Sembara sudah tak bisa menahan hati lagi, dia pun memutuskan hari ini ke Istana dan ingin bertemu Prabu Malaki ayahnya.Ini semua juga atas saran Permaisuri Tengku Mimi yang meminta Sembara kali ini harus turun tangan membantu kerajaan.“Soal Permaisuri Kinanti yang masih sinis dengan kamu, siapa tahu dengan kelak kamu tanam jasa, Putri Kinanti akan berubah hatinya….aslinya dia itu baik, cuman mungkin karena ada ambisilah yang membuat dia begitu!” itu nasehat bijak Tengku Mimi.Sembara pun hari ini mengenakan baju layaknya seorang pangeran, dia tak ingin meruntuhkan wibawa ayahnya, dengan berpakaian seperti seorang perantau atau pendekar.Begitu sampai di gerbang Istana, komandan pengawal yang mengenal Sembara langsung kaget dan memberi hormat serta anggota pengamanan lainnya, langsung membentuk formasi rapi, sebagai bentuk penghormatan pada Sembara.Karena yang datang seorang pangeran tertua di kerajaan ini, kakak dari Pangeran Dipa, si Putra Mahkota.Walaupun bukan putra mahkota, na
Malamnya, Sembara yang penasaran soal Nyi Padmasari saat di kota Pangsa kenapa tiba-tiba menghilang, kini bermaksud menyelidiki Alfred.“Aku curiga, jangan-jangan dia di culik kelompok Alfred,” pikir Sembara.Ia juga berniat bertemu Amanda, kenapa mau dijadikan selir dari ayahandanya, inilah yang membuat pendekar sakti ini tak mau berdiam diri di kamar, yang berada di Istana Menteri Ki Parimpi.Apalagi dianggapnya malam ini aman, setelah prajurit di tambah Panglima Dusman, yang sebelumnya hanya 10 orang jadi 30 orang.Sekitar jam 10 an malam, Sembara sengaja tak ingin mengganggu Ki Parimpi dan juga puluhan prajurit yang berjaga, dia melompat keluar dari jendela kamarnya, dan kini dengan pakaian menyamar naik kuda menuju ke kompleks perumahan bangsa Portugis, yang letaknya sebelah barat dari Istana Hilir Sungai.Tidak begitu sulit mencari kompleks perumahan bangsa Portugis ini, walaupun tempatnya agak di pinggiran kota Bajama, tapi karena bangunan rumahnya yang khas juga selalu terang
Setelah Fernando keluar dari kamar, Sembara dengan pelan membuka jendela dan kini berhasil masuk ke dalam kamar Amanda. “Amanda…!” Sembara pelan-pelan memanggil dara cantik ini. Amanda langsung menghentikan tangis dan kaget namanya ada yang memanggil, saat menoleh dan melihat Sembara, gadis ini hampir terpekik kaget, karena Sembara bak hantu yang tiba-tiba bisa muncul di kamarnya di malam hari ini. “Ka-kamu…Sembara!” Amanda langsung menghambur dalam pelukan pemuda sakti ini dan malah menangis terisak-isak. Sembara membelai punggung Amanda dan membiarkan menangis di dadanya. Setelah tangis Amanda reda, keduanya kini duduk di ranjang dan Amanda masih tak menyangka akan kembali bertemu pendekar tampan ini. Tanpa Sembara bertanya, Amanda langsung menceritakan soal dirinya yang akan jadi selir dan di suruh kelak membunuh Prabu Malaki. Sesuatu yang sudah Sembara ketahui saat mengintip tadi. “Aku sudah tahu semuanya Amanda!” “Tahu dari siapa..?” Amanda memandang heran. Sembara menunjuk
Sembara pun diiringi utusan itu menuju ke Istana untuk bertemu dengan Prabu Malaki, ayahandanya.Sembara di ajak ke ruang pribadi Prabu Malaki, yang tak sembarangan orang bisa masuk dan bertemu Maharaja sakti ini.Saat masuk keruangan ini, Prabu Malaki terlihat sedang menatap jendela besar yang menghadap ke alun-alun, dia sudah tahu kalau putra tertuanya ini yang masuk menemuinya, karena kedatangan Sembara atas permintaan Maharaja ini sendiri.Ruangan ini lumayan luas dan sangat mewah, Sembara langsung duduk dan menundukan kepala, sebagaimana adat kerajaan ini, sebelum diperintahkan Raja, tak boleh mengangkat wajah.“Bangkitlah Sembara, duduklah di kursi itu, hilangkan sementara adat istiadat kita,” perintah Prabu Malaki tanpa berpaling dari jendela. Dengan tangan di silang ke belakang.“Bak ayahanda…anaknda mematuhi…!” sahut Sembara dengan suara pelan. Saat Sembara mengangkat wajahnya dan melihat Prabu Malaki dari samping yang masih menatap jendela, pendekar ini tercekat juga melihat
