“Anaknda…siap menerima perintah Ayahanda Prabu..!” Sembara berjongkok, dia kini pasrah saja apapun yang akan di katakan Prabu Malaki.“Yang pertama…soal Putra Mahkota…aku sudah mencabut mandat dari Pangeran Dipa, karena yang bersangkutan tak memenuhi syarat dan ekpestasiku…kamulah kini Putra Mahkota yang sah…tapi hanya aku dan dua panglima yang tahu, yakni Panglima Hura dan Panglima Dusman dan kini kamu orang ketiga yang tahu!”Saat melihat Sembara ingin bicara, tangan Prabu Malaki langsung terangkat, isyarat bahwa Sembara tak boleh membantah.“Kedua, soal pergerakan makar atau rencana penyerbuan bangsa asing di bantu para pengkhianat, aku perintahkan kamu, dan dua Panglima itu untuk segera bertindak cepat, kalian segera atur pasukan untuk membasmi kaum pembuat makar tersebut, secepat-cepatnya!”Selesai mengucapkan kalimat itu, wajah Prabu Malaki terlihat tersenyum, saat melihat kedatangan dua Panglimanya dari kejauhan, Jenderal Ki Hura dan Ki Dusman, dua panglima yang sangat sakti da
Penangkapan tokoh-tokoh Kerajaan Hilir Sungai sungguh menghebohkan ibukota Bajama, ada 10 pejabat penting kerajaan yang di tangkap besok paginya, termasuk Perdana Menteri Ki Paruki, yang lunglaai saat di giring ke markas besar prajurit Kerajaan dan di tahan di sana, dengan tuduhan yang sangat serius, yakni ikut terlibat rencana makar.Inilah penangkapan besar-besaran yang dilakukan di jaman kekuasaan Prabu Malaki, setelah lebih dari 20 tahun aman, damai dan tentram.Bukan hanya Panglima Ki Hura dan Ki Dusman saja yang dapat mandat, tapi juga Menteri keamanan Dalam Negeri Ki Parimpi.Dia ditugaskan menangkap pejabat-pejabat korup, Prabu Malaki yang selama ini dianggap terlalu asek dengan selir-selirnya, benar-benar memberikan kewenangan sebesar-besarnya pada 3 orang ini, untuk membersihkan Istana dari benalu-benalu, termasuk para pejabat di daerah.Tak terkecuali Hakim Agung Pangeran Tuki, yang selama ini sudah sangat tua, tapi justru di angkat sebagai Hakim Agung, atas rekomendasi Per
Jalan Maharaja Prabu Malaki ini tetap gagah, dagunya sedikit terangkat, menandakan wibawa dan juga membuat semua orang yang memandangnya langsung menunduk.Begitu tiba di ruang tahanan dimana Permaisuri Kinanti sedang di tahan dan duduk termenung, Prabu Malaki langsung menatapnya tajam.Baju kebesaran kuning dan merah yang dikenakan Prabu Malaki makin membuat angker penampilan raja ini.“Hmm…apa sekarang yang ingin kamu katakan Kinanti…inilah imbas dari kelakuan dan ambisi kamu yang salah jalan!” terdengar suara Prabu Malaki.Permaisuri Kinanti mengangkat wajahnya, lalu menunduk lagi. Tiba-tiba dayang mengantarkan nampan berisi dua gelas minuman dan disodorkan ke Permaisuri Kinanti, atas perintah Prabu Malaki.“Di depan kamu ada dua minuman, pilihlah cara apa agar kematian kamu lebih enak, perbuatan yang sudah kamu lakukan hampir saja meruntuhkan kerajaan ini…itulah racun akar pohon dari Meratus!” terdengar dingin suara Prabu Kinanti yang berdiri di depan permaisuri Kinanti yang terdu
Permaisuri Kinanti menghela nafas, dia seakan ogah menjawab pertanyaan Prabu Malaki, melihat permaisurinya begitu, Prabu Malaki tak mau banyak berdebat, dia langsung berpaling dan bersiap berangkat ke medan perang.Ki Parimpi di tunjuk sebagai raja sementara, agar tak ada kekosongan Istana selama Prabu Malaki dan kedua istrinya berangkat menuju peperangan.Inilah untuk pertama kalinya Kerajaan Hilir Sungai sampai harus mengerahkan seluruh pasukannya menghadapi agresi asing dan para pengkhianat.Pasukan cadangan ini di pecah jadi tiga bagian, Prabu Malaki memimpin langsung ke Selatan, Putri Galuh ke Timur dan Tengku Mimi ke Barat.Prabu Malaki tak ingin membuang waktu, sepanjang jalan puluhan ribu pasukannya hanya beristirahat kalau malam dan sudah sangat kecapekan.Informasi kekalahan pasukan Panglima Hura membuat raja sakti ini sangat khawatir, apalagi informasi telik sandi yang sampai padanya, pasukan musuh sudah masuk jauh ke wilayah Kerajaan Hilir Sungai, agresi asing inilah yang
