Beranda / Pendekar / Pendekar Romantis / Bab 381 - Bab 390

Semua Bab Pendekar Romantis: Bab 381 - Bab 390

537 Bab

Bab 401: Bertemu Putri Gea, Tapi…?

Selama 3 hari berturut-turut ramuan berasa harum kopi itu selalu rutin di minum Amanda, dan selama itu pula Sembara mulai mengajarkan ilmu silat buat gadis bule yang sempat hamil dengannya namun keguguran ini.Awalnya tujuan Sembara agar Amanda bisa menjaga diri, ternyata Amanda sangat berbakat sekali, sehingga dia dapat mengikuti petunjuk silat yang Sembara ajarkan.Tepat hari ke 4 Amanda benar-benar mens, dan keluarlah darah merah kehitaman, Amanda sampai mengeluh mulas sekali perutnya sebelum darah hitam itu keluar bercampur darah mens, setelahnya mensnya lancar dan tidak berasa sakit lagi. Amanda kini mulai gemuk lagi badannya, karena makannya lancar, bahkan dari hari ke hari wajahnya kembali ceria dan cantik lagi.Amanda juga lebih suka berpakaian ala orang pribumi, dia kini makin nyaman dengan baju itu, tidak mau lagi berbaju ala orang barat.Dan yang membuat badannya makin gemoy lagi, yakni berkat setiap hari rutin latihan silat yang diajarkan Sembara, sehingga dengan makin
Baca selengkapnya

Bab 402: Kakek Aneh Ini Jatuh Cinta dengan Si Jelita Gea

Di suatu pagi yang cerah, langit bersinar terang, seorang gadis cilik cantik terlihat berlatih silat seorang diri di halaman belakang sebuah rumah besar yang mirip Istana.Tanpa si gadis cilik ini sadari, sejak tadi kelakuannya dipantau dua orang wanita berbaju hitam.“Putri Gea, jangan kelamaan latihan, nanti siang kita mau jalan ke Istana, ada acara selamatan ulang tahun putra mahkota,” terdengara suara seorang wanita dari dalam Istana kecil.“Iya bibi Ohin, Gea sebentar lagi selesai latihannya,” teriak si bocah jelita ini.Namun itu teriakan terakhirnya, setelahnya Putri Gea terkulai setelah di totok salah seorang wanita berbaju hitam itu, lalu dia di pondong dan menghilang dalam sekejab di jalanan yang saat itu belum begitu ramai.Putri Ohin kemudian keluar lagi dan dia bingung keponakan cantiknya menghilang, berkali-kali Putri Ohin bersama anaknya yang juga sepupu Putri Gea, Pangeran Jawat yan usianya 2 tahun lebih tua memanggil-manggil, tapi Putri Gea tetap tak menyahut.Gegerla
Baca selengkapnya

Bab 403: Jadi Murid Ki Talang yang Sakti

“Kakek hebattt…kek ajarin Gea ilmu tadi, bikin pedang berubah jadi ular, sama melempar pedang itu…!” “Hehehe-…gampang itu cucuku, tapi bagaimana kalau ayah dan bunda kamu marah, kalau kamu ikut kakek?” “Biarin, paling marahnya bentar ajahh, pokoknya aku mau belajar dua ilmu itu dengan kakek hingga tamat!” “Huhh kayak buku aja tamat, nggak bisa sebentar butuh waktu lama, emank kamu mau ikut bersama kakek tinggal di hutan dan gua atau di rumah penginapan butut bertahun-tahun!” “Ga-papa, yang penting Gea bisa ilmu itu, ehh selain itu kakek bisa apalagi sih, jangan-jangan hanya dua ilmu doank, capeee dyehhh..!” Si kakek aneh ini malah terkekeh dan entah mengapa dia bak bertemu cucu sendiri, hingga tak marah dengan olokan Gea, dia seakan hidup lagi bertemu putri mungil cantik jelita yang ceria ini. “Nih lihat, kakek akan ajarkan kamu ini!” tiba-tiba si kakek mengambil air minum di dalam guci kecilnya dan di lempar ke atas, lalu bersiutan lah angin luar biasa dinginnya, Putri Gea sampa
Baca selengkapnya