“Anaknda…siap menerima perintah Ayahanda Prabu..!” Sembara berjongkok, dia kini pasrah saja apapun yang akan di katakan Prabu Malaki.“Yang pertama…soal Putra Mahkota…aku sudah mencabut mandat dari Pangeran Dipa, karena yang bersangkutan tak memenuhi syarat dan ekpestasiku…kamulah kini Putra Mahkota yang sah…tapi hanya aku dan dua panglima yang tahu, yakni Panglima Hura dan Panglima Dusman dan kini kamu orang ketiga yang tahu!”Saat melihat Sembara ingin bicara, tangan Prabu Malaki langsung terangkat, isyarat bahwa Sembara tak boleh membantah.“Kedua, soal pergerakan makar atau rencana penyerbuan bangsa asing di bantu para pengkhianat, aku perintahkan kamu, dan dua Panglima itu untuk segera bertindak cepat, kalian segera atur pasukan untuk membasmi kaum pembuat makar tersebut, secepat-cepatnya!”Selesai mengucapkan kalimat itu, wajah Prabu Malaki terlihat tersenyum, saat melihat kedatangan dua Panglimanya dari kejauhan, Jenderal Ki Hura dan Ki Dusman, dua panglima yang sangat sakti da
Penangkapan tokoh-tokoh Kerajaan Hilir Sungai sungguh menghebohkan ibukota Bajama, ada 10 pejabat penting kerajaan yang di tangkap besok paginya, termasuk Perdana Menteri Ki Paruki, yang lunglaai saat di giring ke markas besar prajurit Kerajaan dan di tahan di sana, dengan tuduhan yang sangat serius, yakni ikut terlibat rencana makar.Inilah penangkapan besar-besaran yang dilakukan di jaman kekuasaan Prabu Malaki, setelah lebih dari 20 tahun aman, damai dan tentram.Bukan hanya Panglima Ki Hura dan Ki Dusman saja yang dapat mandat, tapi juga Menteri keamanan Dalam Negeri Ki Parimpi.Dia ditugaskan menangkap pejabat-pejabat korup, Prabu Malaki yang selama ini dianggap terlalu asek dengan selir-selirnya, benar-benar memberikan kewenangan sebesar-besarnya pada 3 orang ini, untuk membersihkan Istana dari benalu-benalu, termasuk para pejabat di daerah.Tak terkecuali Hakim Agung Pangeran Tuki, yang selama ini sudah sangat tua, tapi justru di angkat sebagai Hakim Agung, atas rekomendasi Per
Jalan Maharaja Prabu Malaki ini tetap gagah, dagunya sedikit terangkat, menandakan wibawa dan juga membuat semua orang yang memandangnya langsung menunduk.Begitu tiba di ruang tahanan dimana Permaisuri Kinanti sedang di tahan dan duduk termenung, Prabu Malaki langsung menatapnya tajam.Baju kebesaran kuning dan merah yang dikenakan Prabu Malaki makin membuat angker penampilan raja ini.“Hmm…apa sekarang yang ingin kamu katakan Kinanti…inilah imbas dari kelakuan dan ambisi kamu yang salah jalan!” terdengar suara Prabu Malaki.Permaisuri Kinanti mengangkat wajahnya, lalu menunduk lagi. Tiba-tiba dayang mengantarkan nampan berisi dua gelas minuman dan disodorkan ke Permaisuri Kinanti, atas perintah Prabu Malaki.“Di depan kamu ada dua minuman, pilihlah cara apa agar kematian kamu lebih enak, perbuatan yang sudah kamu lakukan hampir saja meruntuhkan kerajaan ini…itulah racun akar pohon dari Meratus!” terdengar dingin suara Prabu Kinanti yang berdiri di depan permaisuri Kinanti yang terdu
Permaisuri Kinanti menghela nafas, dia seakan ogah menjawab pertanyaan Prabu Malaki, melihat permaisurinya begitu, Prabu Malaki tak mau banyak berdebat, dia langsung berpaling dan bersiap berangkat ke medan perang.Ki Parimpi di tunjuk sebagai raja sementara, agar tak ada kekosongan Istana selama Prabu Malaki dan kedua istrinya berangkat menuju peperangan.Inilah untuk pertama kalinya Kerajaan Hilir Sungai sampai harus mengerahkan seluruh pasukannya menghadapi agresi asing dan para pengkhianat.Pasukan cadangan ini di pecah jadi tiga bagian, Prabu Malaki memimpin langsung ke Selatan, Putri Galuh ke Timur dan Tengku Mimi ke Barat.Prabu Malaki tak ingin membuang waktu, sepanjang jalan puluhan ribu pasukannya hanya beristirahat kalau malam dan sudah sangat kecapekan.Informasi kekalahan pasukan Panglima Hura membuat raja sakti ini sangat khawatir, apalagi informasi telik sandi yang sampai padanya, pasukan musuh sudah masuk jauh ke wilayah Kerajaan Hilir Sungai, agresi asing inilah yang