Menjelang pagi, Rosada mengajak Remibara beristirahat dan mereka pun meletakan perlahan-lahan tubuh Putri Gea dan Dafina.Hampir setengah malaman mereka berlari tanpa kenal lelah, agar tak terkejar Ki Pandit dan anak buahnya.Rosada berkali-kali menarik nafas untuk menyalurkan hawa murni dalam tubuhnya, sedangkan Remibara terlihat biasa-biasa saja, tidak terlihat ia kelelahan.Ini membuktikan soal tenaga dalam, Rosada kalah jauh, walaupun tubuh Rosada lebih kekar dari Remibara.“Rosada, kamu salurkan hawa sakti ke tubuh Putri Gea,” perintah Remibara, lalu Remibara menyalurkan juga hawa saktinya ke Dafina, Rosada mengangguk dan dia dengan hati-hati menekan punggung Putri Gea setelah tadi memaksanya agar duduk.Remibara sengaja berbuat begitu, karena ia masih sungkan dengan dengan kakaknya ini, ‘rasa’ itu belum 100 persen hilang dari hatinya, sehingga ia sengaja meminta Rosada yang menyadarkan Putri Gea.Walaupun Remibara tahu, Rosada masih kepayahan setelah berlari setengah malaman, ap
“Tak apa, lanjutkan saja cerita kamu pangeran…eh Remibara!” Dafina mencoba bersikap biasa lagi, tapi Putri Gea tahu ada sesuatu yang di sembunyikan gadis ini, yang secara tak sengaja di kenalnya ini.“Jadi…begitulah kisahku…sekarang giliran kamu…eh Kak Putri Gea, ceritalah, kenapa sampai di sekap Ki Pandit!” Putri Gea tersenyum menatap tampanya wajah mantan kekasih sekaligus adiknya ini.Agak asing sebenarnya panggilan itu baginya, dulu Remibara memanggilnya Gea saja, tak ada embel-embel kaka.“Ini sebenarnya sangat menyesakan dan bikin kesal kalau di ceritakan, tapi baiklah, biar kalian semua tahu,” Putri Gea pun mulai bercerita.Dengan apa adanya dia cerita kalau merantau tanpa izin ayahanda Prabu Sembara dan bunda-bundanya. Remibara sampai tersenyum mengetahui kenakalan saudaranya ini.Putri Gea percaya diri karena merasa memiliki kesaktian yang dianggapnya sangat tinggi, apalagi dia sudah mempelajari kitab menembus awan yang diberikan Remibara dan di bimbing ke 4 bundanya sekalig
Lima orang yang tadi keok melawan si dara baju merah kini ikut mengeroyok, sehingga keduanya agak repot juga. Di satu sisi ke 5 nya mengganggu pergerakan Putri Gea dan si dara baju merah, sedangkan di sisi lain Ki Kurus terus bergerak sangat cepat dan lincah dan melancarkan jurus-jurus lihainya yang sangat panas.Si kurus kini enak-enakan mengincar titik lemah Putri Gea dan si dara baju merah.“Keparat!” seru si dara merah dengan nada marah, karena hampir saja tubuhnya kena sabetan pedang dari salah satu dari 5 orang ini. Karena saat itu dia lagi menghindari pukulan keras si kurus.“Dinda, kamu habisi saja 5 orang itu, aku akan hadapi si kurus ini,” bisik Putri Gea, si dara baju merah mengangguk, lalu dia memutar pedangnya dan langsung melompat dan membabat 5 orang ini. Babatan pedang si dara baju merah ini tak kuasa di hadang ke 5 orang ini, 2 orang langsung terkena sabetan pedangnya dan tewas seketika dengan luka menganga di perut.Tiba-tiba datang seorang pria berbadan gendut d
“Oh yaa…jadi kamu anaknya Nyai Dawina dan mendiang Tuan Alfred?” Putri Gea langsung memotong ucapan Dafina.“Iya ka Putri Gea..!” Dafina malah tanpa sadar tidak mengalihkan pandangannya ke wajah Remibara, yang terlihat masih terdiam dan seperti ada yang dipikirkan.“Kamu…kenapa sampai mau di nikahi Ki Pandit, bersama Ka Putri Gea…?” Remibara menekan hatinya, ia kini bertanya sekaligus mengalihkan pembicaraan.Dafina kaget dan baru sadar dengan kelakuannya, dia pun buru-buru menyahut ucapan Remibara.“Aku kabur dari pemondokan ibuku…awalnya aku mau dinikahkan dengan seorang pangeran dari kerajaan Borneo Timur, tapi aku tak mau karena aku tak suka, pangerannya tua dan selirnya banyak, lalu ibuku marah dan menghukumku…kemudian aku kabur dan malah tertangkap si Gendut itu dan dihadiahkan pada Ki Pandit, dia yang membujuk aku, kemudian dia sempat menyihir aku, tapi tak mempan. Karena aku punya penangkalnya yang diberi ibuku, dan bilang akan memberikan ilmu-ilmu hebat, tapi syaratnya aku ma
