Beranda / Fiksi Remaja / OGAH MARRIED! / Bab 111 - Bab 120

Semua Bab OGAH MARRIED!: Bab 111 - Bab 120

138 Bab

Lolos

Ini menyadarkan dirinya bahwa ia perlu mengambil tindakan cepat karena sekian menit sebelumnya ia dan dua juri lain telah sepakat bahwa peserta dengan penampilan biasa pun akan diloloskan. Dan kini ia melihat bahwa penampilan Dion tadi mendapat sambutan meriah yang artinya Dion kemungkinan besar akan diloloskan ke babak berikut oleh dua rekannya. Ini tak bisa diterima karena jika Dion melaju ke babak-babak berikutnya akan terus menerus dia menyanyikan lagu sindiran untuknya lagi dan lagi. Itu bisa menghancurkan kariernya.   Dessy langsung berketetapan bahwa karir musik Dion di ajang ini harus berakhir saat itu juga. Baginya, Dion tak berhak untuk dendam dan menghakimi sebelum mengetahui kejadian sepenuhnya. Dion tak mengetahui bahwa kesalahan Dessy pada sembilan tahun lalu bukanlah hal yang ia sengaja. Ia dijebak oleh Arjun, Fitri, dan oleh berbagai situasi.   Dion tak berhak menuduh dirinya, demikian pikir Dessy.   Dan
Baca selengkapnya

Back To Bunaken

Kamera 1 dan 2 kini mengarah kepada Dessy. Ketika ia menjadi juri pertama yang dimintai tanggapan, ia langsung menekan tombol merah di depan meja yang berarti ‘tidak.’ Astrid yang terheran dengan keputusan itu langsung menyeimbangkan dengan sentuhan tombol hijau ‘ya’ sehingga posisi kini menjadi 1-1. Artinya, keputusan dari Jason akan menjadi momen penentu apakah Dion akan lanjut atau tidak.   Penonton tegang. Beberapa mulai berteriak meminta dukungan ‘ya’ dari Jason. Dessy berdehem keras, bermaksud memberi isyarat agar Jason menoleh ke arahnya. Dan usahanya berhasil. Jason menoleh. Dessy memainkan alis mata, memberi kode. Berharap Jason menangkap maknanya dan...   Sial!   Di luar dugaannya, Jason yang tidak mengerti makna tatapan tajam dari Dessy malah menekan tombol hijau yang berarti ‘ya’. Seisi ruangan riuh membahana. Dengan skor 2-1 maka ini artinya Dion melaju ke babak berikutnya dan meraih tiket ke Jakarta
Baca selengkapnya

Musibah Di Dermaga

Begitu tiba di lokasi dermaga Dessy tercekat. Ia melihat ada kapal – yang sepertinya kapal terakhir – yang kini sedang bersiap berangkat walau penumpang belum penuh benar. Tali telah dilepas dan mesin kapal kecil itu makin bergemuruh menandakan ia akan segera meluncur di permukaan laut.   Tanpa berpikir panjang Dessy berlari kencang ke arah kapal. Di tengah rasa pusing yang mendadak terjadi yang entah timbul dari mana, ia berteriak kepada operator kapal untuk berhenti. Tapi suara mesin kapal yang ribut menenggelamkan teriakannya.   Sementara itu di buritan kapal, Sinyo tersentak karena sepertinya mendengar ada yang memanggil nama Dion. Namun saat akan ditanyakan pada temannya, Dion sudah keburu menanyakan hal lain.   “Amplop dari panitia ada di mana?” tanyanya sembari menoleh kesana-kemari. “Yang ada doi tiga ratus ribu.” Sinyo yang tak mengerti maksudnya hanya menatap dengan tatapan bingung. “Pa
Baca selengkapnya

Terbawa

Di bagian buritan kapal kayu yang melaju dengan kecepatan kurang dari 10 knot, Dion dan Sinyo bingung menatapi Dessy yang terbaring pingsan di bangku kapal. Sudah sekitar sepuluh menit gadis itu terbaring di dekat mereka dan masih belum ada tanda-tanda kapan ia akan sadar kembali. “Kiapa dia belum sadar?” tanya Sinyo.   Nada suara Sinyo menunjukkan kekhawatiran. Tapi karena Oom Allo tengah menambah gas, suara bising mesin kapal jadi bertambah sehingga akibatnya suara Sinyo jadi tak terdengar oleh Dion. “Apa?” Sinyo mengulang pertanyaan persis ketika mesin kembali meraung. Akibatnya Dion jadi tetap tak mendengar. Sinyo diam menunggu jawaban karena pikirnya Dion sudah mendengar pertanyaannya. Tapi ketika melihat respon Dion yang hanya mengelus-elus dagu walau tak berjenggot Sinyo sadar bahwa ia perlu mengulangi pertanyaannya.   Detik itu, Dion juga ternyata punya pemikiran yang sama. Ia ingin Sinyo meng
Baca selengkapnya

Tersadar Dari Pingsan

Jason mendadak teringat pada pria tinggi besar bertato yang tadi menabraknya di dekat tangga ekskalator mal. Menyadari kehilangan benda itu – anehnya – seulas senyum tersungging di mulutya. “Bener juga. Ponsel itu dicopet orang.”   “Tuh kan? Apa gue bilang.” Wajah Astrid yang mulanya khawatir malah ini terlihat tenang ketika tahu bahwa penyebab ponsel tadi hilang ternyata adalah karena ulah pencopet. "Aduh gue seneng banget." “Gue juga lega. Syukurlah kalo emang dicopet.”   Senyum Jason melebar. Begitu senang dirinya sehingga tak bisa lagi menyembunyikan ekspresi bahagianya di depan kasir dan beberapa pengunjung yang antri di belakangnya. "Hore! Smartphone gue ternyata kecopetan! Yes, yes, yes!" Mendengar itu orang-orang lain bingung dan saling berpandangan. Seumur-umur baru kali itu mereka mendengar ada orang yang sadar dirinya kecopetan tapi malah nampak bahagia dan kesenangan!  
Baca selengkapnya

Si Kikir

“Kalau kamu minta untuk balik ke Manado itu baru bisa diputuskan setelah tiba di tujuan yaitu di Pulau Bunaken.” “Kenapa?” . “Kita tiba di tujuan sebentar lagi. Kalau kapal ini langsung kembali ke kota berarti kapal harus melaju dengan kecepatan penuh.”   “Nggak apa-apa. Gue nggak pernah mabok laut,” cetus Dessy. “Gue tahan koq kalo kapal jalannya lebih cepet.” “Bukan itu! Kamu ngerti fisika kan? Kapal yang melaju dengan kecepatan penuh jelas berbahaya karena kamu akan terbanting-banting di dalam kapal. Kecepatan terlalu tinggi juga bisa membuat kapal terpental karena hembusan angin.”   “Gue nanti bisa pegangan kuat-kuat.”                        “Tapi tetap saja kamu akan kemalaman ketika di jalan karena ini laut. Bukan jalan. Apalagi tol. Tidak ada lampu penerangan jalan, tidak ada rambu-rambu, t
Baca selengkapnya

Sinyo Alay

Petugas kasir berpikir bahwa dengan kekurangan yang hanya seribu tujuh ratus rupiah, pembelinya hanya cukup mengeluarkan selembar pecahan dua ribu rupiah untuk membayar. Dan lembaran  dua ribu rupiah dengan warna abu-abu yang khas itu ia lihat ada cukup banyak di dompet orang itu. Tapi petugas kasir terkaget ketika tiba-tiba pembelinya mengeluarkan selembar uang seribu rupiah.   “Masih kurang tujuh ratus,” kata petugas kasir. Walau pelan, terlihat jelas bahwa ia mulai tak sabar. Astrid yang melihat adegan itu dan merasa tidak nyaman dengan ulah rekannya yang ia kenal cukup pelit, diam-diam keluar meninggalkan barisan. “Sabar ya, Mbak,” Jason kembali mengaduk-aduk isi dompet. “Naaah… ketemu deh.”   Tangan Jason terulur. Tangannya menjatuhkan dua keping lima ratusan dan dua ratusan langsung ke tangan petugas kasir. Tapi entah siapa yang salah, sekeping dua ratusan tadi rupanya tidak jatuh dengan sempurna sehingga menyebabk
Baca selengkapnya

