Beranda / Pendekar / Pendekar Romantis / Bab 421 - Bab 430

Semua Bab Pendekar Romantis: Bab 421 - Bab 430

537 Bab

Bab 441: Bertemu Putra Mahkota dan Gadis Jelita bak Bidadari

Remibara kini kembali berpetualang ke Borneo Timur, masih ada rasa penasaran terhadap kekalahan melawan 4 Tokoh Naga Hitam itu.Kali ini Remibara tak banyak bertanya, karena ia sudah tahu arahnya, daya ingat Remibara memang mengagumkan.Walaupun sudah lebih dua tahunan semenjak kekalahannya itu, tapi Remibara tidak nyasar lagi, ia tetap ingat tempat nya.Namun Remibara kaget, ternyata sarang Nyai Dawina sudah pindah sejak 1,5 tahunan yang lalu.Padepokan yang dulu rame dan banyak yang berjaga kini bak bangunan hantu, tak terlihat siapapun di tempat ini.Remibara hanya sebentar melihat bangunan ini, dia melanjutkan perjalanan dan sesekali bertanya kemana padepokan Naga Hitam ini pindah, tapi tak satupun warga yang di tanya tahu, di mana kini mereka berada.Remibara tak tahu, 2 tahunan yang lalu saat dia menghilang di tahanan, 4 Tokoh Naga Hitam ini geger, mereka gentar dan memutuskan pergi dari tempat ini.Saat itu semua berpikir pasti ayah Remibara, yakni Prabu Sembara yang turun tang
Baca selengkapnya

Bab 442: Renicia Ternyata…?

Jangankan Kertamalaki, Remibara juga sangat penasaran, kenapa abang nya ini bisa berkeliaran tanpa pengawalan. Padahal sebagai Putera Mahkota pastinya sangat berbahaya berpetualang di alam bebas.Karena sangat banyak musuh dalam selimut yang pastinya akan bikin perhitungan dengan Prabu Sembara dan pastinya abangnya ini akan terimbas juga.Tapi jiwa petualang dalam diri Kertamalaki agaknya menurun dari ayah dan kakeknya, sehingga Kertamalaki tanpa takut, dengan menyamar dan berpakaian biasa merantau meluaskan pengalaman, dia percaya diri karena merasa ilmu kanuragannya sudah sangat tinggi.4 bundanya sampai harus siang malam memberi nasehat pada putra mahkota ini agar mau membatalkan diri merantau seorang diri, hanya Prabu Sembara yang tenang-tenang saja.Prabu Sembara beranggapan, Pangeran Kertamalaki walaupun belum dianggap hebat ilmu silatnya, tapi mempunyai pribadi yang tenang dan cerdik, sehingga akan mudah menyelesaikan semua masalah bila merantau dan tak perlu khawatir kalah ber
Baca selengkapnya

Bab 443: Remibara dan Renicia Diajak Ke Istana

Begitu mereka selesai bicara di warung itu, tiba-tiba datang 50 an prajurit, ternyata mereka pengawal Istana.“Mohon maaf baginda pangeran, hamba Komandan Barian, diperintah langsung dari baginda Prabu, agar hari ini juga membawa baginda pangeran ke Istana,” Komandan Barian terlihat membungkukan badan memberi hormat.“Baiklah Komandan Barian, tugasku juga selesai dengan cepat, oh ya…dua orang ini bukan orang lain Komandan Barian, yang tampan ini adikku sendiri, Pangeran Remibara dan yang cantik ini, sepupu kami, Putri Renicia…dua orang inilah yang menjadi alasanku merantau dulu dan kini secara kebetulan malah bertemu keduanya!”Komandan Barian kaget! Dia langsung membungkuk dan diikuti 50 anak buahnya, mereka mengucapkan salam buat Remibara dan juga Renicia.Keduanya berasa kaget dan asing dengan sebuat pangeran dan juga putri, terutama Renicia, karena baru pertama kali dia di panggil begitu.Remibara pun sama, ada kebanggaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, inilah untuk perta
Baca selengkapnya

Bab 444: Cinta Tak Bisa di Paksa!

Jelang siang Remibara kembali ke rumah Ki Pura, mata pemuda ini memerah tanda kurang tidur, Kertamalaki langsung memanggil adiknya ini agar bergabung makan siang.Inilah Remibara, kalau sudah kakaknya ini yang memanggil tak ada alasan baginya menolak, ia pun langsung memasang wajah ceria dan saat melihat Renicia, Remibara tetap bercanda dengan gadis jelita ini, seolah-olah dia tak tahu kalau sepupunya ini sudah jadian dengan abangnya ini.“Remibara…masa nggak lihat ibunda Amanda di depan!” tegur Kertamalaki, alangkah kagetnya Remibara saat melihat istri ke 4 ayahnya ini geleng-geleng kepala melihat kelakuannya.Remibara yang kaget langsung bangkit dari kursi dan bersujud di lantai menghadap permaisuri ini, pikiran yang lagi kalut dan tak fokus membuat pemuda sakti ini tak menyadari kalau permaisuri Amanda ada di meja makan lumayan besar ini, dipikirnya itu istri Ki Pura.“Mohon maaf bunda, Remibara benar-benar tak melihat kehadiran bunda!” Remibara ternyata tetap menjaga attitudenya,
Baca selengkapnya

Bab 445: Punya Wajah Ganteng Tak Beruntung Dalam Asmara

Pangeran Kertamalaki termangu, lagi-lagi Remibara meninggalkan sebuah surat buatnya, sekaligus kembali Remibara tak mau bertemu ayah kandungnya Prabu Sembara dan Remibara telah pergi diam-diam tanpa pamit.Inti surat itu Remibara mengucapkan selamat buat abangnya dan Renicia, karena Renicia telah memilih Kertamalaki sebagai pendamping hidupnya.Remibara juga minta maaf telah berlaku lancang menemui Renicia secara pribadi, dengan tujuan hanya ingin menyakinkan hatinya, dengan bertanya langsung pada Renicia, siapa di antara Remibara dan kakaknya yang dipilih sepupu mereka ini.Sempat jengkel juga Kertamalaki atas kelancangan adiknya ini, yang berani nyelonong memasuki kamar Renicia.Namun setelah bertemu gadis jelita ini, Kertamalaki berbalik trenyuh dan kasian dengan adiknya.“Setelah aku menjelaskan kalau hanya mencintai kamu, Remibara langsung minta maaf dan mengucapkan selama buat kita…setelah itu dia bilang selalu berdoa buat kebahagian kita…dan bilang akan mengusahakan datang saat
Baca selengkapnya

Bab 446: Musuh Putri Remi Menuntut Balas

Remibara sempat ingin marah, namun ia menekan hatinya, karena mulai penasaran juga, apa maksud 3 orang ini mencari ibundanya, apakah mereka tak tahu kalau ibundanya sudah 18 tahun meninggal dunia.“Aku Remibara, putra tunggal mendiang bundaku Putri Remi…nah siapa kalian dan kenapa kalian tiba-tiba datang ke sini!” Remibara kini berhadapan dengan 3 orang ini dari jarak hanya 3 meteran.“Hahhh…putra tunggal dan sudah mati katamu…eh siapa suami Putri Remi yaa…dari sekian ratus atau malah sekian ribu pria yang selama ini dia gandolin kok nyangkut salah satunya, tapi kok tampan banget yaaa hasilnya!” si wanita parobaya ini tertawa terbahak, dia tak sadar wajah Remibara langsung merah padam, tangannya sudah tergenggam.Namun pemuda ini mampu menahan hatinya dan ia hanya diam melihat si wanita ini tertawa, tapi si wanita cantik dan pria parobaya itu hanya senyum kecil.“Hei Remibara dengar yaa, aku Nyai Suli dan suamiku Ki Kola serta adik seperguruan kami Nyi Sindi tak mau tahu siapa bapak k
Baca selengkapnya

Bab 447: Kedatangan Musuh-musuh Masalalu Putri Remi

Kini mereka berempat ngobrol bak sahabat lama, Ki Kola dan istrinya Nyai Suli serta Nyi Sindi. Tiba-tiba ke empatnya kaget, di depan mereka sudah muncul 5 orang yang agaknya bersikap tak bersahabat. Yang bikin Ki Kola, Nyai Suli dan Nyi Sindi kaget, 5 orang ini bak hantu saja, tiba-tiba nongol dan kehadiran mereka menandakan ilmu silat mereka ini bukan kaleng-kaleng. Tapi sepintas Remibara sudah tahu, ke 5 orang ini bukan sebangsa tokoh-tokoh golongan hitam, gaya mereka menunjukan sebalinya, hanya gaya mereka agak pongah. Tapi Remibara tak gentar, dengan santai ia bangkit dan menatap 5 orang yang tak di kenalnya ini, pandangannya tajam menusuk mata, sehingga 5 orang ini agak gentar juga, karena di balik wajahnya yang tampan dan rupawan, matanya menunjukan ada kekejaman yang sedang tidur, dan bisa saja sewaktu-waktu meledak. “Siapa kalian dan apa tujuan kalian datang ke mari..?” Remibara bertanya pelan saja, sambil menatap satu persatu ajah ke 5 orang ini. “Kami 5 Pendekar Pedang S
Baca selengkapnya

