Beranda / Fiksi Remaja / OGAH MARRIED! / Pembalasan Yang Manis

Share

Pembalasan Yang Manis

“Para hadirin sekalian, berikutnya kita akan tampilkan performer selanjutnya. Setelah kita puas disajikan penampilan lawak yang tidak lucu, maka berikut ini kami tampilkaaaaan…. Aaaaanusssss….”

Para penonton seketika terbahak. Dan Arjun yang pura-pura sadar akan kesalahannya langsung sok memperbaiki.

“Maaf, maksud saya kita akan saksikan penampilan Adrianuuuuusssss….”

Dengan canggung Adri naik ke atas panggung, Senyum tidak, diam tidak. Kecanggungannya benar-benar total dan itu membuat Arjun gatal untuk kembali mengerjai Adri. Ia lalu membisiki ke telinga Adri.

“Kamu itu harus hormat dengan membungkuk dalam-dalam. Mula-mula ke bagian kiri, kanan, dan terakhir membungkuk untuk ke bagian depan.”

Paham. Adri tersenyum dengan kikuk. Ia lalu membungkuk ke penonton di kiri panggung. Selanjutnya ia membungkuk ke penonton di kanan panggung. Sadar bahwa Adri akan membungkuk ke penonton di depan panggung, Arjun lantas memposisikan diri persis di belakang Adri dimana bokongnya nyaris bersentuhan dengan bokong Adri. Dan akibatnya, saat Adri membungkuk dalam-dalam ke penonton di depan, otomatis bokongnya bertabrakan dengan bokong Arjun. Tak ayal ini membuat tubuhnya terpental ke depan.

Sial, ada standing mike di depan. Kening Adri sampai menabrak alat itu dan akibatnya dalam waktu sekejap ia jadi bagai pemain sirkus dadakan ketika selain harus menahan sakit dan menjaga keseimbangan tubuhnya, ia juga harus berupaya mati-matian agar standing mike tidak terjatuh ke lantai panggung. Dengan cekatan ia menangkap standing mike yang sudah sangat miring dengan satu tangan sambil tetap menjaga gitar agar tidak terbanting dengan tangan lain. Tapi musibah belum selesai. Akibat standing mike sudah sangat miring, mike tetap saja terjatuh dan menimbulkan suara keras disertai denging feedback.

Para penonton terbahak menyaksikan apa yang terjadi. Di sisi ini Arjun sukses membuat orang tertawa dan di lain pihak sukses pula membuat Adrianus merah mukanya akibat dipermalukan. Tapi, buat Arjun si bandel, memang itulah tujuannya!

The show must go on,” Arjun memperingatkan di tengah riuh tawa yang membahana. “Kamu tetap tampil dengan lagu Balonku.”

Adri sebetulnya malu akibat apa yang terjadi. Tapi ucapan Arjun mengingatkan dia bahwa ada janji yang harus ditepati. Dan dia adalah promise keeper, pemegang teguh pada yang namanya janji. Selain itu, ia sadar bahwa ia sukses di-bully oleh Arjun dan si bengal itu sekarang menikmati ulahnya yang menjijikkan. Tapi dirinya sadar bahwa saat ini – apalagi di atas panggung yang ditonton begitu banyak orang – ia tak boleh terlihat lemah. Pembalasan boleh saja ia lakukan, tapi tidak untuk saat ini. Dan ia lantas berdiri di tengah panggung. Selempang gitar yang tadi sempat terlepas sudah dikalungkan kembali dan gitar sudah mantap dalam genggaman.

Pada detik itu, ia masih belum bisa menyanyi karena tiga hal. Pertama, perih di kening yang masih terasa. Kedua, Arjun secara sengaja melonggar senar sehingga harus di-stem ulang. Terakhir, rasa malu, dan tawa serta riuh penonton belum juga reda. Arjun sendiri melihat hal itu dan terlihat ia malah berusaha agar keriuhan terjadi selama mungkin. Mungkin kalau perlu sampai acara berakhir walau tentu saja itu tak mungkin.

Saat sudah mereda dan Adri mulai menyetem gitar, Arjun kemudian menyambar mike dan berbicara lagi. Nadanya dibuat serius dan dalam.

“Para penonton sekalian, kita akan saksikan performer keren yang akan menyanyikan lagu…. BA-LON-KU.”

Suasana tenang yang tercipta mendadak ramai lagi. Tawa lagi-lagi terdengar di sana-sini. Adri berharap kali ini keriuhan terjadi tidak lama. Semoga.  Adri memejam mata, menahan malu untuk perundungan yang terjadi berturut-turut sebagai ulah Arjun.

Dan kemudian, sesuatu timbul dalam dirinya. Sebuah gagasan. Gagasan untuk menggunakan situasi memalukan ini menjadi sebuah kesempatan dimana kesempatan itu adalah untuk balik mempermalukan Arjun. Ia merutuk dirinya sendiri karena kenaifan yang keterlaluan. Arjun itu sudah berulang-ulang melakukan ulah menyakiti hati. Dan Adri diam saja karena ia adalah seorang yang suka berpikir positif akan orang lain. Tapi ketika itu menjadi sebuah sikap yang ‘terlalu berpikir positif’ sebetulnya itu adalah suatu kebodohan. Ketika orang di samping sedang menginjak kaki Anda dan sudah pula menimbulkan pendarahan akibat lama menginjak, masih pantaskah menyebut orang itu menginjak kaki secara tidak sengaja? No way! Orang itu jelas bermaksud buruk dan perlu diberi pelajaran! Pikiran Adri berproses sangat cepat. Ia sudah lama menantikan momen pembalasan dan di situ, saat itu, bisa jadi ajang pembalasan yang tepat.

Ide untuk membalas kini berproses cepat di tengah deraan tawa para penonton yang belum juga berhenti. Ide ini terus dimatangkan dan rasanya ia perlu mempersiapkan dan melakukan sebuah pembalasan. Now is the time to strike back,  kini adalah waktunya untuk menyerang balik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status