“Ayolah.” “Nggak bisa, Ma.” “Kamu sayang Mama kan?” “Sangat.” “Nah itulah. Kamu itu ganteng lho.” “Ngerti, Ma.” “Ya udah. Lakukanlah.” “Noooo. Please, Mama.” “Mama udah nggak tahan. Apa Mama yang perlu cariin di sini?” Percakapan antara Adri dengan Mama, ibunya nun jauh di sana itu sebetulnya terjadi dalam bahasa lokal mereka. Tapi apa pun itu, Adri tengah gundah bin galau. Entah karena dipengaruhi orang atau sesuatu kondisi tertentu tapi sudah beberapa kali ini sang ibu menelpon. Topik obrolan sih awalnya biasa saja. Menanyakan kondisi kesehatan, cuaca, biaya sekolah. Tapi ujung-ujungnya selalu bertanya lagi kapan dirinya punya jodoh. Jodoh? Halowww, pacar pun dirinya belum punya. Pacaran pun belum pernah. Means what? Yup! He’d never been kissed before. Sekalipun ia berasal dari sebuah desa yang tergolong terpencil bukan berarti ia tidak mengikuti perkembangan zaman. Koq tega sih di era kayak gini mau nikahin anaknya yang masih SMA! * Prannngggg!!! Sebuah tempat alat-alat
Read more