Home / Pendekar / Pendekar Romantis / Chapter 311 - Chapter 320

All Chapters of Pendekar Romantis: Chapter 311 - Chapter 320

537 Chapters

Bab 311: Menyusup ke Kapal Portugis dan Bertemu Amanda

Kini Sembara memeluk tubuh denok dan harum Nyi Padmasari, tak ia sangka begitu tragisnya nasib mantan selir cantik ini, matanya memerah sambil menyandarkan kepalanya di dada bidang pendekar sakti ini.“Apakah kamu ingin kembali ke kampung halaman kamu Nyi…aku akan menebus kamu dari Nyai Tulip? Dan akan aku carikan kapal yang bisa membawa kembali ke kampung halaman!” Sembara menatap wajah Nyi Padmasari.Nyi Padmasari langsung menggeleng. “Bulan lalu aku bertemu dengan seorang pelancong yang memboking aku nyanyi, dia bilang kini kerajaan lama sudah musnah. Seluruh keluarga Istana terdahulu di basmi habis, kalau aku pulang siapa yang akan aku temui di sana…!” Nyi Padmasari hanya tersenyum pahit, dia tidak lagi menangis, sudah terlalu sering menangis dan kini sudah kebal.“Apa rencana kamu selanjutnya…tak mungkin kamu di sini selamanya bukan?” pancing Sembara.“Aku ingin tinggal di sebuah kampung yang damai dan bercocok tanam di sana, aku sudah bosan tinggal di kota seperti ini…!” dalam h
Read more

Bab 312: Ada Penyusup Lain di Kapal Portugis

Amanda menarik Sembara dan dengan berbisik bertanya kenapa Sembara sampai tersesat di kapal mereka dan apa yang dia cari.Tak ingin berbohong pada gadis bule cantik ini, Sembara lalu mengisahkan secara singkat soal peta itu.Amanda langsung kaget. “Gila…ternyata benar gosip itu, ayah dan beberapa orang berniat mau kuasai kerajaan ini…!” Amanda terlihat gelisah.Sembara sampai terdiam, dan tak menduga gadis bule ini ternyata tak tahu menahu soal rencana makar kelompok yang dianggap Ki Sapuan sangat berbahaya ini.Keduanya kemudian berbicara mengatur siasat, saat itulah tiba-tiba ada ketukan di pintu kamar yang agak keras, Amanda dan Sembara saling pandang, Sembara lalu memberi kode agar Amanda segera buka pintu kamarnya.Dengan agak ragu Amanda pun membuka. “Amanda kamu tak apa-apa, kamu sama siapa di kamar?” tanya seorang pria bule tinggi besar sambil menatap gadis bule ini.“Emmhh…!” Amanda gugup menjawab.“Maaf tuan…saya teman Amanda?” si bule tinggi besar dan Amanda sama-sama kaget
Read more

Bab 313: Bahayanya Gerakan Makar

Besoknya, Sembara duduk santai di sebuah warung makan yang tak terlalu rame, hampir dua jam menunggu seseorang. Tak lama terlihat sebuah kereta kuda, dan keluarlah seorang wanita bule yang sangat cantik dengan rambut jagungnya.Kali ini si bule yang ternyata Amanda datang sendiri, di tangannya dia membawa semacam bakul belanjaan.Amanda terus saja masuk dan kini duduk berhadapan dengan Sembara, dia kemudian menyodorkan bakul berisi sayur pada Sembara.Pendekar ini tersenyum dan mengambil sesuatu dari bakul itu, yakni senjatanya berupa pedang bengkok serta sebuah gulungan peta. “Terima kasih Amanda, jasa kamu tak akan aku lupakan, kamu telah turut membantu aku mencegah perbuatan makar para kelompok jahat tersebut,” Sembara sampai berdiri dan membungkuk hormat, hingga wanita bule ini tertawa kecil.Itulah siasat keduanya tadi malam, Sembara sengaja menitip atau menyembunyikan pedang bengkoknya juga peta yang ia curi di sebuah ruangan kapal itu, lalu Sembara pura-pura ‘nginap’ di kamar
Read more

