Pembaca yang budiman, selanjutnya...tentu saja kisah lanjutan dari anak-anak sang Pendekar Romantis Prabu Sembara...! Bagaimana kisah Pangeran Remibara, Putri Gea, Pangeran Kertamalaki dan 3 adik ceweknya, jangan lupa putri mendiang Felicia dan Pangeran Dipa yang diculik Pimpinan Naga Hitam Dawina...? Juga musuh-musuh besar Remibara...?
Ki Jenggot membawa Remibara sangat jauh dari negeri Hilir Sungai, dia ngeri kalau sampai Prabu Sembara, ayah dari anak kecil tampan ini menyusulnya.Apalagi saat melihat bagaimana murkanya sang prabu itu sampai berputar-putar mencarinya, untung saat itu Ki Jenggot dan yang lain-lain bersembunyi.Andaikan masih lari pasti akan terkejar Sembara yang luar biasa marahnya. Bahkan saking murkanya, mereka semua melihat Sembara memukul air sungai dan semuanya takjub dan melongo, karena air sungai kecil itu langsung membeku dan setelahnya memukul sebuah batu sebesar 5X gajah yang langsung jadi debu.Saat itu mereka semua, Ki Pandit, Ki Sohail, Ki Jantra, hingga Ki Jenggot, termasuk 5 Serigala Meratus bersembunyi di sebuah gua kecil, mereka semua menahan nafas sehingga Sembara tak berhasil menemukan musuh-musuhnya ini.Kenapa mereka harus bersembunyi?Karena semua sudah terluka dalam ketika bertarung dengan Malaki, kalau mereka nekat melawan Sembara, sama dengan mati konyol.Setelah yakin Semba
Putri Gea pun minggir, entah mengapa Putri Grea malah berdiri di dekat Remibara, keduanya terlihat cuek-cuekan saja, padahal jarak mereka dekat sekali, Remibara lebih tinggi setelinga dari Putri Gea.Tentu saja keduanya tak pernah tahu kalau bersaudara, sama-sama anak-anak Sembara beda ibu, usia mereka beda setahun, Remibara jelang 11 tahun dan Putri Gea hampir 12 tahunan.“Kira-kira siapa yang menang,” Remibara duluan ngajak bicara, tapi matanya melihat dua orang yang kini sudah bersiap bertarung.“Tentu guruku donk, dia hebat, ahli sihir, ahli terbang dan bisa bikin air jadi es, lihat saja!” sahut Putri Gea sambil mengangkat dagu.“Gitu ya…baiklah kita lihat, apakah si Jenggot kalah melawan si kakek kurus cebol,” sahut Rembara cuek, bak orang dewasa.“Ih kamu cowok apa cewek sih, jangan-jangan cewek berbaju lelaki,” Putri Gea kini menatap Remibara.“Hmmm…laki-laki lah, apa perlu aku buka celanaku!”“Ihh najissss, lelaki kurang ajar kamu!” Putri Gea langsung kumat penyakit marahnya.
Itulah pemandangan rutin setiap minggu atau 2 minggu sekali yang Remibara saksikan dari Ki Jenggot, yang sungguh-sungguh mengajarinya ilmu-ilmu silat laur biasa yang dimilikinya.Sebagai salah seorang tokoh jahat, Ki Jenggot tak pernah mengajarkan ahklak yang baik buat Remibara, untungnya anak kecil yang mulai beranjak remaja ini masih bisa memilih untuk tak sembarangan turun tangan kalau membunuh orang, beda dengan Ki Jenggot.Darah ayah dan kakeknya rupanya lebih kuat dari darah masalalu ibunya Putri Remi yang sempat tersesat, ataupun ajaran menyimpang dari Ki Jenggot.Tapi akibatnya, sifatnya jadi cuek dan keras hati, serta hanya membawa sesuatu yang diyakininya benar.Dan kelakuan Ki Jenggot kadang merusak alam bawah sadarnya, erangan dan suara-suara bercinta membuat pikiran Remibara puyeng sendiri.Sejak usia 10 tahun mendekati 11 tahun dan kini jalan 13 tahun, Remibara bak melihat pelajaran yang jauh dari kebenaran dari gurunya ini. Namun soal kesaktian, Remibara luar biasa maju
Remibara mendekat dan ia kaget melihat sebuah kotak yang terbuat dari besi, remaja tanggung ini membatalkan bersemedhi, setelah berada di pinggir air terjun dan berpakaian kembali, ia mengamati kotak besi seukuran 30 puluh centimetaran.“Aku harus memperlihatkan kotak ini ke Ki Jenggot,” setelah berpikir begitu, dengan gesit dan cepat ia turun dan kembali ke gua mereka.Ki Jenggot melihat-lihat kotak ini, dia sama penasarannya dengan Remibara. “Coba kamu buka pelan-pelan Remibara, apa isinya?” Ki Jenggot menyerahkan kotak ini pada muridnya kembali.Remibara pun meletakan kotak itu, dan Remibara mengerahkan tenaga dalamnya mulai menarik kuncinya hingga patah, setelah itu pelan-pelan ia membuka kotak itu srattttt…tiba-tiba melayanglah sebuah benda mirip panah kecil, hanya beberapa centi dari wajah Remibara, baiknya secara refleks remaja tanggung ini bisa menghindar.Ki Jenggot saja sampai terkaget-kaget. “Awas Remibara hati-hati, kayaknya ada jebakan,” Ki Jenggot sampai berteriak kecil
Setelah hampir 3 mingguan berjalan, dari kejauhan Remibara melihat sebuah kampung yang rame, mereka saat itu berada di pinggiran hutan, tak jauh dari jalananan umum, di mana biasa hilir mudik kuda dan juga kereta.“Ki Jenggot, aku ke kampung itu dulu, mau beli makanan dan juga arak, tunggu saja dulu di sini, sambil Aki bersemedhi!” sebutan nama yang sejak 5 tahun lalu tak berubah sampai Remibara kini jadi remaja tanggung.“Ya Remibara, aku tunggu di sini!” Ki Jenggot lalu duduk bersemedhi dan dia tenggelam dalam semedhinya, setelah melihat gurunya begitu, Remibara lalu melompat, gerakannya luar biasa cepatnya. Remibara merupakan remaja berpakaian sederhana, walaupun tampan rupawan, tapi ketampanannya tertutupi pakaiannya yang sederhana.Tubuhnya yang jangkung kokoh tapi agak kurus membuat orang mengira dia sudah dewasa.Begitu sampai di jalan desa yang rame, Remibara berjalan biasa, agar tidak menimbulkan keheranan orang-orang, ia bahkan menyingkir kalau ada kuda atau kereta lewat.
Prabu Sembara terdiam mendengar laporan ke 4 permaisurinya, tak ia kira Remibara kini sudah jadi remaja jangkung dan sangat tampan.“Hmm…jadi Ki Jenggot yang terluka dia bawa..?” ke empat permaisurinya mengangguk.Prabu Sembara dan ke empat permaisuri nya saat ini berada di kadipaten Kuala, yang berjarak 2 minggu perjalanan dari Kotaraja Bajama, dan kini mereka beristirahat di sebuah villa kerajaan.Saat itu ke empat permaisuri sedang berjalan-jalan dengan menunggang kuda, walaupun tanpa pengawalan yang ketat, siapa yang berani menganggu istri-istri maharaja ini, karena ke empatnya memiliki kesaktian yang sangat tinggi.Tentu saja banyak warga Kuala yang kagum melihat kecantikan ke 4 permaisuri ini, dan yang membuat mereka suka, ke empat bangsawan tinggi sangat ramah dan selalu duluan menegur warga yang lalu lalang.Ini sebuah pemandangan langka, kalau dulu, jangankan menyapa mengangat wajah saja warga tak berani, saking sungkannya.Tak disangka saat menyusuri jalanan yang agak sepi m
“Kanda…ternyata ini alasan Remibara melarang kami membunuh Ki Jenggot!” terdengar suara lembut, ternyata Putri Padmasari sudah berada di sisi Prabu Sembara.Putri Padmasari ternyata diam-diam mendengar semua ucapan Remibara, dia ikut terkejut, ternyata remaja tampan itu sangat marah dengan suaminya, yang juga ayahanda Remibara sendiri.Sebelumnya saat tahu suaminya mengejar Remibara, atas seizin 3 permaisuri yang lain, Putri Padmasari langsung menyusul diam-diam.Permaisuri Ranina lah yang meminta langsung. “Kayaknya Remibara lebih hormat ke kaka di bandingkan dengan kami, jadi kaka susullah, aku khawatir terjadi apa-apa terhadap ayah dan anak itu,” itulah ucapan Ranina, yang diiyakan Putri Soha dan Putri Amanda.Setelah Prabu Sembara dan Putri Padmasari pergi, barulah Permaisuri Ranina membuka alasannya. “Kalian mau tahu seperti apa wajah Putri Remi, ibunda Remibara?” Soha dan Amanda saling pandang, lalu menggeleng.“Wajahnya bak pinang di belah dua dengan Putri Padmasari, walaupun t
“Ibuku…Putri Remi…ayah…mohon maaf Ki Talang, aku tak bisa mengungkapkannya, karena aku sendiri…belum pernah berjumpa dengannya!” Ki Talang malah tersenyum, Remibara tak tahu kalau Ki Talang orang yang sudah kenyang pengalaman, tapi kakek tua ini tak mendesaknya, dia mengangguk-angguk maklum saja.Namun sejak saat itu Ki Talang tak pernah lagi bertanya soal ayahnya, juga tentang riwayat Remibara, hingga remaja ini makin senang. Setelah makan dan beritirahat, bahkan kini di angkat kembali oleh Remibara ke teras pondok, keduanya ngobrol akrab.Padahal tadi pagi Remibara ingin mengajaknya bertarung, Remibara sebenarnya tak mau, cuman karena terlanjur berjanji saja dengan Ki Jenggot, sehingga ia mengiyakan saat itu.Karena Remibara tahu, Ki Talang adalah tokoh golongan bersih, beda dengan Ki Jenggot yang menyeleweng karena sakit hati istrinya di perkosa musuh besarnya puluhan tahun yang lalu.“Remibara…aku ingin melihat kamu bersilat, apa saja yang sudah di pelajari bersama si Jenggot ata
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma