Biar koinnya tak mubazir, yang cerita sebelumnya saya rubah ke bab 448 yaa, karena bab 447 sudah terbaharui...selamat menyimak, moga terhibur, mohon maaf atas ketidak nyamanan ini. salam
“Pangeran memang hebat, maaf kalau sudah bikin pangeran marah, aku percaya pangeran pasti akan memenuhi janji. Ayo kita pergi, tak perlu macam-macam bongkar makam ibunda pangeran ini, karena benda itu pasti tak ada di sana. Kita serahkan saja dengan Pangeran Remibara yang sudah berjanji akan mengembalikan benda pusaka padepokan kalian!” Rosada dan diikuti 5 pendekar pedang sakti lalu menjura dalam-dalam memberi hormat pada pemuda ini, sekaligus minta maaf sudah berlaku kasar tadi.Kemudian ke 6 nya menghilang dengan cepat dari hadapan Remibara. Remibara menghela nafas panjang.“Untung aku bisa menahan emosi, hampir saja aku menurunkan tangan maut buat mereka tersebut!” gumam Remibara, tapi kaget saat mendegar suara Ki Kola di sampingnya, baru sadar Ki Kola, Nyai Suli dan Nyi Sindi masidh berada di sini.“Luar biasa…! Kehebatan pangeran memang hebat, oh ya pangeran ini sudah mulai gelap, bagaimana kalau kita turun ke kota terdekat, di sana ada penginapan bagus dan kita bisa nginap di s
Remibara kini mejalankan kudanya dengan santai, baginya tak ada di dunia ini yang perlu di kejar.Setelah 5 hari 5 malam bersama Nyi Sindi, kini sang ‘petualang asmara’ ini kembali melanjutkan perjalanannya mencari musuh-musuh besarnya, sesuai petunjuk Ki Kola.Kini sudah 2 minggu dia berpisah dengan janda denok itu dan janji kelak sewaktu-waktu akan kembali bertemu.“Kami bikin aku kepingin terus, hebat banget sih jurus bercinta kamu,” Nyi Sindi seakan enggan berpisah dengan pemuda tampan ini.Namun setelah Remibara mengisahkan petualangannya sangat berbahaya, Nyi Sindi akhirnya mengalah, karena dia juga masih punya tugas dari guru mereka, di padepokan Bunga Rampai, yakni mencari Kitab Jurus Sukma, di samping berharap Remibara juga menemukan kitab itu, sehingga mereka bisa bertemu kembali suatu hari nanti.Tiba-tiba Remibara kaget, di depannya sudah berdiri dua orang berpakaian pendekar dan langsung berlutut dan bersujud padanya.“Mohon maaf pangeran, hamba Ki Jaro dan Ki Kani, kami
Namun saat akan menuju ke tempat di mana dua wanita yang dikatakan ditahan Remibara menahan langkah kakinya, karena mendengar suara orang berbicara.Remibara pun bersembunyi agak jauh, khawatir orang itu berilmu tinggi dan pastinya akan tahu kehadirannya.Tebakannya tepat, ternyata yang datang adalah si gendut, salah satu dari dua pendekar bayangan, orang yang tadi sore menghajar Rosada hingga pingsan.Teman si gendut seorang yang berbadan kurus dan pendek yang tak Remibara kenal, keduanya terlihat masuk ke ruangan ini dan Remibara naik ke atas atap bangunan yang tinggi itu dan mengintip dari atas kelakuan dua orang ini.Dalam ruangan itu terdapat dua wanita yang terikat di sebuah tiang, walaupun tak jelas wajahnya karena agak gelap, Remibara yakin keduanya tertotok, sehingga terlihat pingsan keduanya.“Hmm…kalau aku angkut satu persatu, pasti ketahuan, kalau ku angkat dua-duanya, sulit juga…!” pikir Remibara sambil terus melihat-lihat kelakuan si gendut dan temannya yang terlihat ngi
Menjelang pagi, Rosada mengajak Remibara beristirahat dan mereka pun meletakan perlahan-lahan tubuh Putri Gea dan Dafina.Hampir setengah malaman mereka berlari tanpa kenal lelah, agar tak terkejar Ki Pandit dan anak buahnya.Rosada berkali-kali menarik nafas untuk menyalurkan hawa murni dalam tubuhnya, sedangkan Remibara terlihat biasa-biasa saja, tidak terlihat ia kelelahan.Ini membuktikan soal tenaga dalam, Rosada kalah jauh, walaupun tubuh Rosada lebih kekar dari Remibara.“Rosada, kamu salurkan hawa sakti ke tubuh Putri Gea,” perintah Remibara, lalu Remibara menyalurkan juga hawa saktinya ke Dafina, Rosada mengangguk dan dia dengan hati-hati menekan punggung Putri Gea setelah tadi memaksanya agar duduk.Remibara sengaja berbuat begitu, karena ia masih sungkan dengan dengan kakaknya ini, ‘rasa’ itu belum 100 persen hilang dari hatinya, sehingga ia sengaja meminta Rosada yang menyadarkan Putri Gea.Walaupun Remibara tahu, Rosada masih kepayahan setelah berlari setengah malaman, ap
“Tak apa, lanjutkan saja cerita kamu pangeran…eh Remibara!” Dafina mencoba bersikap biasa lagi, tapi Putri Gea tahu ada sesuatu yang di sembunyikan gadis ini, yang secara tak sengaja di kenalnya ini.“Jadi…begitulah kisahku…sekarang giliran kamu…eh Kak Putri Gea, ceritalah, kenapa sampai di sekap Ki Pandit!” Putri Gea tersenyum menatap tampanya wajah mantan kekasih sekaligus adiknya ini.Agak asing sebenarnya panggilan itu baginya, dulu Remibara memanggilnya Gea saja, tak ada embel-embel kaka.“Ini sebenarnya sangat menyesakan dan bikin kesal kalau di ceritakan, tapi baiklah, biar kalian semua tahu,” Putri Gea pun mulai bercerita.Dengan apa adanya dia cerita kalau merantau tanpa izin ayahanda Prabu Sembara dan bunda-bundanya. Remibara sampai tersenyum mengetahui kenakalan saudaranya ini.Putri Gea percaya diri karena merasa memiliki kesaktian yang dianggapnya sangat tinggi, apalagi dia sudah mempelajari kitab menembus awan yang diberikan Remibara dan di bimbing ke 4 bundanya sekalig
Lima orang yang tadi keok melawan si dara baju merah kini ikut mengeroyok, sehingga keduanya agak repot juga. Di satu sisi ke 5 nya mengganggu pergerakan Putri Gea dan si dara baju merah, sedangkan di sisi lain Ki Kurus terus bergerak sangat cepat dan lincah dan melancarkan jurus-jurus lihainya yang sangat panas.Si kurus kini enak-enakan mengincar titik lemah Putri Gea dan si dara baju merah.“Keparat!” seru si dara merah dengan nada marah, karena hampir saja tubuhnya kena sabetan pedang dari salah satu dari 5 orang ini. Karena saat itu dia lagi menghindari pukulan keras si kurus.“Dinda, kamu habisi saja 5 orang itu, aku akan hadapi si kurus ini,” bisik Putri Gea, si dara baju merah mengangguk, lalu dia memutar pedangnya dan langsung melompat dan membabat 5 orang ini. Babatan pedang si dara baju merah ini tak kuasa di hadang ke 5 orang ini, 2 orang langsung terkena sabetan pedangnya dan tewas seketika dengan luka menganga di perut.Tiba-tiba datang seorang pria berbadan gendut d
“Oh yaa…jadi kamu anaknya Nyai Dawina dan mendiang Tuan Alfred?” Putri Gea langsung memotong ucapan Dafina.“Iya ka Putri Gea..!” Dafina malah tanpa sadar tidak mengalihkan pandangannya ke wajah Remibara, yang terlihat masih terdiam dan seperti ada yang dipikirkan.“Kamu…kenapa sampai mau di nikahi Ki Pandit, bersama Ka Putri Gea…?” Remibara menekan hatinya, ia kini bertanya sekaligus mengalihkan pembicaraan.Dafina kaget dan baru sadar dengan kelakuannya, dia pun buru-buru menyahut ucapan Remibara.“Aku kabur dari pemondokan ibuku…awalnya aku mau dinikahkan dengan seorang pangeran dari kerajaan Borneo Timur, tapi aku tak mau karena aku tak suka, pangerannya tua dan selirnya banyak, lalu ibuku marah dan menghukumku…kemudian aku kabur dan malah tertangkap si Gendut itu dan dihadiahkan pada Ki Pandit, dia yang membujuk aku, kemudian dia sempat menyihir aku, tapi tak mempan. Karena aku punya penangkalnya yang diberi ibuku, dan bilang akan memberikan ilmu-ilmu hebat, tapi syaratnya aku ma
“Eee…Dafina, aku minta maaf, dulu itu hanya main-main, jangan diambil hati, anggap saja ciuman seorang kakak pada adiknya!”“Nggak bisa Remibara, kamu bukan hanya nyium…eeemmm…kamu juga narik-narik lidahku dengan lidahmu, mana ada seorang kakak begitu pada adiknya!” sentak Dafina hingga Remibara gelagapan, Dafina bak menohok dirinya dengan fakta yang tak mungkin di bantah, karena saat itu Remibara harus mengakui sempat terpengaruh juga, sebelum kepergok anak buah Ki Jantra.“Lantas gimana donk, kan sudah terlanjur, lagian saat itu kamu masih muda, aku juga?” bingunglah Remibara.“Hmm…cium lagi sekali, ulangi apa yang sudah kamu lakukan dulu itu, sekarang juga, bila aku suka kita jadi sahabat, tapi bila tidak, kita jadi musuh selamanya!”“Akaiii…gimana sihh, kok jadi gini…?” Remibara langsung terlonjak bak melihat ular kobra di depan hidungnya, saking anehnya dengan permintaan tak biasa dari si jelita berbaju merah ini.“Lakukan segera, kalau kamu menolak, kita akan jadi musuhan selama