Ki Pandit yang saat itu sedang aseek minum-minum bersama Pangeran Burman, serta 3 tokoh Naga Hitam lainnya, termasuk Pendekar Dua Bayangan dan si Kurus, tak ketinggalan Ki Bando si Bajak Laut, semua kaget saat pengawalnya memberi laporan, kalau Pangeran Remibara ada di pintu gerbang dan ingin bertemu dengan Pangeran Burman.“Hmmm mau apa si anak haram itu ke sini, apa perlu kita gempur dan bunuh saja sekalian, agaknya dia mau bikin ulah lagi!” dengus Ki Pandit dengan nada marah.“He-he-he, tahan emosi kamu Ki Pandit, heii pengawal…ajak pangeran itu ke sini, bilang Pangeran Burman yang memintanya dan mengundangnya langsung!”“Baiklah baginda pangeran, hamba akan jemput Pangeran Remibara ke sini!” setelah memberi hormat pengawal ini pun mundur dan segera menuju ke pintu gerbang, di mana Remibara menunggu.“Kalau dia membuat onar bagaimana pangeran?” kali ini Ki Jantra menyela.“Tak usah khawatir, ku rasa dengan adanya kalian dan aku sendiri masa kita kalah, memalukan sekali,” sindir Pan
Demi menyakinkan aktingnya, Remibara tak segan meminta salah satu dayang cantik milik Pangeran Burman.Pangeran flamboyan dari Borneo Timur ini tertawa tergelak dan bilang di Kotaraja dia masih banyak stok dayang-dayang dan selir cantik, sehingga Remibara akan kesulitan memilih yang mana di sukai.Remibara kembali berakting sempurna dan bergaya sedikit angkuh, gaya khas orang-orang bangsawan.Pesta minum pun dilanjutkan dengan rapat yang bikin Remibara merinding dalam hati, setelah Pangeran Burman bilang saat ini saat ini lebih dari separu pasukan Borneo Timur sudah pro dengannya, yang berjumlah hampir 100 ribu pasukan.“Kedatangan kalian ibaratnya hanya memperkuat pasukanku saja, karena di Borneo Timur juga sangat banyak pendekar-pendekar sakti yang masih setia dengan saudaraku itu, yakni Maharaja Paser. Asal kalian tahu, di sekitaran perbatasan, aku sudah menempatkan 2.500 pasukan pendam untuk mengamankan acara ini dan semuanya pro denganku..kuharap kalian jangan ada yang main-main
Singkat, padat dan jelas, itulah ucapan Nyai Dawina, yang membuat pemuda ini makin terkaget-kaget dengan fakta yang baru ia ketahui ini.Nyai Dawina lalu pergi, Remibara sampai termenung memikirkan ucapan ibunda Dafina yang tak ia sangka-sangka ini.Tentu saja walaupun baru pertama kali ini bicara berdua, tapi Remibara percaya apa yang disampakan Nyai Dawina.Fakta yang sangat mengejutkan bagi dirinya, karena Nyai Dawina dan Nyi Padmasari ibunda Putri Gea justru bukan orang lain baginya, melalui ibundanya, Putri Remi.“Hampir saja aku kesalahan membunuh orang…terima kasih paman Hashimi, terima kasih Bibi Dawina,” gumam Remibara.Pemuda sakti ini pun sampai tersenyum sendiri melihat ke akraban Putri Gea dan Dafina, yang mungkin tak tahu kalau mereka ada hubungan keluarga.Remibara seakan menyesali perbuatannya yang habis-habisan ingin balas dendam, terutama pada Nyai Dawina, yang ternyata bibinya sendiri.Ingatannya pun melayang saat kecil, ia memang melihat ada perdebatan antara ibuny
Remibara menuju ke daerah Muara Kus, di mana Ki Pandit diberikan anugerah Prabu Burman di wilayah yang kaya dengan hasil hutan dan pertanian ini.Jarak Muara Kus dan Ibukota Borneo Tengah hampir 2,5 bulan perjalanan naik kuda, daerah ini sangat jauh masuk ke wilayah Timur dari Kotaraja Pagatan.Sang Raja Golongan hitam ini hidup bak raja kecil, selain sangat di segani, dia juga sangat di takuti, Ki Pandit juga memelihara hingga 25 orang selir yang dia culik dengan kekerasan, lalu di sihirnya hingga mau jadi pelayan-pelayannya.Setelah Pangeran Burman berkuasa, Remibara berpisah dengan Rosada dan Putri Gea, tapi dia tak pernah bertemu dengan Dafina.Sudah kemana-mana Remibara mencari si gadis jelita bergaun merah ini, tapi tak jua bertemu, hanya dia dapat informasi, Dafina kini sudah berbaikan dengan Nyai Dawina ibunya.Inilah yang membuat Remibara memutuskan untuk tidak lagi mencari Dafina dan fokus mengejar musuh-musuhnya.Walaupun Remibara tak munafik, di saat-saat tertentu, dia sel