Bab 404: Jadi Murid si Jenggot

Ki Jenggot membawa Remibara sangat jauh dari negeri Hilir Sungai, dia ngeri kalau sampai Prabu Sembara, ayah dari anak kecil tampan ini menyusulnya.Apalagi saat melihat bagaimana murkanya sang prabu itu sampai berputar-putar mencarinya, untung saat itu Ki Jenggot dan yang lain-lain bersembunyi.Andaikan masih lari pasti akan terkejar Sembara yang luar biasa marahnya. Bahkan saking murkanya, mereka semua melihat Sembara memukul air sungai dan semuanya takjub dan melongo, karena air sungai kecil itu langsung membeku dan setelahnya memukul sebuah batu sebesar 5X gajah yang langsung jadi debu.Saat itu mereka semua, Ki Pandit, Ki Sohail, Ki Jantra, hingga Ki Jenggot, termasuk 5 Serigala Meratus bersembunyi di sebuah gua kecil, mereka semua menahan nafas sehingga Sembara tak berhasil menemukan musuh-musuhnya ini.Kenapa mereka harus bersembunyi?Karena semua sudah terluka dalam ketika bertarung dengan Malaki, kalau mereka nekat melawan Sembara, sama dengan mati konyol.Setelah yakin Semba
Baca selengkapnya

Bab 405: Tak Sadar Bersaudara

Putri Gea pun minggir, entah mengapa Putri Grea malah berdiri di dekat Remibara, keduanya terlihat cuek-cuekan saja, padahal jarak mereka dekat sekali, Remibara lebih tinggi setelinga dari Putri Gea.Tentu saja keduanya tak pernah tahu kalau bersaudara, sama-sama anak-anak Sembara beda ibu, usia mereka beda setahun, Remibara jelang 11 tahun dan Putri Gea hampir 12 tahunan.“Kira-kira siapa yang menang,” Remibara duluan ngajak bicara, tapi matanya melihat dua orang yang kini sudah bersiap bertarung.“Tentu guruku donk, dia hebat, ahli sihir, ahli terbang dan bisa bikin air jadi es, lihat saja!” sahut Putri Gea sambil mengangkat dagu.“Gitu ya…baiklah kita lihat, apakah si Jenggot kalah melawan si kakek kurus cebol,” sahut Rembara cuek, bak orang dewasa.“Ih kamu cowok apa cewek sih, jangan-jangan cewek berbaju lelaki,” Putri Gea kini menatap Remibara.“Hmmm…laki-laki lah, apa perlu aku buka celanaku!”“Ihh najissss, lelaki kurang ajar kamu!” Putri Gea langsung kumat penyakit marahnya.
Baca selengkapnya

Bab 406: Pelajaran Ahlak yang Salah

Itulah pemandangan rutin setiap minggu atau 2 minggu sekali yang Remibara saksikan dari Ki Jenggot, yang sungguh-sungguh mengajarinya ilmu-ilmu silat laur biasa yang dimilikinya.Sebagai salah seorang tokoh jahat, Ki Jenggot tak pernah mengajarkan ahklak yang baik buat Remibara, untungnya anak kecil yang mulai beranjak remaja ini masih bisa memilih untuk tak sembarangan turun tangan kalau membunuh orang, beda dengan Ki Jenggot.Darah ayah dan kakeknya rupanya lebih kuat dari darah masalalu ibunya Putri Remi yang sempat tersesat, ataupun ajaran menyimpang dari Ki Jenggot.Tapi akibatnya, sifatnya jadi cuek dan keras hati, serta hanya membawa sesuatu yang diyakininya benar.Dan kelakuan Ki Jenggot kadang merusak alam bawah sadarnya, erangan dan suara-suara bercinta membuat pikiran Remibara puyeng sendiri.Sejak usia 10 tahun mendekati 11 tahun dan kini jalan 13 tahun, Remibara bak melihat pelajaran yang jauh dari kebenaran dari gurunya ini. Namun soal kesaktian, Remibara luar biasa maju
Baca selengkapnya

Bab 407: Kitab Peninggalan Pendekar Asmara

Remibara mendekat dan ia kaget melihat sebuah kotak yang terbuat dari besi, remaja tanggung ini membatalkan bersemedhi, setelah berada di pinggir air terjun dan berpakaian kembali, ia mengamati kotak besi seukuran 30 puluh centimetaran.“Aku harus memperlihatkan kotak ini ke Ki Jenggot,” setelah berpikir begitu, dengan gesit dan cepat ia turun dan kembali ke gua mereka.Ki Jenggot melihat-lihat kotak ini, dia sama penasarannya dengan Remibara. “Coba kamu buka pelan-pelan Remibara, apa isinya?” Ki Jenggot menyerahkan kotak ini pada muridnya kembali.Remibara pun meletakan kotak itu, dan Remibara mengerahkan tenaga dalamnya mulai menarik kuncinya hingga patah, setelah itu pelan-pelan ia membuka kotak itu srattttt…tiba-tiba melayanglah sebuah benda mirip panah kecil, hanya beberapa centi dari wajah Remibara, baiknya secara refleks remaja tanggung ini bisa menghindar.Ki Jenggot saja sampai terkaget-kaget. “Awas Remibara hati-hati, kayaknya ada jebakan,” Ki Jenggot sampai berteriak kecil
Baca selengkapnya

