Dua minggu kemudian Remibara sudah sampai di sebuah kampung yang rame, Remibara merasa lapar.Saat akan menuju ke sebuah rumah makan yang mewah, dan terlihat rame, Remibara kaget saat melihat dua orang berpakaian ala kadarnya terlihat di usir dua penjaga.“Disini tak boleh masuk bagi yang pakainnya seperti kalian, sono cari rumah makan sederhana,” usir dua penjaga berwajah kejam dan kumis melintang.Remibara lalu ingat kitab peninggalan pendekar asmara, di sana tertulis cara dan gaya sang pendekar flamboyan itu, yakni suka sekali pakaian-pakaian mewah dan perlente juga suka pakai harum-haruman.“Gini-gini kan aku juga turunan bangsawan, walaupun aku benci ayahku…tapi mau gimana lagi!” batin Remibara, ia lalu memegang kantong uangnya dan ternyata masih banyak keping emas pemberian Ki Jenggot dulu.Remibara tak jadi menuju rumah makan itu, dia malah menuju ke sebuah toko pakaian terbesar yang ada di kota ini.Melihat ada pria rupawan yang berbaju sederhana celingak-celinguk melihat-liha
“Ahaiii…ada pangeran tampan nyasar ke sini, heeee tampan, pergi sono, ini bukan urusan kamu, sayang wajah tampan kamu yang kayak cewek itu bonyok kalau kena pukulan geledekku,” si kepala rampok ini tergelak sampai perutnya yang agak tambun terguncang.Tiba-tiba ada teriakan minta tolong, saat seorang perampok menarik keluar seorang wanita cantik dari dalam kereta, lalu keluarlah seorang lelaki agak tua dan perut gendut hampir sama dengan perut si kepala rampok, terlihat memohon-mohon agar wanita muda yang cantik itu jangan di culik.“He-he-he, si lintah darat ini punya bini baru lagi, ini yang ke berapa hahhh,” bentak si kepala rampok ini.“Haiyaaa…ini yang ke 7 tuan pelampok, kalian ambil saja halta owe, tapi bini owe jangan di bawa yaa…ini balu 3 bulan owe jadiin bini!” sahut si gendut yang ternyata seorang warga keturunan, yang terkenal sebagai pedagang sekaligus rentiner ini.“Ha-ha-ha…dasar gendut, bini aja sampai 7, bawa istrinya itu, bawa juga semua hartanya di kereta!” perinta
Liong Balado kaget bukan main menerima laporan ART nya itu, dia lalu mengecek kamar istri ke 7 nya, namun kamar istri ke 7 nya terkunci. Apalagi saat ART nya ini secara apa adanya bilang terdengar jelas suara Nyai Tari seperti keenakan dan mendesah-desah.Bukan main marah dan cemburunya Liong Balado ini, belum selesai ART nya ini bercerita, dia bergegas menuju ke kamar istrinya itu, dan kini sudah di depan pintu kamarnya tersebut.Liong Balado lalu berteriak-teriak, tiba-tiba pintu kamar terbuka dan istrinya terlihati menguap, seperti orang habis bangun tidur.“Ada apa sih koh, pagi-pagi sudah ribut saja, aku masih ngantuk tahu nda, mengganggu saja!” Nyai Tari kelihatan sangat kesal, ART itu langsung melongo, sampai menepuk-nepuk pipinya.“Nggak…nggak apa-apa Nyai hanya…anu-anuu…hei Picin, kamu bilang apa sih tadi, nih liat si Nyai ada di kamarnya sendiri?” Liong Balado mendelik marah pada ART nya ini, yang tadi menggebu-nggebu memberi laporan padanya.“Emank si Picin ngomong apa sih
Seminggu kemudian, Remibara yang sudah jauh kabur meninggalkan kampung di mana Liong Balado dan istri-istrinya tinggal, kini hanya bisa menyesali kelakuannya.Ada rasa malu dan juga sesal di hatinya, kenapa sampai nekat menggauli Nyai Tari, padahal itu jelas-jelas istri orang.Arya dan Arjun yang setia menemani sungkan bertanya, mereka hanya mengikuti kemana tuan mudanya ini pergi.Mereka sampai di sebuah kota yang sangat rame, apalagi kota pelabuhannya, hilir mudik kapal besar dan kecil, dan ketiganya seperti biasa mencari rumah makan untuk mengisi perut, uang keping emas sekantong yang diam-diam Remibara ambil dari lemari penyimpanan uang milik Liong Balado, membuat ia tak sungkan menuju rumah makan mewah ini.Remibara tak sadar ini merupakan wilayah Kadipaten Pangsa, yang beberapa tahun lalu sempat bikin heboh, karena sang kepala Kadipatennya mendirikan Kerajaan Pangsa pisah dari Kerajaan Hilir Sungai.Namun niat Ki Basarah berhasil di tumpas Prabu Sembara dan puluhan ribu pasukan
Putri Gea lalu memasukan lagi pedangnya ke dalam sarung, karena dia melihat Remibara tidak menggunakan senjata.“Hmm…belum pernah aku melihat pria se-ganteng dia, mana pakaiannya bagus lagi, siapa sebenarnya si Remibara ini,” batin Putri Gea.Melihat Remibara malah berdiri saja tidak menyerangnya, Putri Gea langsung gemes, dia lalu melancarkan serangan pertama, yakni pembukaan Jurus Bangkui.Jari-jari lentiknya yang sudah terisi tenaga dalam membentuk cakar dan langsung mengarah ke wajah dan lambung Remibara.Remibara tentu saja kaget bukan main, jurus pembuka ini sudah sangat ganas dan menimbulkan angin dingin.Tapi Remibara dengan mudah bisa menghindar, merasa jurus pertama mudah dielakan Remibara tanpa menyerangnya. Putri Gea merasa remaja ini menganggapnya remeh, dia pun memperkuat seranganannya, dan lagi-lagi gagal, sudah lebih 5 jurus semuanya dengan mudah dielakan Remibara. Bukan main panasnya hati Putri Gea.“Keparat!” serunya marah dan kembali jurusnya menyerang dengan gerak
Maka mulailah Remibara bercerita soal niat awalnya, yakni memang ingin menantang Ki Talang, sesuai pesan bekas gurunya Ki Jenggot.Namun saat tahu Ki Talang sakit akibat bertarung dengan musuh besarnya Ki Bando, Remibara malah simpati dengan Ki Talang dan mulailah ia akrab dengan guru Putri Gea itu.Lalu tanpa di duga di angkat murid dan berlatih selama 6 bulan, lalu Ki Talang suatu pagi meninggal setelah Remibara selesai latihan.“Nahh pas kamu datang, aku sudah 3 jam lebih berdiam di depan makamnya, rasanya berat meninggalkan beliau, banyak sekali jasa beliau padaku. Walaupun kami hanya 6 bulan bersama, rasanya bak 6 tahun seperti saat bersama mendiang Ki Jenggot!” Remibara menghela nafas sambil meminum pelan araknya.“Hmmm Ki Bando…awas saja kali ketemu kelak…Remibara…aku minta maaf yaa…sudah menuduhmu yang bukan-bukan, eh kamu hebat sekali, belajar di mana sih, apalagi tadi jurus terakhir kamu itu, ngeri banget, jantungku hampir berhenti berdetak!”“Gea…aku juga minta maaf, habisn
Putri Gea menangis sesengukan di hadapan ayah dan bundanya, Prabu Sembara dan Putri Padmasari. Cinta pertamanya gagal total, setelah mendengar penjelasan ibunda dan ayahandanya ini, karena Remibara adalah saudara kandungnya beda ibu.Melihat terguncangnya sang putri kesayangan ini, Putri Padmasari langsung memeluk putri tunggalnya tersebut, dia pun ikut meneteskan airmata, karena putri kesayangannya ini jatuh cinta pada saudara sendiri, tanpa tahu siapa jati diri Remibara.“Sabarlah sayang…bunda tahu kamu mencintai Remibara dan dia juga sangat mencintai kamu, buktinya dia pingsan…tapi kamu harus tahu anakku, dia adalah saudara kamu sendiri, ibunya Putri Remi dan ayahandanya, ayah kamu ini!”Nyai Padmasari lalu mengisahkan siapa adanya Putri Remi dan yang bikin Putri Gea kaget bukan kepalang, Putri Remi ternyata sepupu jauh ibunya, karena nenek Putri Remi dan nenek Putri Padmasari ternyata bersaudara. Prabu Sembara pun baru tahu setelah Permaisurinya ini menelusuri kenapa wajahnya sang
Ki Talo sampai kaget bukan kepalang, saat tahu Remibara dan Putri Gea bersaudara. “Untung saja mereka selama bergaul tak pernah bablas, kalau iya, betapa aibnya keluarga Prabu Sembara,” batin Ki Talo, yang menatap kereta kerajaan ini pergi dari rumah besarnya.Ki Talo sendiri bukan orang lain bagi Prabu Sembara, karena dia juga bangsawan tinggi dan sepupu jauh sang prabu ini.Sampai di Istana di Kotaraja Bajama, ke 3 permaisuri juga sama kagetnya, saat tahu Putri Gea mencintai Remibara yang ternyata saudara kandung sendiri, semua memandang kasian pada si jelita ini.Putri Ranina sampai geleng-geleng, apalagi saat tahu betapa cintanya sang putri sulung ini pada Remibara yang dikatakan sangat rupawan itu.Putri Soha yang paling memanjakan Putri Gea dan kelakuannya sangat mirip, sampai rela menemani anak sambungnya ini selama berhari-hari, agar semangatnya bangkit lagi.Sejak hari itu, Putri Gea makin rajin berlatih dan sesekali di temani Pangeran Kertamalaki, dan kadang di bimbing langs
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma