Saat puluhan ribu pasukan kerajaan Hilir Sungai memberikan penghormatan terakhir buat Pangeran Dipa, terdengar laporan Permaisuri Tengku Mimi datang dengan lebih dari 25 ribu pasukan yang di bawa dari Ibukota Bajama.Sembara, Ki Suki dan Ki Talos langsung menyambut kedatangan permaisuri ini juga pasukan memberi jalan buat sang permaisuri sakti ini. Begitu dikisahkan kalau Pangeran Dipa mangkat, Tengku Mimi kaget bukan main.Dia sampai buru-buru turun dari kuda dan menatap kuburan sang putra mahkota yang terpaksa dikebumikan di tempat ini, karena tak mungkin membawa jasad ini hingga berbulan-bulan ke ibukota Bajama.Setelah memberikan penghormatan, sambil memejamkan mata, Tengku Mimi yang kini berbaju perang dan di dampingi Sembara, Ki Suki dan Ki Talos menatap seluruh prajurit yang sudah bergabung dengan pasukan yang sudah tiba terlebih dahulu.“Para prajurit semua, kita tak boeh lemah, jadikan pengorbanan sang Putra Mahkota ini sebagai pelecut semangat bagi kita, untuk menghancurkan
Sembara melihat dan mendengarkan Alfred terlihat marah-marah, karena dia mendapatkan laporan dari anak buahnya, kalau di Selatan pun pasukannya menderita kekalahan, sedangkan di Timur masih bertarung sengit. Mendengar hal itu, Sembara lega, setidaknya di Selatan pasukan ayahnya dan Panglima Ki Hura kini sudah mampu mengusir pasukan asing itu. Walaupun Sembara agak khawatir mendengar di Timur pasukan kerajaan Hilir Sungai masih bertarung sengit, ia teringat Permaisuri Putri Galuh dan Panglima Dusman yng dibantu istrinya Nalini dan juga adiknya Putri Amira yang turut membantu berjuang di sana. Putri Amira dan Jenderal Muda Dalman terpisah, karena Jenderal Muda Dalman turut mendampingi Prabu Malaki ke Selatan. Setahun lebih menikah, pasangan suami istri ini belum juga di karunia anak. Sembara dan Tengku Mimi juga Prabu Malaki tak mengetahui kalau Permaisuri Kinanti ternyata secara diam-diam juga sudah pergi ke Timur, karena mendengar pasukan Panglima Dusman masih bertarung sengit dan
Setelah di rasa cukup jauh dan tak mungkin dikejar Putri Remi serta Dawina, Nyi Padmasari berhenti di sisi bukit yang hutannya cukup lebat.Hampir berbarengan Sembara juga tiba, keduanya kini berhadapan dalam jarak hanya satu meter, Nyi Padmasari langsung memeluk tubuh kokoh pangeran ini.“Maafkan aku…kenapa selama ini diam-diam tak pernah mengaku siapa diriku sebenarnya…karena kamupun juga tak mengaku kalau kamu adalah Pangeran Sembara!” bisik Nyi Padmasari.Sembara tersenyum maklum dan kini keduanya sudah duduk santai di akar pohon besar, sambil menatap bulan yang bersinar terang.Walaupun cuaca sangat dingin karena sudah masuk tengah malam dan berada di sisi bukit Pegunungan Meratus, tapi karena keduanya memiliki kesaktian tinggi, cuaca dingin itu tak berasa bagi keduanya.“Ceritalah Nyi…siapa kamu sebenarnya?”Nyi Padmasari langsung mengangguk, dan diapun mulai menceritakan siapa dirinya, dan kenapa sampai terdampar di Bunga Tulip dan menyamar sebagai pesinden, lalu mengaku seolah
