Setelah tak ada lagi yang menggunakan senjata api, Sembara kini menampakan diri, semuanya menatap Sembara yang muncul samar-samar di balik hutan yang gelap.Penampilan pendekar ini dengan baju khasnya abu-abu gelap, dengan senyum yang selalu menghias di bibir, membuat semua yang menatapnya makin keder.Walaupun tampan, tapi bagi 13 orang ini, wajah Sembara bak malaikat maut yang akan mencabut nyawa mereka.“Serang dia..!” teriak Alfred yang langsung menembakan pistolnya ke arah Sembara, tapi kali ini dengan gerakan sangat cepat Sembara berhasil menghindar, lalu serentak 12 orang menyerbu pendekar ini.Saat itulah dengan licik sambil sesekali melepaskan tembakan Alfred berlari ke arah kudanya dan kabur secepat-cepatnya dari sana, dia tak peduli 5 anak buahnya tewas, termasuk yang lain-lain.Sembara sangat jengkel dedengkotnya kabur, namun dia tak mungkin meninggalkan gelanggang pertarungan, apalagi ia ingat banyaknya wanita-wanita yang di sekap dalam pondok di tengah hutan ini.Dengan
Tiga orang yang menyerang itu langsung terlempar bak daun kering, sejauh 20 meteran dan seketika itu meregang nyawa.Saking kerasnya serangan itu, sepatu Sembara sampai melesak ke dalam tanah hampir 10 centimeteran.Dada Sembara sedikit terasa sesak juga, tapi setelah dia menghembuskan nafas pelan-pelan, dadanya kembali plong.Ke 12 orang termasuk Ki Jarwo dan si Kembar Setan yang memang berilmu sangat tinggi sampai kaget bukan main, melihat dalam satu gebrakan rekan mereka tewas seketika, padahal ketiga orang itu ilmunya juga sangat tinggi.“Hebat…tak ku sangka julukan pendekar hantu atau pendekar romantis bukan isapan jempol…!” puji Ki Jarwo, sambil memperbaiki blangkonnya, karena tergeser sedikit akibat efek pukulan tadi.Srattt…dia pun mencabut kerisnya, warnanya langsung kemerah-merahan, tanda Ki Jarwo sudah mengerahkan tenaga dalamnya, termasuk Si Kembar Setan dan yang lainnya, kini dalam posisi siap tempur.Agaknya kali ini Sembara harus berhadapan dengan lawan yang sangat bera
Namun semua wanita itu berteriak ketakutan, saat melihat ada mayat-mayat yang hampir saja bikin jantung mereka copot, yakni ada beberapa yang tergantung di atas pohon, ada juga yang tersangkut di atas teras bangunan ini. Inilah efek dari pertarungan dahsyat antara Sembara dengan musuh-musuhnya. Mereka makin menjerit ketakutan saat melihat si kembar setan, yang mati penasaran dengan mata melotot, seakan sedang menatap para wanita-wanita yang di culik ini. Melihat ini, Sembara pun bergerak sangat cepat, dia mengambil dua pedang bekas musuh-musuhnya, lalu secara ajaib menggali super cepat sebuah lubang besar dan lumayan dalam di halaman pondok itu. Setelah itu, dengan kecepatan yang tak bisa diikuti mata para wanita-wanita ini, semua mayat-mayat itu di masukan ke dalam lubang galian tadi. Dan dalam waktu singkat semua mayat baik yang tersangkut di pohon ataupun terlempar lumayan jauh, sudah dikuburkan Sembara, tak lebih dari 20 menitan. Sembara menarik nafas lega, lebih lega lagi saa
Sembara lalu kembali ke kota Pangsa, keanehan-keanehan yang ia alami diyakini pendekar sakti ini berasal dari si bule Alfred.Sembara kini kembali menuju ke Penginapa Bunga Tulip, namun sesampai di sini, pendekar romantis kaget bukan kepalang, setelah dapat laporan dari Nyai Tulip, kalau Nyi Padmasari sejak 2 hari yang lalu tak balik ke penginapan ini.Sembara terdiam dan lagi-lagi bingung, kemana harus mencari wanita cantik ini, niat ingin lepas kangen gara-gara melihat pakaian Kais dan Juri tersingkap langsung padam seketika, berganti kemarahan yang di tahan-tahan.Tak ingin berlama-lama di sana Sembara langsung pergi dan kini ia menuju dermaga, ingin melihat apakah kapal-kapal asing itu masih tambat, ataukah sudah berlayar kembali.Dan Sembara makin menjadi-jadi marahnya, karena kapal-kapal itu sudah berlayar sejak kemarin.Namun dia mendapatkan secercah harapan, dari keterangan beberapa warga yang tak sengaja ia kuping, kapal-kapal itu bukan balik ke negeri mereka, tapi sedang men
Sembara kini berniat akan ke Istana, namun dia tak mau langsung bertemu ayahnya, Prabu Malaki. Tapi ia ingin menemui Tengku Mimi, permaisuri dan ibu sambungnya yang dianggap paling pengertian kalau dibandingkan dua permaisuri lainnya, Putri Kinanti dan Putri Galuh.“Aku sebaiknya tak perlu berterang dulu ke sana, aku akan malam saja menemui bunda permaisuri, baru aku menemui sahabatku Perwira Dalman lalu Jenderal Dusman, aku perlu tukar pikiran dengan keduanya!” batin Sembara.Sembara tentu saja tak tahu, kalau Perwira Dalman kini menjadi komandan di lingkungan Istana dan pangkatnya pun sangat tinggi.Walaupun belum jenderal, tapi selangkah lagi pangkatnya bakal naik jadi Jenderal Muda, Sembara tak tahu kalau Perwira Dalman adalah adik iparnya, karena dia menjadi suami Putri Amira.Sembara memanfaatkan waktu untuk melihat-lihat suasana kota Bajama yang luar bisa majunya, terutama bangunannya yang banyak berubah, termasuk warung-warung, penginapan hingga restoran.Banyak bangunan kini
Sembara sudah tak bisa menahan hati lagi, dia pun memutuskan hari ini ke Istana dan ingin bertemu Prabu Malaki ayahnya.Ini semua juga atas saran Permaisuri Tengku Mimi yang meminta Sembara kali ini harus turun tangan membantu kerajaan.“Soal Permaisuri Kinanti yang masih sinis dengan kamu, siapa tahu dengan kelak kamu tanam jasa, Putri Kinanti akan berubah hatinya….aslinya dia itu baik, cuman mungkin karena ada ambisilah yang membuat dia begitu!” itu nasehat bijak Tengku Mimi.Sembara pun hari ini mengenakan baju layaknya seorang pangeran, dia tak ingin meruntuhkan wibawa ayahnya, dengan berpakaian seperti seorang perantau atau pendekar.Begitu sampai di gerbang Istana, komandan pengawal yang mengenal Sembara langsung kaget dan memberi hormat serta anggota pengamanan lainnya, langsung membentuk formasi rapi, sebagai bentuk penghormatan pada Sembara.Karena yang datang seorang pangeran tertua di kerajaan ini, kakak dari Pangeran Dipa, si Putra Mahkota.Walaupun bukan putra mahkota, na
Malamnya, Sembara yang penasaran soal Nyi Padmasari saat di kota Pangsa kenapa tiba-tiba menghilang, kini bermaksud menyelidiki Alfred.“Aku curiga, jangan-jangan dia di culik kelompok Alfred,” pikir Sembara.Ia juga berniat bertemu Amanda, kenapa mau dijadikan selir dari ayahandanya, inilah yang membuat pendekar sakti ini tak mau berdiam diri di kamar, yang berada di Istana Menteri Ki Parimpi.Apalagi dianggapnya malam ini aman, setelah prajurit di tambah Panglima Dusman, yang sebelumnya hanya 10 orang jadi 30 orang.Sekitar jam 10 an malam, Sembara sengaja tak ingin mengganggu Ki Parimpi dan juga puluhan prajurit yang berjaga, dia melompat keluar dari jendela kamarnya, dan kini dengan pakaian menyamar naik kuda menuju ke kompleks perumahan bangsa Portugis, yang letaknya sebelah barat dari Istana Hilir Sungai.Tidak begitu sulit mencari kompleks perumahan bangsa Portugis ini, walaupun tempatnya agak di pinggiran kota Bajama, tapi karena bangunan rumahnya yang khas juga selalu terang
Setelah Fernando keluar dari kamar, Sembara dengan pelan membuka jendela dan kini berhasil masuk ke dalam kamar Amanda. “Amanda…!” Sembara pelan-pelan memanggil dara cantik ini. Amanda langsung menghentikan tangis dan kaget namanya ada yang memanggil, saat menoleh dan melihat Sembara, gadis ini hampir terpekik kaget, karena Sembara bak hantu yang tiba-tiba bisa muncul di kamarnya di malam hari ini. “Ka-kamu…Sembara!” Amanda langsung menghambur dalam pelukan pemuda sakti ini dan malah menangis terisak-isak. Sembara membelai punggung Amanda dan membiarkan menangis di dadanya. Setelah tangis Amanda reda, keduanya kini duduk di ranjang dan Amanda masih tak menyangka akan kembali bertemu pendekar tampan ini. Tanpa Sembara bertanya, Amanda langsung menceritakan soal dirinya yang akan jadi selir dan di suruh kelak membunuh Prabu Malaki. Sesuatu yang sudah Sembara ketahui saat mengintip tadi. “Aku sudah tahu semuanya Amanda!” “Tahu dari siapa..?” Amanda memandang heran. Sembara menunjuk