Bab 314: Alfred Berada di Balik Penculikan

Belum sempat Sembara bicara, tiba-tiba Ki Sapuan datang, dia pun langsung menengahi pertikaian warga dengan Sembara.“Tenang para warga, kalian sedang berhadapan dengan Pendekar Romantis, beliau sama kayak kita, sama-sama cinta tanah air. Ada apa sebenarnya?” cetus Ki Sapuan, sambil mengedarkan pandangannya pada para warga yang masih marah ini.Semua orang kini memandang Sembara, hampir saja Sembara ketar-ketir, kalau Ki Sapuan membuka jati dirinya sebagai Pangeran.Sembara tak ingin gerakannya malah akan menjadi kacau kalau jatidirnya di buka, ia pikir belum saatnya, dan untungnya Ki Sapuan ternyata bukan pendekar kemarin sore.Orang tua ini sangat lama malang melintang di dunia persilatan, termasuk membantu ayah Sembara menggulingkan Prabu Durja dahulu, sehingga dia paham, pangeran ini tak ingin gelar ke bangsawanannya diketahui orang.Akhirnya silih berganti warga menjelaskan tentang penculikan warganya oleh orang-orang bule alias berkulit putih, termasuk beberapa orang pribumi yan
Read more

Bab 315: Bertemu Pemimpin Kawanan Penculik

Setelah tak ada lagi yang menggunakan senjata api, Sembara kini menampakan diri, semuanya menatap Sembara yang muncul samar-samar di balik hutan yang gelap.Penampilan pendekar ini dengan baju khasnya abu-abu gelap, dengan senyum yang selalu menghias di bibir, membuat semua yang menatapnya makin keder.Walaupun tampan, tapi bagi 13 orang ini, wajah Sembara bak malaikat maut yang akan mencabut nyawa mereka.“Serang dia..!” teriak Alfred yang langsung menembakan pistolnya ke arah Sembara, tapi kali ini dengan gerakan sangat cepat Sembara berhasil menghindar, lalu serentak 12 orang menyerbu pendekar ini.Saat itulah dengan licik sambil sesekali melepaskan tembakan Alfred berlari ke arah kudanya dan kabur secepat-cepatnya dari sana, dia tak peduli 5 anak buahnya tewas, termasuk yang lain-lain.Sembara sangat jengkel dedengkotnya kabur, namun dia tak mungkin meninggalkan gelanggang pertarungan, apalagi ia ingat banyaknya wanita-wanita yang di sekap dalam pondok di tengah hutan ini.Dengan
Read more

Bab 316: Pendekar Berdarah Dingin

Tiga orang yang menyerang itu langsung terlempar bak daun kering, sejauh 20 meteran dan seketika itu meregang nyawa.Saking kerasnya serangan itu, sepatu Sembara sampai melesak ke dalam tanah hampir 10 centimeteran.Dada Sembara sedikit terasa sesak juga, tapi setelah dia menghembuskan nafas pelan-pelan, dadanya kembali plong.Ke 12 orang termasuk Ki Jarwo dan si Kembar Setan yang memang berilmu sangat tinggi sampai kaget bukan main, melihat dalam satu gebrakan rekan mereka tewas seketika, padahal ketiga orang itu ilmunya juga sangat tinggi.“Hebat…tak ku sangka julukan pendekar hantu atau pendekar romantis bukan isapan jempol…!” puji Ki Jarwo, sambil memperbaiki blangkonnya, karena tergeser sedikit akibat efek pukulan tadi.Srattt…dia pun mencabut kerisnya, warnanya langsung kemerah-merahan, tanda Ki Jarwo sudah mengerahkan tenaga dalamnya, termasuk Si Kembar Setan dan yang lainnya, kini dalam posisi siap tempur.Agaknya kali ini Sembara harus berhadapan dengan lawan yang sangat bera
Read more

Bab 317: Bertemu Ranina Kembali

Namun semua wanita itu berteriak ketakutan, saat melihat ada mayat-mayat yang hampir saja bikin jantung mereka copot, yakni ada beberapa yang tergantung di atas pohon, ada juga yang tersangkut di atas teras bangunan ini. Inilah efek dari pertarungan dahsyat antara Sembara dengan musuh-musuhnya. Mereka makin menjerit ketakutan saat melihat si kembar setan, yang mati penasaran dengan mata melotot, seakan sedang menatap para wanita-wanita yang di culik ini. Melihat ini, Sembara pun bergerak sangat cepat, dia mengambil dua pedang bekas musuh-musuhnya, lalu secara ajaib menggali super cepat sebuah lubang besar dan lumayan dalam di halaman pondok itu. Setelah itu, dengan kecepatan yang tak bisa diikuti mata para wanita-wanita ini, semua mayat-mayat itu di masukan ke dalam lubang galian tadi. Dan dalam waktu singkat semua mayat baik yang tersangkut di pohon ataupun terlempar lumayan jauh, sudah dikuburkan Sembara, tak lebih dari 20 menitan. Sembara menarik nafas lega, lebih lega lagi saa
Read more