“Eee…Dafina, aku minta maaf, dulu itu hanya main-main, jangan diambil hati, anggap saja ciuman seorang kakak pada adiknya!”“Nggak bisa Remibara, kamu bukan hanya nyium…eeemmm…kamu juga narik-narik lidahku dengan lidahmu, mana ada seorang kakak begitu pada adiknya!” sentak Dafina hingga Remibara gelagapan, Dafina bak menohok dirinya dengan fakta yang tak mungkin di bantah, karena saat itu Remibara harus mengakui sempat terpengaruh juga, sebelum kepergok anak buah Ki Jantra.“Lantas gimana donk, kan sudah terlanjur, lagian saat itu kamu masih muda, aku juga?” bingunglah Remibara.“Hmm…cium lagi sekali, ulangi apa yang sudah kamu lakukan dulu itu, sekarang juga, bila aku suka kita jadi sahabat, tapi bila tidak, kita jadi musuh selamanya!”“Akaiii…gimana sihh, kok jadi gini…?” Remibara langsung terlonjak bak melihat ular kobra di depan hidungnya, saking anehnya dengan permintaan tak biasa dari si jelita berbaju merah ini.“Lakukan segera, kalau kamu menolak, kita akan jadi musuhan selama
Karena wilayah markas Ki Pandit ini masuk dalam daerah Kerajaan Borneo Timur. Bahkan dari 4 tokoh Naga Hitam, Ki Sohail dan Ki Jantra tak lama kemudian juga datang di acara Ki Pandit ini.Termasuk yang bikin Remibara kaget melihat Ki Bando sang tokoh bajak laut juga ada di antara tamu yang terus berdatangan, hanya Nyai Dawina yang belum terlihat datang.Dan yang bikin Remibara makin terperanjat, tak lama kemudian 5 Serigala atau 5 Setan Meratus juga turut hadir.“Hmm…akhirnya semuanya komplet di sini…benar juga apa kata Rosada dan Putri Gea, kalau aku nekad sama dengan mati konyol, hantu pun mati kalau berani ngamuk di saat mereka kumpul begini..?” batin Remibara.Dan makin sore, Remibara harus mengakui kali ini Ki Pandit bak unjuk kekuatan, karena tamu-tamu yang berdatangan makin banyak saja.Bahkan rata-rata terlihat bukan orang sembarangan dan agaknya memiliki kesaktian tinggi, terlihat dari gaya dan juga senjata yang dibawa.Dan menjelang sore, Remibara akhirnya terbelalak juga sa
Semua yang hadir langsung menggumam bak bunyi tawon, setelah tahu siapa jatidiri Remibara ini, pemuda rupawan yang muncul tiba-tiba tanpa di undang.Namun Remibara tenang-tenang saja, dia tak marah ataupun apalagi membantah ucapan Ki Pandit ini, yang kini tertawa terbahak-bahak.“Bagus, tertawalah kamu Ki Pandit seperti Ki Badu tadi, bahkan kamu sampai merangkak-rangkak ke sini,” Remibara menatap tajam ke arah Ki Pandit dan terlihat lah pemandangan yang mendebarkan.Ki Pandit terlihat melotot tapi matanya, tapi mulutnya terus tertawa. Ki Pandit terlihat ingin merangkak, tapi di sisi lain dia berusaha menolak hal yang tak wajar ini, sambil tertawa nafasnya terengah-engah.Hingga terlihat lah sesuatu yang bagi tak paham ini sangat lucu, yaitu seorang kakek tua jangkung kurus berbaju bak bangsawan tinggi sedang mati-matian ingin merangkak.Tapi kakinya sepertinya tak mau melangkah ingin mendatangi seorang pemuda tampan, yang memiliki pakaian tak kalah perlentenya, itu bagi yang tak paham
Penjagaan super ketat yang dilakukan Ki Pandit cs membuat Remibara, Rosada dan Putri Gea serta Dafina memikirkan cara lainnya. Ketika mereka bertemu kembali ke esokan harinya, di markas prajurit Kadipaten Balongin, termasuk ikut rapat ada satu komandan keamanan di daerah ini, yakni Ki Jahu.“Aku tak mungkin berterang maju, kalian lihat kan ibuku ada di antara undangan Ki Pandit!” Dafina kini menatap Remibara, Rosada dan Putri Gea yang hanya mengangguk tanda mengerti kesulitan Dafina.Baik Putri Gea atau Rosada kadang senyum-senyum sendiri, setiap kali bentrok wajah dengan Remibara, Dafina langsung menundukan wajahnya, seakan malu menatap pemuda rupawan ini.“Ki Jahu, bagaimana dengan pasukan kita, ada berapa orang yang siap?” Rosada menatap Ki Jahu.“Maaf komandan, saat ini hanya 250 orang, bantuan dari Kadipaten tetangga belum tiba, saya meminta tambahan 200 pasukan lagi, janjinya paling lambat minggu depan baru tiba!” sahut Ki Jahu.“Hmm…puncak acaranya ku dengar di undur…pas aja si