Dan kebingungan inilah yang membuat keduanya lengah, secara tiba-tiba Remibara melayangkan pukulan penuh dengan segenap tenaga. Kali ini benar-benar 100 persen tenaga ia kerahkan.Terdengarlah bunyi krakkk..krakkk…lalu secara tiba-tiba, Remibara melompat dan kini berdiri dengan nafas tersengal-sengal dari jarak 7 meteran dari Ki Pandit dan Ki Bando, nampak sekali ini dirinya kali ini mengerakan seluruh kekuatannya secara full dan berakibat pada tersengal-sengal nafasnya.19 orang anak buah Ki Pandit terbelalak melihat sang raja golongan hitam dan rekannya si raja bajak laut terlihat berdiri kokoh, tapi wajah keduanya membiru.Darah yang menetes di kepala mereka nampak membeku, lalu dalam hitungan detik, keduanya ambruk ke tanah, nyawa mereka pun sudah melayang.Pukulan jurus serigala dan jurus bangkui yang di padukan dengan jurus menembus awan langsung mengakhiri riwayat dua musuh besarnya ini.Saat melihat Ki Pandit dan Ki Bando yang kaku jadi mayat, Remibara seakan melihat 3 orang y
Dua orang terlihat terus menatap Remibara, bukannya tak menyadari, tapi pendekar muda ini sengaja ingin tahu apa tujuan mereka.Sehingga dia pura-pura tak tahu saja, Remibara makan dan minum dengan santai dan tidak memperdulikan sekelilingnya.Dua orang ini ternyata mendekatinya. “Maaf apakah kami sedang berhadapan dengan tuan Pangeran Rembara dan berjuluk Pendekar Berhati Kejam?” salah seorang bicara dengan Remibara, nada bicaranya setengah berbisik, hingga Remibara menatapnya.“Iya…ada apa?” sahut Remibara tenang, sambil terus minum araknya sedikit demi sedikit.“Bolehkah kami duduk di depan tuan?” orang yang berbadan kurus dan berwajah agak pucat meminta izin, Remibara langsung mengangguk dan keduanya dengan sikap hormat menarik dua kursi.“Perkenalkan, saya Rubi dan ini Yodo, kami dari perguruan Bangkui Kuning, cabang dari padepokan Bangkui Hirang. Kalau tuan sudi, maukah habis dari rumah makan ini singgah ke padepopkan kami, karena guru kami ingin bertemu dan meminta pertolongan
Remibara sampai dua hari beristirahat di padepokan Bangkui Kuning milik Ki Sauna, setelah mendapat gambaran jelas, Remibara putuskan mulai menyelidiki di mana kelompok Ki Jantra berada, yang kini berada di bawah kendali Ki Basarah, yang sudah membunuh Raja Borneo Timur, Prabu Paser.Dia kembali menyeberang ke luar perbatasan kerajaan Hilir Sungai dan kini masuk ke wilayah Borneo Timur.Kagetlah Remibara melihat makin banyaknya rakyat jadi korban, usai perang dan pergantian kekuasaan bukannya lebih baik, tapi kehidupan warga makin susah.Apalagi kini setelah Prabu Paser terbunuh dan Ki Basarah yang ambil alih kekuasaan, sepanjang jalan Remibara melihat banyak rakyat yang kelaparan, imbas dari tidak bisa bercocok tanam.Dan yang membuat Remibara marah bukan main, saat melihat 20 orang prajurit Borneo Timur yang merampas makanan milik rakyat yang sudah kelaparan, sampai puluhan rakyat kurus-kurus di pukuli bahkan ada beberapa orang yang di bunuh, karena mempertahankan makanannya.Remibar
Perjalanan menuju ke Kadipaten Tawelong ternyata bukan perjalanan singkat, membutuhkan waktu hampir 25 hari barulah rombongan ini sampai di perbatasan daerah ini.Pengeran Adityawarman ternyata sengaja mengambil jalan memutar agar tak bertemu dengan pasukan kerajaan yang kini di ambil alih oleh Ki Basarah, di mana kaki tangannya berkeliaran di mana-mana.Tak bertemu kaki tangan Ki Basarah, malah bertemu orang-orang jahat lainnya, bahkan sempat ada 3 kali gangguan yang membuat Remibara terpaksa turun tangan dengan keras dan menghajar para perampok itu hingga ada beberapa orang perampok yang tewas.Dalam perjalanan itu Remibara bercakap-cakap dengan Pangeran Adityawarman, ternyata pangeran ini merupakan anak nomor 7 dari Prabu Paser dari permaisuri.Ayahnya Prabu Paser yang telah di bunuh Ki Basarah lalu mengangkat diri sebagai Raja Borneo Timur mempunyai 8 anak dari permaisuri, yakni 7 pria dan 2 wanita, lalu ada 10 anak dari selir.“Semuanya tewas dibantai sebagian di racun Ki Basarah
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma