Dua orang terlihat terus menatap Remibara, bukannya tak menyadari, tapi pendekar muda ini sengaja ingin tahu apa tujuan mereka.Sehingga dia pura-pura tak tahu saja, Remibara makan dan minum dengan santai dan tidak memperdulikan sekelilingnya.Dua orang ini ternyata mendekatinya. “Maaf apakah kami sedang berhadapan dengan tuan Pangeran Rembara dan berjuluk Pendekar Berhati Kejam?” salah seorang bicara dengan Remibara, nada bicaranya setengah berbisik, hingga Remibara menatapnya.“Iya…ada apa?” sahut Remibara tenang, sambil terus minum araknya sedikit demi sedikit.“Bolehkah kami duduk di depan tuan?” orang yang berbadan kurus dan berwajah agak pucat meminta izin, Remibara langsung mengangguk dan keduanya dengan sikap hormat menarik dua kursi.“Perkenalkan, saya Rubi dan ini Yodo, kami dari perguruan Bangkui Kuning, cabang dari padepokan Bangkui Hirang. Kalau tuan sudi, maukah habis dari rumah makan ini singgah ke padepopkan kami, karena guru kami ingin bertemu dan meminta pertolongan
Remibara sampai dua hari beristirahat di padepokan Bangkui Kuning milik Ki Sauna, setelah mendapat gambaran jelas, Remibara putuskan mulai menyelidiki di mana kelompok Ki Jantra berada, yang kini berada di bawah kendali Ki Basarah, yang sudah membunuh Raja Borneo Timur, Prabu Paser.Dia kembali menyeberang ke luar perbatasan kerajaan Hilir Sungai dan kini masuk ke wilayah Borneo Timur.Kagetlah Remibara melihat makin banyaknya rakyat jadi korban, usai perang dan pergantian kekuasaan bukannya lebih baik, tapi kehidupan warga makin susah.Apalagi kini setelah Prabu Paser terbunuh dan Ki Basarah yang ambil alih kekuasaan, sepanjang jalan Remibara melihat banyak rakyat yang kelaparan, imbas dari tidak bisa bercocok tanam.Dan yang membuat Remibara marah bukan main, saat melihat 20 orang prajurit Borneo Timur yang merampas makanan milik rakyat yang sudah kelaparan, sampai puluhan rakyat kurus-kurus di pukuli bahkan ada beberapa orang yang di bunuh, karena mempertahankan makanannya.Remibar
Perjalanan menuju ke Kadipaten Tawelong ternyata bukan perjalanan singkat, membutuhkan waktu hampir 25 hari barulah rombongan ini sampai di perbatasan daerah ini.Pengeran Adityawarman ternyata sengaja mengambil jalan memutar agar tak bertemu dengan pasukan kerajaan yang kini di ambil alih oleh Ki Basarah, di mana kaki tangannya berkeliaran di mana-mana.Tak bertemu kaki tangan Ki Basarah, malah bertemu orang-orang jahat lainnya, bahkan sempat ada 3 kali gangguan yang membuat Remibara terpaksa turun tangan dengan keras dan menghajar para perampok itu hingga ada beberapa orang perampok yang tewas.Dalam perjalanan itu Remibara bercakap-cakap dengan Pangeran Adityawarman, ternyata pangeran ini merupakan anak nomor 7 dari Prabu Paser dari permaisuri.Ayahnya Prabu Paser yang telah di bunuh Ki Basarah lalu mengangkat diri sebagai Raja Borneo Timur mempunyai 8 anak dari permaisuri, yakni 7 pria dan 2 wanita, lalu ada 10 anak dari selir.“Semuanya tewas dibantai sebagian di racun Ki Basarah
Remibara sadar tapi ia bingung sedang berada di mana, tubuhnya terasa lemah, berkali-kali dirinya menyalurkan tenaga dalamnya, tapi semuanya sia-sia. Tubuhnya bak manusia biasa yang tak punya ke ahlian silat.Remibara akhirnya termenung sambil melihat tangan dan kakinya yang hanya terikat se utas kain warna putih.Tapi kain yang ulet itu justru lebih hebat dari sebuah rantai baja, saat Remibara mengangkat wajahnya, kembali wajah pemuda ini kaget bukan kepalang, karena di depannya kakaknya Pangeran Kertamalaki dan Dafina terlihat dalam posisi sama, masih belum sadar-sadar.“Abang…Dafina…!” Remibara berusaha memanggil keduanya, tapi posisi mereka tetap seperti orang pingsan, persis seperti yang Remibara lihat saat masuk ke pondok ini.Dalam kebingungan yang masih melandanya, Remibara akhirnya pasrah dan memfokuskan pada bagaimana menyalurkan tenaga dalamnya yang anehnya tak bisa tersalur ini.Tiba-tiba pintu terbuka dan masuklah 5 orang, yang anehnya semuanya wanita-wanita berparas cant
