Beranda / Fiksi Remaja / OGAH MARRIED! / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab OGAH MARRIED!: Bab 101 - Bab 110

138 Bab

Gigi Palsu

“Lakukanlah sesuatu supaya Tante nyanda bosan,” cetusnya sembari memainkan ujung-ujung rambutnya yang sebetulnya juga merupa ekspresi kebosanan menunggui konter.   “Contohnya apa?”   Rekan Si Tante yang lebih muda berpikir lebih dalam mengenai apa yang sebaiknya dilakukan Si Tante gaul demi membunuh kebosanannya. “Lakukan saja yang lain. Mau selfie, boleh. Mau update status, boleh. Main game ludo di hape, boleh. Mau cabut rambut putih, boleh.”   “Untuk mengusir rasa bosan, semua sudah Tante lakukan. Malah karena kurang kerjaan, gigi palsu pun sudah kita gosok dan rendam dari tadi,” katanya sambil menunjuk dengan dagunya pada sebuah gelas mug warna merah di atas meja di depan mereka.   Penasaran, rekannya melongok ke isi gelas. Ia hanya melongok sedetik saja karena setelah itu ia dengan jijik menjauhi mug di atas meja tadi dengan penggaris di dekatnya.  
Baca selengkapnya

Juri

Ia meletakkan untuk sementara pulpen dan formulir ke atas meja. “Itu lagu lama. Syairnya pun sangat umum diketahui. Liriknya seperti ini.” Sinyo mengambil ancang-ancang dan mulai menyanyi. “A’pelangi-pelangi, alangkah indahmuuuu...”   *   Sementara itu Dion masih terus diajak ngobrol oleh Si Tante. Dion terganggu sebetulnya. Tapi demi tiga ratus ribu rupiah, ia mengalah dengan meladeni semua pertanyaan yang dilontarkan kepada dirinya. “Si Sinyo mau unjuk kebolehan apa? Menyanyi?” Dion menghentikan pengisian formulir. Ia heran dengan pertanyaan itu. “Tentu.”   “Sepertinya dia kurang meyakinkan kalau menyanyi. Dia nyanda punya bakat lain?” “Ada tapi… “ “Tapi apa?” “Nyanda bagus kalau ditonton banyak orang,” jawab Dion serius. “Apalagi kalau ditonton wanita.” “Apa itu?” Dion bersikukuh dan tetap meggeleng. “Sebaiknya, memang tidak perl
Baca selengkapnya

Pertunjukan Nekad

Di auditorium mal, empat juri Audisi Bakat Indonesia sedang menguji salah seorang peserta. Pria itu bertubuh tambun dan mengenakan kemeja dengan motif bunga yang dibiarkan tergerai tanpa dimasukkan ke dalam celana denimnya. Kemampuannya ternyata cukup unik ketika ditanya oleh salah satu juri.   “Aku akan menampilkan bakat yang unik yaitu menggerakkan anggota tubuh yang selama ini dianggap kurang diperhatikan untuk bisa menari sesuai dengan irama musik,” katanya di pembukaan. “Jadi anggota tubuh yang bergerak nanti bukan yang itu-itu saja.” “Lumayan menarik sih,” demikian komentar salah seorang juri. “Penasaran mau liat aksi kamu.”   Di bawah sorotan kamera dan lampu sorot peserta bertubuh super tambun tadi kembali berbicara. “Aku mau buktikan bahwa anggota tubuh yang selama ini terabaikan pun bisa juga diajak menari. Bukan hanya tangan atau kaki saja. Pokoknya, unik banget deh pokoknya.” “Oh. Lantas, bagian tubuh mana yang ma
Baca selengkapnya

Suasana Genting

“Tidak apa-apa koq. Apa anehnya? Yang bapak punya pasti tidak jauh beda dengan yang aku punya.” Juri pertama yang kebetulan satu-satunya juri pria, membelalakkan mata. ‘Bagaimana orang ini bisa tahu,’ katanya membatin.   “Tolonglah bapak dan ibu juri yang terhormat agar beri aku kesempatan. Aku yakin bakat yang satu ini lebih bagus. Aksi tarian yang satu ini keren soalnya bagian tubuh yang satu ini akan lebih kelihatan dibandingkan melihat tarian hidung. Lagipula gerakannya lebih lincah, terlebih waktu naik-turun.” Juri ketiga yang adalah seorang gadis belia nyaris pingsan ketika melihat tangan si peserta tambun kini bergerak-gerak di balik kemejanya. “Tidaaaaak.” Kamera terus merekam saat kancing pertama akhirnya bisa dibuka oleh si peserta aksi. Tapi membuka kancing kedua pun ternyata sama sulit dengan yang pertama.   “Bagi yang alergi bulu, jangan takut. Mengapa why? Karena tadi pagi saya
Baca selengkapnya

Tolooong!

Saat tercekik itulah Sinyo melihat sesuatu di atas meja. Sesuatu yang ia yakin bisa menyelesaikan masalah kerongkongannya yang tersedak dan terbatuk-batuk. Secepat kilat ia berlari ke arah meja dan menyambar sesuatu di atasnya yang tak lain adalah mug merah berisi air putih.   Dan sedetik berikutnya Sinyo meminum habis air di dalam mug tadi.   Wanda dan Si Tante shocked. Dalam keterkejutan, keduanya kompak terdiam dan saling berpandangan. Ya, rasanya mereka tak perlu memberitahu Sinyo air bekas apa yang tadi ada di dalam mug merah tadi.   *   Tiga juri menyambut dengan senyum kedatangan seorang pria klimis yang berdiri di atas panggung. Ia memperkenalkan diri sambil menyatakan bahwa bakat yang akan ditunjukkan adalah dalam bidang sulap. Seusai mengutarakan itu dua orang petugas datang ke atas panggung sambil membawa sebuah kotak kabinet dan nampan berisi pedang-pedang panjang.  
Baca selengkapnya

Suara Lembut BCL

Sementara itu Dion masih berusaha menghibur Sinyo yang belum apa-apa sudah dinyatakan gagal untuk tampil di depan juri. "Kita terima kenyataan ini," kata Sinyo akhirnya. "Tapi ini artinya ngana harus audisi demi untuk mendapatkan tiga ratus ribu."   "So pasti itu, Tamang." [Sudah pastilah itu, Teman].   "Kalau ngana juga ditolak, berarti torang basombar kong tidur di terminal malam hari." [Kalu kamu juga ditolak, berarti kita berdua berteduh dan tidur di terminal saat malam hari].   "Edo’e. Torang akan pastikan pengalaman itu tidak terjadi," jawab Dion pasti. “Sudah rahasia umum kalo di Manado itu nyanda ada pengemis keliaran di mana-mana. Jadi jangan sampai torang rusak reputasi baik yang sudah puluhan tahun terjaga ini.” Perbincangan mereka terhenti ketika Wanda dan Si Tante muncul lagi. “Torang memang butuh banyak peserta. Tapi Sinyo sudah ter
Baca selengkapnya

Tampil Di Depan Juri

Wanda mencibir. “Ini ajang pencarian bakat, jadi harus ada yang unik yang kamu tawarkan. Kalau nyanda bisa nyanyi dengan sangat bagus, ya pilih yang unik dan menggemparkan. Lompat dari puncak mall ini ke api unggun, misalnya. Jelas itu sangat seru da kami menunggu penampilan seperti itu.” ‘Sadis,’ Dion membatin. Sekalipun nampak lugu, Wanda ternyata tipikal ‘haus darah.’ Bisa jadi ia menanti peserta yang mau beraksi jadi gladiator dengan melawan singa lapar.   “Ngana tahu banyak lagu?” cetus Si Tante setelah sekian lama absen dari pembicaraan. Dion mengangguk. “Tentu lah. Kita pandai sekali nyanyi lagu-lagu seperti Garuda Pancasila, Halo-halo Bandung, Bagimu Negeri.” Sinyo langsung menyeret rekannya sembari tak lupa meminta waktu pada dua wanita itu untuk mereka berbicara empat mata.   “Dasar kampungan,” omelnya setengah berbisik ketika mereka sudah terpisah agak jauh dengan dua panitia audi
Baca selengkapnya

Saat Break

“Luar biasa temanku,” Sinyo memuji Dion ketika hilang di balik layar panggung utama.   Terletak di auditorium mal, panggung di-set oleh stasiun televisi penyelenggara dengan begitu gemerlap. Glamour. Tempat itu jadi terlihat sangat berbeda dibanding hari-hari lain pada umumnya. Saat itu masih ada satu peserta lain yang tampil. Dion adalah peserta berikutnya, sekaligus terakhir di hari kedua sebelum para panelis kembali ke Jakarta.   Namun kebahagiaan Sinyo rontok seketika ketika melihat Dion meninggalkan tempat di belakang panggung dan berjalan ke arah mereka dengan wajah tertekuk.   “Lho, kenapa?” “Nyanda jadi tampil kita.” Dion tidak jadi tampil? Sinyo meradang. “Nyanda bisa! Setelah kita ditolak nyanda boleh menyanyi, berarti harus ngana yang tampil demi untuk dapat tiga ratus ribu itu, mengerti?!”   Dua wanita itu, Si T
Baca selengkapnya

Action!

“Ada apa sih? Bentar lagi peserta terakhir dimulai.” “Mudah-mudahan peserta kali ini bagus.” Jason nampak sependapat. “Bener tuh. Gue harap yang satu ini agak baguslah supaya langsung kita accept dan bisa masuk babak berikut supaya jadi satu-satunya wakil dari kota ini di hari ini. Gue heran. Masa’ sih nggak ada satu pun peserta yang lolos?” Usulan itu didukung Astrid. “Bener juga. Bisa-bisa nanti kita dianggap terlalu galak atau pedit kalo nggak ada satu pun peserta yang kita lolosin. Lebih gawatnya lagi kita bisa dicap diskriminatif. Gimana menurut pendapat lu, Sy?”     Pertanyaan yang dilontarkan ke Dessy itu disambut dengan anggukan. “Setuju. Kalo nanti kemampuannya agak minor, kita lolosin aja deh.” Terdengar suara dari FD – Floor Director – disertai hitungan mundur dari tiga. “Camera, rolling, action!”   Setelah diperkenalkan sesaat oleh pemandu acara, di tengah ri
Baca selengkapnya

Penampilan Perdana

“Mengenai satu birama-nya terserah pada juri,” Dion melanjutkan. “Apakah satu birama itu ingin ditaruh di awal, di tengah atau di akhir lagu. Jadi, lagu yang kemudian tercipta nanti  sebetulnya bukan seratus persen ciptaan aku karena satu dari sekian banyak birama pada lagu tersebut akan merupakan karya orang lain.”   Astrid mencibir lucu sedangkan Jason bersiul kagum. “Tunggu dulu. Tunggu dulu,” Dessy kini berkomentar. “Semua orang mungkin bisa saja mengklaim bahwa mereka menciptakan lagu. Tapi pada akhirnya harus diuji apakah yang kemudian terdengar itu lagu berkualitas istimewa atau hanya kualitas murahan. Itu yang kami perlu lihat darimu.”   Saat Dessy berucap, ia bisa melihat bahwa Dion hanya menujukan pandangan ke dua rekannya. Tidak sedetik pun mata dengan sorot tajam itu tertuju kepada dirinya. Saat itulah Dessy semakin dan semakin menyadari sesuatu. Tak salah lagi, pria di atas panggung di depan adalah memang benar-bena
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status