Bab 448: Ditantang Jagoan Golongan Putih

Bukannya takut, orang yang bercaping lebar ini melepas caping itu dan kini mereka saling tatap, keduanya sama tinggi dan berbadan tegap, hanya pria itu terlihat lebih gagah dengan kumis tipis di atas bibirnya. Wajahnya juga tampan, tapi ketampanan itu lebih macho, di bandingkan Remibara yang tampan manis dan sangat rupawan bak wanita. “Siapa kamu..?” Remibara memandang lagi pria ini, dia sudaha bertekad, sekali lagi tak mengaku ia langsung akan menyerangnya. “Aku Rosada, aku kenal dengan pangeran karena memang sudah mengikuti pangeran saat membantai sarang perampok beberapa waktu yang lalu. Adapun ke 5 orang ini, mereka kelompok pendekar golongan putih yang sejak dulu memang mengejar Putri Remi, ibunda pangeran, karena sudah mengobrak-abrik padepokan mereka!” pria bernama Rosada ini memperkenalkan dirinya serta alasannya ke 5 orang ini dendam dengan ibundanya. “Hmm…begitu, lantas setelah ku katakan ibundaku meninggal apakah kalian tetap ngotot ingin bongkar makam ibuku untuk cari b
Baca selengkapnya

Bab 449: Nyi Sindi Takluk Kena Jurus Asmara Remibara

“Pangeran memang hebat, maaf kalau sudah bikin pangeran marah, aku percaya pangeran pasti akan memenuhi janji. Ayo kita pergi, tak perlu macam-macam bongkar makam ibunda pangeran ini, karena benda itu pasti tak ada di sana. Kita serahkan saja dengan Pangeran Remibara yang sudah berjanji akan mengembalikan benda pusaka padepokan kalian!” Rosada dan diikuti 5 pendekar pedang sakti lalu menjura dalam-dalam memberi hormat pada pemuda ini, sekaligus minta maaf sudah berlaku kasar tadi.Kemudian ke 6 nya menghilang dengan cepat dari hadapan Remibara. Remibara menghela nafas panjang.“Untung aku bisa menahan emosi, hampir saja aku menurunkan tangan maut buat mereka tersebut!” gumam Remibara, tapi kaget saat mendegar suara Ki Kola di sampingnya, baru sadar Ki Kola, Nyai Suli dan Nyi Sindi masidh berada di sini.“Luar biasa…! Kehebatan pangeran memang hebat, oh ya pangeran ini sudah mulai gelap, bagaimana kalau kita turun ke kota terdekat, di sana ada penginapan bagus dan kita bisa nginap di s
Baca selengkapnya

Bab 450: Kaget Lihat Sarang Ki Pandit Ada Pesta Nikahan

Remibara kini mejalankan kudanya dengan santai, baginya tak ada di dunia ini yang perlu di kejar.Setelah 5 hari 5 malam bersama Nyi Sindi, kini sang ‘petualang asmara’ ini kembali melanjutkan perjalanannya mencari musuh-musuh besarnya, sesuai petunjuk Ki Kola.Kini sudah 2 minggu dia berpisah dengan janda denok itu dan janji kelak sewaktu-waktu akan kembali bertemu.“Kami bikin aku kepingin terus, hebat banget sih jurus bercinta kamu,” Nyi Sindi seakan enggan berpisah dengan pemuda tampan ini.Namun setelah Remibara mengisahkan petualangannya sangat berbahaya, Nyi Sindi akhirnya mengalah, karena dia juga masih punya tugas dari guru mereka, di padepokan Bunga Rampai, yakni mencari Kitab Jurus Sukma, di samping berharap Remibara juga menemukan kitab itu, sehingga mereka bisa bertemu kembali suatu hari nanti.Tiba-tiba Remibara kaget, di depannya sudah berdiri dua orang berpakaian pendekar dan langsung berlutut dan bersujud padanya.“Mohon maaf pangeran, hamba Ki Jaro dan Ki Kani, kami
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4142434445
...
54
DMCA.com Protection Status