“Permintaan kalian masuk akal, baiklah, aku setuju sebelum kalian di beri tugas, silahkan dulu mengaso selama 2 hari. Pengawal….antar ketiganya ke kamar masing-masing!” Ratu Sri Asih lalu menghilang dari hadapan ke tiganya, hingga Dafina sampai kaget bukan main, sang Ratu ini bak hantu menghilang begitu saja dari hadapan mereka.“Jangan heran, kita sudah berpindah alam, entah bagaimana caranya, kita ikuti saja kemauan sang Ratu ini, di sini kesaktian kita tak ada gunanya, aneh tapi ini sangat nyata!” bisik Dafina, hingga Remibara dan Kertamalaki mengangguk.Setelah sampai di sebuah tempat yang sangat mewah, bahkan Pangeran Kertamalaki sampai terkagum-kagum, karena tempat ini jauh lebih mewah dari Istana Kerajaan Hilir Sungai.Ketiganya kini duduk disebuah pinggir danau yang sangat indah, dengan minuman arak yang jauh lebih gurih dan manis di bandingkan arak-arak yang selama ini mereka nikmati.Saat itu cuaca menjelang sore, sehingga pemandangan sangat indah, apalagi terlihat banyak ne
“Hahhh…bagaimana caranya masuk ke alam lain, kan kita beda alam, mereka mahluk halus atau sebangsa jin, sedangkan kita manusia biasa..?” Kertamalaki sampai melongo dengan ucapan Eyang Sabur, saking kagetnya.“Di dunia ini tak ada yang tak mungkin, apakah kamu lupa pelajaran di bab 10 halaman 13? Siulan yang sudah kamu lakukan merupakan jalan menuju ke alam para jin itu,” ceplos Eyang Sabur.Kertamalaki dan Dafina yang sebelumnya sudah menjelaskan siapa dirinya pada putra mahkota ini sama bingungnya, penasaran mereka berdua, kok bisa mereka harus nyasar ke alam lain.Untuk membuktikan ucapannya, Eyang Sabur lalu meminta Kertamalaki membaca ulang di bab 10 di halaman 13, lalu dia minta keduanya saling bersemedhi sesuai dengan petunjuk dari Kitab Sukma ini.Tiba-tiba Kertamalaki dan Dafina kaget bukan main saat mereka melihat di depan rumah Eyang Sabur ini tiba-tiba saja berubah jadi rame dengan lalu lalang orang-orang yang hilir mudik dengan kesibukan masing-masing.Padahal seingat kedu
Raden Sabur menatap kedua pangeran ini dengan sambil tersenyum, tentu saja kabar yang dia bawa ini pastinya sangat mengejutkan bagi kedua pangeran ini.Bagaimana tidak, kerajaan ayah mereka kini terancam dari dua penjuru, yakni pasukan Ki Basarah yang kembali diceritakan Raden Sabur kini sudah sukses mengumpulkan lebih dari 50 ribu pasukan bersenjatanya, di tambah 50 ribu pasukan dari Ratu Sri Asih.“Asal kalian tahu, kalian kini sudah berada di alam Lelembut ini hampir 5 bulan, dan dari informasi yang ku dapatkan, kerajaan yang baru berdiri, yakni Borneo Tengah sudah 30 persen wilayahnya di rebut Ki Basarah, sedangkan kerajaan Hilir Sungai sudah 2 wilayah yang berhasil mereka caplok!”“Hahh…perasaan aku hanya beberapa hari di sini, kok bisa 5 bulan?” Remibara benar-benar tak mengerti, termasuk Kertamalaki dan Dafina yang ikutan terperanjat.Raden Sabur kembali menjelaskan, kalau waktu di alam nyata dan alam Lelembut memiliki perbedaan yang tak masuk akal, tapi nyata.“Raden Sabur…apa
Dafina yang langsung kaget kini memandang ngeri, dia berlindung di belakang Kertamalaki dan Remibara. Bagaimana tak ngeri melihat Ratu Sri Asih berubah jadi ular raksasa, Remibara lalu berbisik ke Dafina dan Kertamalaki, keduanya mengangguk paham.Ketiganya langsung merapalkan mantera dari Raden Sabur, Remibara tiba-tiba memandang tajam penjelmaan Ratu Sri Asih ini.“Kamu boleh jadi ular, tapi lihatlah, akupun bisa berubah jadi Naga…!” dan semua pasukan siluman anak buah Ratu Sri Asih langsung melongo, saat Remibara tiba-tiba mulai berubah jadi Naga yang luar biasa besarnya, bahkan 2X lebih besar dari ular penjelmaan Ratu Sri Asih.Bahkan seolah-olah Naga ini sampai menaungi ribuan pasukan Lelembut ini, dan yang bikin pasukan ini ketakutan, Naga ini mengeluarkan api dan menyemburkan ke mereka, sehingga pasukan ini tercerai berai berlarian ke sana kemari menyelamatkan diri.Setelah pasukan ini tercerai berai, Naga dengan mata memerah menyeramkan ini lalu berpaling dan menghadap ke arah