Bab 318: Kota Bajama Makin Rame dengan Warga Asing

Sembara lalu kembali ke kota Pangsa, keanehan-keanehan yang ia alami diyakini pendekar sakti ini berasal dari si bule Alfred.Sembara kini kembali menuju ke Penginapa Bunga Tulip, namun sesampai di sini, pendekar romantis kaget bukan kepalang, setelah dapat laporan dari Nyai Tulip, kalau Nyi Padmasari sejak 2 hari yang lalu tak balik ke penginapan ini.Sembara terdiam dan lagi-lagi bingung, kemana harus mencari wanita cantik ini, niat ingin lepas kangen gara-gara melihat pakaian Kais dan Juri tersingkap langsung padam seketika, berganti kemarahan yang di tahan-tahan.Tak ingin berlama-lama di sana Sembara langsung pergi dan kini ia menuju dermaga, ingin melihat apakah kapal-kapal asing itu masih tambat, ataukah sudah berlayar kembali.Dan Sembara makin menjadi-jadi marahnya, karena kapal-kapal itu sudah berlayar sejak kemarin.Namun dia mendapatkan secercah harapan, dari keterangan beberapa warga yang tak sengaja ia kuping, kapal-kapal itu bukan balik ke negeri mereka, tapi sedang men
Read more

Bab 319: Bertemu Tengku Mimi, Kaget dengan Rencana Makar

Sembara kini berniat akan ke Istana, namun dia tak mau langsung bertemu ayahnya, Prabu Malaki. Tapi ia ingin menemui Tengku Mimi, permaisuri dan ibu sambungnya yang dianggap paling pengertian kalau dibandingkan dua permaisuri lainnya, Putri Kinanti dan Putri Galuh.“Aku sebaiknya tak perlu berterang dulu ke sana, aku akan malam saja menemui bunda permaisuri, baru aku menemui sahabatku Perwira Dalman lalu Jenderal Dusman, aku perlu tukar pikiran dengan keduanya!” batin Sembara.Sembara tentu saja tak tahu, kalau Perwira Dalman kini menjadi komandan di lingkungan Istana dan pangkatnya pun sangat tinggi.Walaupun belum jenderal, tapi selangkah lagi pangkatnya bakal naik jadi Jenderal Muda, Sembara tak tahu kalau Perwira Dalman adalah adik iparnya, karena dia menjadi suami Putri Amira.Sembara memanfaatkan waktu untuk melihat-lihat suasana kota Bajama yang luar bisa majunya, terutama bangunannya yang banyak berubah, termasuk warung-warung, penginapan hingga restoran.Banyak bangunan kini
Read more

Bab 320: Intrik Panas Di Dalam Istana

Sembara sudah tak bisa menahan hati lagi, dia pun memutuskan hari ini ke Istana dan ingin bertemu Prabu Malaki ayahnya.Ini semua juga atas saran Permaisuri Tengku Mimi yang meminta Sembara kali ini harus turun tangan membantu kerajaan.“Soal Permaisuri Kinanti yang masih sinis dengan kamu, siapa tahu dengan kelak kamu tanam jasa, Putri Kinanti akan berubah hatinya….aslinya dia itu baik, cuman mungkin karena ada ambisilah yang membuat dia begitu!” itu nasehat bijak Tengku Mimi.Sembara pun hari ini mengenakan baju layaknya seorang pangeran, dia tak ingin meruntuhkan wibawa ayahnya, dengan berpakaian seperti seorang perantau atau pendekar.Begitu sampai di gerbang Istana, komandan pengawal yang mengenal Sembara langsung kaget dan memberi hormat serta anggota pengamanan lainnya, langsung membentuk formasi rapi, sebagai bentuk penghormatan pada Sembara.Karena yang datang seorang pangeran tertua di kerajaan ini, kakak dari Pangeran Dipa, si Putra Mahkota.Walaupun bukan putra mahkota, na
Read more
PREV
1
...
3031323334
...
54
DMCA.com Protection Status