Memaafkan Dan Melupakan

Mendengar pertanyaan tadi, dengan ragu-ragu Sinyo menampilkan diri dan duduk di samping Dessy. Dion sendiri yang masih terlihat tidak suka pada Dessy memutuskan berpindah ke kursi lain yang kosong di sisi tengah perahu dan berpura-pura tidak mendengar percakapan antara Sinyo dengan Dessy.   “Banyak orang bilang aku punya sikap aneh. Itu gara-gara pengalaman buruk di masa kecil.” “Apa yang terjadi? Coba ceritain singkat aja.” “Di kampung aku di Tahuna, saat pagi hari sekitar jam sepuluh, aku pernah kecemplung ke dalam kuali besar. Isinya... anu.... isinya....” “Ramuan ajaib?” “Bukan. Itu kisah Obelix, temannya Asterix.” “O iya.” “Kalau cerita Sinyo, temannya Dion, bukan seperti itu.”   “Bagaimana itu?” “Aku pernah kecemplung ke dalam kuali besar.” “Isinya?” “Cap tikus.” “Tikus?” “Cap tikus, itu lho minuman arak di daerah ini,” katanya sambil menerawang. “I
Baca selengkapnya

Makna Sebuah Perubahan

Dion terpekur. Jarinya memain-mainkan ujung-ujung tali tikar yang mencuat keluar karena semakin lapuk termakan usia. “Perubahan bukanlah perubahan,” ucap orangtua itu. Dan sebelum melanjutkan Dion sudah keburu menyambung kalimat yang terputus itu. “... sampai perubahan itu terjadi.”   Segurat baris membentuk senyum di bibir orangtua itu. Ia memberi isyarat gerakan kepala ke arah dermaga yang dimaknai Dion sebagai sebuah perintah untuk pergi menemui Dessy. Tak lama kemudian.   Di dermaga, di sebuah undakan kayu yang dijadikan tempatnya duduk, Dessy memegang erat-erat tas yang sedari tadi dibawanya. Matanya sembab karena cukup lama terlarut dalam tangis. Hawa dingin udara laut mulai merasuk kulit. Seiring beranjak malam, temperatur yang menurun membuat rasa dingin mulai membuatnya menggigil. Pakaian yang dikenakannya pun kini menjadi lembab akibat terus-menerus terkena tampias air laut yang menerpa tubuh di sepanjang pe
Baca selengkapnya

Bukan Kebetulan

Bentakan skala seratusan desibel itu membuat Dion tak lagi ragu. Di depan gadis itu, ia melepas jins dan dengan hanya celana dalam menempel di tubuh ia menceburkan diri ke dalam laut. Dengan cepat ia berenang, meraih tas Dessy yang sempat hanyut, dan dengan perkasa kembali naik ke atas dermaga. Tak terkira rasa syukur dalam hati Dessy. Tak lama kemudian di tengah gerimis yang mulai turun, keduanya berjalan kaki ke arah rumah keluarga Dion. “Terima kasih udah nolongin gue.” Dion yang sudah kembali berpakaian lengkap hanya membalas dengan mengangguk kecil. Namun tak urung ia bersuara juga ketika melihat Dessy tersenyum-tersenyum. “Kamu pasti mengingat-ingat peristiwa tadi ya,” kata Dion serius. “Asal kamu tahu, aku berangkat dari rumah dalam keadaan terburu-buru karena kapal sudah mau berlayar. Hari pun masih gelap. Akhirnya aku memakai yang ada saja. Jadi kumohon tolong diam saja. Jangan bahas apa yang tadi kamu lihat.” “Ohhh OK....” Dessy tetap menanggapi dengan tawa tertahan. “J
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status