Bab 408: Bertemu 4 Permasiuri

Setelah hampir 3 mingguan berjalan, dari kejauhan Remibara melihat sebuah kampung yang rame, mereka saat itu berada di pinggiran hutan, tak jauh dari jalananan umum, di mana biasa hilir mudik kuda dan juga kereta.“Ki Jenggot, aku ke kampung itu dulu, mau beli makanan dan juga arak, tunggu saja dulu di sini, sambil Aki bersemedhi!” sebutan nama yang sejak 5 tahun lalu tak berubah sampai Remibara kini jadi remaja tanggung.“Ya Remibara, aku tunggu di sini!” Ki Jenggot lalu duduk bersemedhi dan dia tenggelam dalam semedhinya, setelah melihat gurunya begitu, Remibara lalu melompat, gerakannya luar biasa cepatnya. Remibara merupakan remaja berpakaian sederhana, walaupun tampan rupawan, tapi ketampanannya tertutupi pakaiannya yang sederhana.Tubuhnya yang jangkung kokoh tapi agak kurus membuat orang mengira dia sudah dewasa.Begitu sampai di jalan desa yang rame, Remibara berjalan biasa, agar tidak menimbulkan keheranan orang-orang, ia bahkan menyingkir kalau ada kuda atau kereta lewat.
Baca selengkapnya

Bab 409: Bertemu Ayah Kandung

Prabu Sembara terdiam mendengar laporan ke 4 permaisurinya, tak ia kira Remibara kini sudah jadi remaja jangkung dan sangat tampan.“Hmm…jadi Ki Jenggot yang terluka dia bawa..?” ke empat permaisurinya mengangguk.Prabu Sembara dan ke empat permaisuri nya saat ini berada di kadipaten Kuala, yang berjarak 2 minggu perjalanan dari Kotaraja Bajama, dan kini mereka beristirahat di sebuah villa kerajaan.Saat itu ke empat permaisuri sedang berjalan-jalan dengan menunggang kuda, walaupun tanpa pengawalan yang ketat, siapa yang berani menganggu istri-istri maharaja ini, karena ke empatnya memiliki kesaktian yang sangat tinggi.Tentu saja banyak warga Kuala yang kagum melihat kecantikan ke 4 permaisuri ini, dan yang membuat mereka suka, ke empat bangsawan tinggi sangat ramah dan selalu duluan menegur warga yang lalu lalang.Ini sebuah pemandangan langka, kalau dulu, jangankan menyapa mengangat wajah saja warga tak berani, saking sungkannya.Tak disangka saat menyusuri jalanan yang agak sepi m
Baca selengkapnya

Bab 410: Ikatan Batin Permaisuri Padmasari dan Remibara

“Kanda…ternyata ini alasan Remibara melarang kami membunuh Ki Jenggot!” terdengar suara lembut, ternyata Putri Padmasari sudah berada di sisi Prabu Sembara.Putri Padmasari ternyata diam-diam mendengar semua ucapan Remibara, dia ikut terkejut, ternyata remaja tampan itu sangat marah dengan suaminya, yang juga ayahanda Remibara sendiri.Sebelumnya saat tahu suaminya mengejar Remibara, atas seizin 3 permaisuri yang lain, Putri Padmasari langsung menyusul diam-diam.Permaisuri Ranina lah yang meminta langsung. “Kayaknya Remibara lebih hormat ke kaka di bandingkan dengan kami, jadi kaka susullah, aku khawatir terjadi apa-apa terhadap ayah dan anak itu,” itulah ucapan Ranina, yang diiyakan Putri Soha dan Putri Amanda.Setelah Prabu Sembara dan Putri Padmasari pergi, barulah Permaisuri Ranina membuka alasannya. “Kalian mau tahu seperti apa wajah Putri Remi, ibunda Remibara?” Soha dan Amanda saling pandang, lalu menggeleng.“Wajahnya bak pinang di belah dua dengan Putri Padmasari, walaupun t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3738394041
...
54
DMCA.com Protection Status