Kita tinggalkan dulu pertempuran sengit dan mati-matin antara puluhan ribu pasukan Hilir Sungai yang dipimpin Prabu Malaki, melawan gabungan pasukan Portugis dan kerajaan luar pulau lainnya.Kita kembali ikuti perjalanan tokoh kita Pangeran Sembara yang membawa pasukan lebih dari 25 ribu orang menuju ke Barat, sesuai perintah Prabu Malaki yang membagi 3 pasukan menghadapi musuh-musuhnya.Setelah lebih dari 1,5 bulan melakukan perjalanan, Pangeran Sembara akhirnya sampai di dekat perbatasan dengan Kerajaan Barito Barat, sudah hampir separu Kadipaten Tamiang yang menjadi wilayah kekuasaan Hilir Sungai di kuasai pasukan asing ini.Dari telik sandi yang sudah ia kirim, Sembara mendapat gambaran kalau pasukan asing yang bekerjasama dengan pasukan kerajaan tetangga itu berjumlah hampir 35 ribu pasukan, dengan persenjataan meriam dan juga senapan.Yang membuat Sembara kaget, kerajaan yang selama ini bersahabat baik dengan Hilir Sungai, ternyata sudah berhasil di kuasai pasukan Portugis dan k
Saat puluhan ribu pasukan kerajaan Hilir Sungai memberikan penghormatan terakhir buat Pangeran Dipa, terdengar laporan Permaisuri Tengku Mimi datang dengan lebih dari 25 ribu pasukan yang di bawa dari Ibukota Bajama.Sembara, Ki Suki dan Ki Talos langsung menyambut kedatangan permaisuri ini juga pasukan memberi jalan buat sang permaisuri sakti ini. Begitu dikisahkan kalau Pangeran Dipa mangkat, Tengku Mimi kaget bukan main.Dia sampai buru-buru turun dari kuda dan menatap kuburan sang putra mahkota yang terpaksa dikebumikan di tempat ini, karena tak mungkin membawa jasad ini hingga berbulan-bulan ke ibukota Bajama.Setelah memberikan penghormatan, sambil memejamkan mata, Tengku Mimi yang kini berbaju perang dan di dampingi Sembara, Ki Suki dan Ki Talos menatap seluruh prajurit yang sudah bergabung dengan pasukan yang sudah tiba terlebih dahulu.“Para prajurit semua, kita tak boeh lemah, jadikan pengorbanan sang Putra Mahkota ini sebagai pelecut semangat bagi kita, untuk menghancurkan
Sembara melihat dan mendengarkan Alfred terlihat marah-marah, karena dia mendapatkan laporan dari anak buahnya, kalau di Selatan pun pasukannya menderita kekalahan, sedangkan di Timur masih bertarung sengit. Mendengar hal itu, Sembara lega, setidaknya di Selatan pasukan ayahnya dan Panglima Ki Hura kini sudah mampu mengusir pasukan asing itu. Walaupun Sembara agak khawatir mendengar di Timur pasukan kerajaan Hilir Sungai masih bertarung sengit, ia teringat Permaisuri Putri Galuh dan Panglima Dusman yng dibantu istrinya Nalini dan juga adiknya Putri Amira yang turut membantu berjuang di sana. Putri Amira dan Jenderal Muda Dalman terpisah, karena Jenderal Muda Dalman turut mendampingi Prabu Malaki ke Selatan. Setahun lebih menikah, pasangan suami istri ini belum juga di karunia anak. Sembara dan Tengku Mimi juga Prabu Malaki tak mengetahui kalau Permaisuri Kinanti ternyata secara diam-diam juga sudah pergi ke Timur, karena mendengar pasukan Panglima Dusman masih bertarung sengit dan
Setelah di rasa cukup jauh dan tak mungkin dikejar Putri Remi serta Dawina, Nyi Padmasari berhenti di sisi bukit yang hutannya cukup lebat.Hampir berbarengan Sembara juga tiba, keduanya kini berhadapan dalam jarak hanya satu meter, Nyi Padmasari langsung memeluk tubuh kokoh pangeran ini.“Maafkan aku…kenapa selama ini diam-diam tak pernah mengaku siapa diriku sebenarnya…karena kamupun juga tak mengaku kalau kamu adalah Pangeran Sembara!” bisik Nyi Padmasari.Sembara tersenyum maklum dan kini keduanya sudah duduk santai di akar pohon besar, sambil menatap bulan yang bersinar terang.Walaupun cuaca sangat dingin karena sudah masuk tengah malam dan berada di sisi bukit Pegunungan Meratus, tapi karena keduanya memiliki kesaktian tinggi, cuaca dingin itu tak berasa bagi keduanya.“Ceritalah Nyi…siapa kamu sebenarnya?”Nyi Padmasari langsung mengangguk, dan diapun mulai menceritakan siapa dirinya, dan kenapa sampai terdampar di Bunga Tulip dan menyamar sebagai pesinden, lalu mengaku seolah