Sembara kini berniat akan ke Istana, namun dia tak mau langsung bertemu ayahnya, Prabu Malaki. Tapi ia ingin menemui Tengku Mimi, permaisuri dan ibu sambungnya yang dianggap paling pengertian kalau dibandingkan dua permaisuri lainnya, Putri Kinanti dan Putri Galuh.“Aku sebaiknya tak perlu berterang dulu ke sana, aku akan malam saja menemui bunda permaisuri, baru aku menemui sahabatku Perwira Dalman lalu Jenderal Dusman, aku perlu tukar pikiran dengan keduanya!” batin Sembara.Sembara tentu saja tak tahu, kalau Perwira Dalman kini menjadi komandan di lingkungan Istana dan pangkatnya pun sangat tinggi.Walaupun belum jenderal, tapi selangkah lagi pangkatnya bakal naik jadi Jenderal Muda, Sembara tak tahu kalau Perwira Dalman adalah adik iparnya, karena dia menjadi suami Putri Amira.Sembara memanfaatkan waktu untuk melihat-lihat suasana kota Bajama yang luar bisa majunya, terutama bangunannya yang banyak berubah, termasuk warung-warung, penginapan hingga restoran.Banyak bangunan kini
Sembara sudah tak bisa menahan hati lagi, dia pun memutuskan hari ini ke Istana dan ingin bertemu Prabu Malaki ayahnya.Ini semua juga atas saran Permaisuri Tengku Mimi yang meminta Sembara kali ini harus turun tangan membantu kerajaan.“Soal Permaisuri Kinanti yang masih sinis dengan kamu, siapa tahu dengan kelak kamu tanam jasa, Putri Kinanti akan berubah hatinya….aslinya dia itu baik, cuman mungkin karena ada ambisilah yang membuat dia begitu!” itu nasehat bijak Tengku Mimi.Sembara pun hari ini mengenakan baju layaknya seorang pangeran, dia tak ingin meruntuhkan wibawa ayahnya, dengan berpakaian seperti seorang perantau atau pendekar.Begitu sampai di gerbang Istana, komandan pengawal yang mengenal Sembara langsung kaget dan memberi hormat serta anggota pengamanan lainnya, langsung membentuk formasi rapi, sebagai bentuk penghormatan pada Sembara.Karena yang datang seorang pangeran tertua di kerajaan ini, kakak dari Pangeran Dipa, si Putra Mahkota.Walaupun bukan putra mahkota, na
Malamnya, Sembara yang penasaran soal Nyi Padmasari saat di kota Pangsa kenapa tiba-tiba menghilang, kini bermaksud menyelidiki Alfred.“Aku curiga, jangan-jangan dia di culik kelompok Alfred,” pikir Sembara.Ia juga berniat bertemu Amanda, kenapa mau dijadikan selir dari ayahandanya, inilah yang membuat pendekar sakti ini tak mau berdiam diri di kamar, yang berada di Istana Menteri Ki Parimpi.Apalagi dianggapnya malam ini aman, setelah prajurit di tambah Panglima Dusman, yang sebelumnya hanya 10 orang jadi 30 orang.Sekitar jam 10 an malam, Sembara sengaja tak ingin mengganggu Ki Parimpi dan juga puluhan prajurit yang berjaga, dia melompat keluar dari jendela kamarnya, dan kini dengan pakaian menyamar naik kuda menuju ke kompleks perumahan bangsa Portugis, yang letaknya sebelah barat dari Istana Hilir Sungai.Tidak begitu sulit mencari kompleks perumahan bangsa Portugis ini, walaupun tempatnya agak di pinggiran kota Bajama, tapi karena bangunan rumahnya yang khas juga selalu terang
Setelah Fernando keluar dari kamar, Sembara dengan pelan membuka jendela dan kini berhasil masuk ke dalam kamar Amanda. “Amanda…!” Sembara pelan-pelan memanggil dara cantik ini. Amanda langsung menghentikan tangis dan kaget namanya ada yang memanggil, saat menoleh dan melihat Sembara, gadis ini hampir terpekik kaget, karena Sembara bak hantu yang tiba-tiba bisa muncul di kamarnya di malam hari ini. “Ka-kamu…Sembara!” Amanda langsung menghambur dalam pelukan pemuda sakti ini dan malah menangis terisak-isak. Sembara membelai punggung Amanda dan membiarkan menangis di dadanya. Setelah tangis Amanda reda, keduanya kini duduk di ranjang dan Amanda masih tak menyangka akan kembali bertemu pendekar tampan ini. Tanpa Sembara bertanya, Amanda langsung menceritakan soal dirinya yang akan jadi selir dan di suruh kelak membunuh Prabu Malaki. Sesuatu yang sudah Sembara ketahui saat mengintip tadi. “Aku sudah tahu semuanya Amanda!” “Tahu dari siapa..?” Amanda memandang heran. Sembara menunjuk
Sembara pun diiringi utusan itu menuju ke Istana untuk bertemu dengan Prabu Malaki, ayahandanya.Sembara di ajak ke ruang pribadi Prabu Malaki, yang tak sembarangan orang bisa masuk dan bertemu Maharaja sakti ini.Saat masuk keruangan ini, Prabu Malaki terlihat sedang menatap jendela besar yang menghadap ke alun-alun, dia sudah tahu kalau putra tertuanya ini yang masuk menemuinya, karena kedatangan Sembara atas permintaan Maharaja ini sendiri.Ruangan ini lumayan luas dan sangat mewah, Sembara langsung duduk dan menundukan kepala, sebagaimana adat kerajaan ini, sebelum diperintahkan Raja, tak boleh mengangkat wajah.“Bangkitlah Sembara, duduklah di kursi itu, hilangkan sementara adat istiadat kita,” perintah Prabu Malaki tanpa berpaling dari jendela. Dengan tangan di silang ke belakang.“Bak ayahanda…anaknda mematuhi…!” sahut Sembara dengan suara pelan. Saat Sembara mengangkat wajahnya dan melihat Prabu Malaki dari samping yang masih menatap jendela, pendekar ini tercekat juga melihat
“Anaknda…siap menerima perintah Ayahanda Prabu..!” Sembara berjongkok, dia kini pasrah saja apapun yang akan di katakan Prabu Malaki.“Yang pertama…soal Putra Mahkota…aku sudah mencabut mandat dari Pangeran Dipa, karena yang bersangkutan tak memenuhi syarat dan ekpestasiku…kamulah kini Putra Mahkota yang sah…tapi hanya aku dan dua panglima yang tahu, yakni Panglima Hura dan Panglima Dusman dan kini kamu orang ketiga yang tahu!”Saat melihat Sembara ingin bicara, tangan Prabu Malaki langsung terangkat, isyarat bahwa Sembara tak boleh membantah.“Kedua, soal pergerakan makar atau rencana penyerbuan bangsa asing di bantu para pengkhianat, aku perintahkan kamu, dan dua Panglima itu untuk segera bertindak cepat, kalian segera atur pasukan untuk membasmi kaum pembuat makar tersebut, secepat-cepatnya!”Selesai mengucapkan kalimat itu, wajah Prabu Malaki terlihat tersenyum, saat melihat kedatangan dua Panglimanya dari kejauhan, Jenderal Ki Hura dan Ki Dusman, dua panglima yang sangat sakti da
Penangkapan tokoh-tokoh Kerajaan Hilir Sungai sungguh menghebohkan ibukota Bajama, ada 10 pejabat penting kerajaan yang di tangkap besok paginya, termasuk Perdana Menteri Ki Paruki, yang lunglaai saat di giring ke markas besar prajurit Kerajaan dan di tahan di sana, dengan tuduhan yang sangat serius, yakni ikut terlibat rencana makar.Inilah penangkapan besar-besaran yang dilakukan di jaman kekuasaan Prabu Malaki, setelah lebih dari 20 tahun aman, damai dan tentram.Bukan hanya Panglima Ki Hura dan Ki Dusman saja yang dapat mandat, tapi juga Menteri keamanan Dalam Negeri Ki Parimpi.Dia ditugaskan menangkap pejabat-pejabat korup, Prabu Malaki yang selama ini dianggap terlalu asek dengan selir-selirnya, benar-benar memberikan kewenangan sebesar-besarnya pada 3 orang ini, untuk membersihkan Istana dari benalu-benalu, termasuk para pejabat di daerah.Tak terkecuali Hakim Agung Pangeran Tuki, yang selama ini sudah sangat tua, tapi justru di angkat sebagai Hakim Agung, atas rekomendasi Per
Jalan Maharaja Prabu Malaki ini tetap gagah, dagunya sedikit terangkat, menandakan wibawa dan juga membuat semua orang yang memandangnya langsung menunduk.Begitu tiba di ruang tahanan dimana Permaisuri Kinanti sedang di tahan dan duduk termenung, Prabu Malaki langsung menatapnya tajam.Baju kebesaran kuning dan merah yang dikenakan Prabu Malaki makin membuat angker penampilan raja ini.“Hmm…apa sekarang yang ingin kamu katakan Kinanti…inilah imbas dari kelakuan dan ambisi kamu yang salah jalan!” terdengar suara Prabu Malaki.Permaisuri Kinanti mengangkat wajahnya, lalu menunduk lagi. Tiba-tiba dayang mengantarkan nampan berisi dua gelas minuman dan disodorkan ke Permaisuri Kinanti, atas perintah Prabu Malaki.“Di depan kamu ada dua minuman, pilihlah cara apa agar kematian kamu lebih enak, perbuatan yang sudah kamu lakukan hampir saja meruntuhkan kerajaan ini…itulah racun akar pohon dari Meratus!” terdengar dingin suara Prabu Kinanti yang berdiri di depan permaisuri Kinanti yang terdu
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma