyoroti keduanya, mereka berdiri sejajar lalu saling berhadapan, keduanya saling mengunci tatapan dan bahasa tubuh mereka sudah mulai berbeda.Keriuhan penonton menghilang menyisakan keheningan, mereka terdiam melihat ke panggung memperhatikan apa yang akan Winter dan Marvelo tampilkan.Napas Mairus tertahan di dada, pria itu melihat sosok Winter yang cukup berbeda dari biasanya. Gadis itu mengenakan gaun yang cantik membalut tubuhnya yang sudah mengecil sempurna, caranya yang berdiri di atas
Read more

BAB 194: Dua Pria

Ruangan dinding kaca yang dingin dan kedap suara membuat Paula bergerak gelisah terserang setres, Paula sampai mengeluh mual hingga keluar masuk toilet.Sudah lebih dari dua jam dia duduk, seseorang di hadapannya tidak berhenti mengajukan pertanyaan yang membuat Paula sangat frustasi karena pertanyaan itu terus berputar, menjebak Paula dengan detail agar mau mau berkata jujur.Paula tidak tahu kapan dia bisa keluar dari ruangan dingin mencekam itu, beberapa orang yang berdiri di luar ruangan terus memonitornya. Pakar ekspresi ikut memberikan banyak saran setiap kali Paula berbicara. Paula tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan di luar, yang jelas dia sudah tidak tahan lagi untuk duduk lebih lama.“Kapan aku bisa keluar dari sini? Aku sangat lelah,” Paula mengiba, suaranya sudah sangat serak dan tidak lantang karena terlalu banyak menangis.Dolp tersenyum bereksrpesi dingin, pria itu segera menjawab, “Satu minggu lagi.”Paula menelan salivanya dengan kesulitan, dia tidak bisa memb
Read more

BAB 195: Hati yang Terluka

Marvelo duduk termenung menatap sedih langit di atas kepalanya, hari yang sempat dia pikir akan berakhir dengan sempuran tidak berjalan sesuai dengan apa yang dia harapkan. Marvelo mengusap dadanya, merasakan sesuatu yang sakit di dalamnya, lebih menyakitkannya lagi Marvelo tidak bisa mengungkapkannya kepada siapapun. Hanya Charlie yang mengetahui perasaanya kepada Winter. Marvelo tersenyum ironis memikirkan betapa menyedihkannya dia sekarang. Marvelo sama sekali belum menyampaikan perasaanya kepada Winter, namun dia sudah patah hati dan harus mundur karena seseorang sudah mendapatkan hati Winter. Bibir Marvelo sedikit terbuka, pria itu menghela napasnya dengan berat mencoba untuk kembali bersikap tenang. Suara pintu di belakang Marvelo terdengar sedikit berderak, Winter datang menyusul Marvelo karena dia ingat Marvelo mengajaknya bertemu di atap gedung sekolah. “Apa aku terlambat datang?” Tanya Winter segera duduk di samping Marvelo yang kini berusaha bersikap baik-baik saja dan
Read more

BAB 196: Di balik Ucapan

“Ibu.. aku mohon, tolong aku. Bantu aku keluar dari sini, aku benar-benar tidak tahan,” isak Paula memohon, gadis itu terlihat begitu tersiksa setelah hampir dua belas jam lamanya tertahan di ruang introgarsi. “Ibu.. aku mohon, carilah penjamin, selamatkan aku dari tempat terkutuk ini,” Paula kembali memohon. Lana terdiam tanpa menggubris sedikitpun permohonan Paula dan tangis derita yang di alami anaknya. Lana termenung duduk dengan tangan yang saling bertautan kuat di atas meja. Lana tidak tahu harus berbuat apa, tidak ada yang bisa dia lakukan. Lana tidak bisa berpikir apapun lagi selain diam, Lana tidak memiliki tempat untuk pergi dan berlindung, dia juga tidak memiliki sandaran dari segala masalahnya. Bebas atau tidaknya Paula dari penjara, kehidupannya akan tetap sama. Yaitu, terbelenggu masalah dan kesengsaraan. Hari-hari yang Lana takutkan akhir-akhir ini, terjadi lebih ganas dari apa yang dia pikirkan. Lana terusir dari tempat tinggalnya, dia di pecat, barang-barang berha
Read more

BAB 197: Terpengaruh

“Nona.” “Ya?” “Saya” Maxim kembali terdiam mencoba mengumpulkan keberanian. “Sebaiknya saya keluar dari rumah ini, lambat laun semua orang akan tahu identitas saya. Saya sangat begitu berterima kasih atas kebaikan hati Anda, namun saya tidak layak mendapatkan ini semua.” “Apa Anda tidak khawatir dengan orang-orang di luar sana jika mereka tahu puteri Anda adalah seorang criminal dan Anda seorang mantan narapidana?” Maxim tercekat kaget, pupil matanya melebar di penuhi kengerian. “Saya.. saya akan berusaha melaluinya,” jawabnya dengan suara gemetar. “Saat melihat Anda pertama kali” Winter bersedekap dan berdiri di hadapan Maxim. “Saya tidak melihat sedikitpun tatapan seorang pembunuh di mata Anda. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi pada Anda di masa lalu dengan keluarga Anda.” Lidah Maxim mendadak kelu, tatapan tajam Winter menembus pikiran dan hatinya seakan gadis itu melihat semua yang telah terjadi pada Maxim di masa lalu. “Jika Anda memang ingin pergi dari rum
Read more

BAB 198: Keputusan Marvelo

“Nyonya, ada sesuatu lain yang ingin saya katakan kepada Anda.” Dokter itu mengusap dagunya dan berpikir keras memikirkan sesuatu yang berbeda akhir-akhir ini. “Katakanlah.” “Dulu, setiap kali tuan Marius merasakan ada sesuatu yang berbeda pada tubuhnya, saya bisa mengetahuinya karena dia akan mengurung diri di dalam kamar. Namun akhir-akhir ini saya tidak melihatnya seperti itu. Tuan Marius terlihat sangat bahagia, banyak tersenyum dan lebih ekspresif meski kesehatannya tidak begitu baik. Saya tidak tahu apa yang mempengaruhinya, keadaan tubuhnya tidak baik, tuan Marius menyadari itu, akan tetapi dia bersikap lebih tenang. Saya pikir, tuan Marius sudah berdamai dengan keadaannya dan terlihat lebih menikmati hidupnya. Jika Anda berkenan, saya harap Anda memperhatikannya untuk mengetahui siapa yang mempengaruhi tuan Marius, ini sangat penting untuk dirinya. Kita membutuhkan orang itu agar bisa membantu tuan Marius semakin semangat dan optimis untuk kesembuhannya.” Jenita terdiam, wa
Read more

BAB 199: Kencan Pertama

“Marius,” Jenita tidak mampu melanjutkan kata-katanya. “Bu, aku tahu kekhawatiran Ibu” potong Marius mendahului. “Aku juga tahu dan sadar siapa aku, jangan khawatir. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama dia, aku tidak akan melakukan hal yang buruk kepadanya, bila nanti saatnya telah tiba, aku dan dia akan berjauhan sebagaimana mestinya. Kami berteman dengan sehat meski aku menyukainya.” “Tapi mengapa dia Marius?” “Sudah aku katakan kepada Ibu sebelumnya, aku menyukai dia karena dia mirip dengan Kim.” “Apakah dia tahu itu?” tanya Jenita was-was. Marius mengangguk. Jenita tercekat kaget, “Lalu apa yang terjadi? Jangan menyakitinya,” peringat Jenita dengan serius. “Winter tahu Bu, aku tidak menutupi apapun darinya dan dia tidak keberatan dengan itu. Kami hanya menikmati hubungan sederhana kami seperti hubungan persahabatan, jangan mengkhawatirkan apapun.” Jenita mengusap tengkuknya dengan penuh tekanan, wanita itu terlihat bimbang harus bersikap seperti apa. Tidak mungkin
Read more

BAB 200: Hari yang Mendebarkan

“Bisakah kita berdansa?” Tanya Winter dengan serius. “Dengan bantuan tongkat itu, aku ingin berdansa dengamu.” Sejenak Marius terdiam untuk menimang-nimang keputusan yang akan dia ambil, tidak berapa lama dia mengangguk menyetujui keinginan Winter. Seketika Winter bangun menarik keluar tongkat Marius dan memasangnya. Gadis itu terlihat perhatian dan tidak terdengar mengeluh sejak tadi mereka pergi bersama, sifatnya yang terkadang berbicara kasar sangat berbanding balik dengan kelembutannya. Marius merasakan sebuah ketulusan yang besar di dalam diri Winter. Ketulusan Winter yang begitu nyata dan besar membuat Marius bertanya-tanya, mengapa bisa gadis sesempurna dia menyukai dirinya yang cacat dan sudah tua? Ini terlalu mustahil hingga tidak dapat masuk ke dalam logika Marius. “Winter,” panggil Marius. Winter mengangkat wajahnya lagi dan pandangan mereka saling bertemu. Tatapan hangat Marius menguliti Winter, ada banyak arti di sorot mata pria itu, Marius mencari-cari celah dirin
Read more
PREV
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status