Perang terus berlanjut, setelah hampir satu bulan berperang, pasukan Portugis dan pasukan kerajaan lain yang mereka ajak berkoalisi akhirnya menyerah dan mundur.Itu setelah Jenderal Santos tiba dari Portugis mewakili kerajaannya dan mengadakan perundingan yang alot dengan Prabu Malaki.Tak terhitung banyaknya korban jiwa di kedua belah pihak, setelah perdamaian itu, pasukan Portugis menarik diri dari wilayah-wilayah yang sempat mereka duduki.Pasca perang mati-matian ini, Prabu Malaki baru sadar, dia harus memperkuat armada pasukan tempurnya, yakni lebih memodernkan persenjataan.Sejak saat itulah, Prabu Malaki mulai rajin mengirimkan utusan-utusannya ke Tiongkok, Pulau Jawa, Pulau Andalas, Sulawesi hingga ke negeri Barat, untuk menjalin persahabatan, sekaligus kerjasama memproduksi senjata api, yang tak kalah dari Portugis, juga memperkuat hubungan dagang, hingga Kerajaan Hilir Sungai makin maju.Bahkan Prabu Malaki menjalin hubungan baik dengan Portugis, walaupun banyak yang kebera
Sebelum pergi merantau, Sembara menerima surat dari Amanda yang dititipkan pada Ki Parimpi, Amanda pamit kembali pulang ke negaranya, demi keamanannya sendiri.Pertempuran antara pasukan Portugis dan juga pasukan Hilir Sungai hingga berbulan-bulan, membuat gadis bule cantik ini tak merasa aman lagi tinggal di Kota Bajama.Amanda berjanji akan kembali ke Bajama kalau kondisi sudah membaik dan pastinya aman bagi dia, Amanda pun bilang sangat mencintai Sembara dan ingin hidup bersama kelak.Setelah hampir dua bulanan, Sembara akhirnya sampai juga ke wilayah Kerajaan Barito Barat, tak jauh beda dengan Kota Bajama, kota ini sangat rame, karena memiliki pelabuhan sungai yang sangat rame.Kerajaan ini juga memiliki sungai yang luas dan panjang, yakni Sungai Mentaya, serta jadi pusat lalulintas seluruh warganya, juga kapal-kapal asing yang hilir mudik di sungai besar ini.Di sini tentunya beda dengan Hilir Sungai, tak ada yang kenal dengan Sembara, terlebih cara berpakaiannya juga tak jauh be
Cuaca sangat dingin, halimun tipis berarak mengelilingi Gunung Sarunai yang sangat indah, walaupun bukan gunung aktif. Tapi gunung ini membuat lahan di kaki bukitnya subur dan berhutan lebat. Di sekitaran gunung inilah Prabu Punai, Maharaja Barito Barat yang terguling mengungsi, sambil menyusun kekuatan bersama ribuan pengikutnya. Tak sampai 2 jam, Sembara, Badui dan Gado kini sudah tiba di depan pondok-pondok sederhana, yang menjadi tempat tinggal Prabu Punai dan pengikutnya tersebut. Puluhan orang langsung menyambutnya, kedua orang ini membawa langsung dan diiringi puluhan orang tadi ke tempat tinggal Prabu Punai. Ternyata pondok sang maharaja terguling ini tak jauh beda dengan pondok-pondok para pengikutnya, sederhana dan terlihat sang raja ini tak ingin menonjolkan diri. Begitu tiba di depan pondok itu, keluarlah Raja Punai dari pondoknya. Pakaiannya pun sederhana dan yang membuat Sembara kagum, senyumnya terlihat sangat berwibawa, tak beda jauh dengan ayahnya, Prabu Malaki.
“Darimana kamu tahu namaku..!” terdengar ketus suara Ranina. Sembara kini tersenyum, setidaknya Ranina masih ingat namanya sendiri.“Masa kamu lupa denganku…aku Sembara…sepupu dan kekasih kamu Ranina?”“Hmm…Sembara…serasa pernah dengar nama itu…ahhh sudahlah pusing kepalaku mengingat, sekarang bersiaplah kamu mati, karena kamu sudah membunuhi sangat banyak pasukanku!”Tanpa menunggu jawaban Sembara, Ranina yang kembali lupa siapa Sembara langsung menyerangnya dengan dahsyat.Sembara pun terpaksa menghindar, ia kaget juga, kesaktian Ranina malah meningkat drastis semenjak mereka berpisah, ketika sama-sama jatuh ke dalam jurang, karena hantaman Dua Pendekar Bayangan.Saat di hantam Ranina, Sembara kaget melihat pasukan Ki Saba terdesak hebat oleh pasukan yang di pimpin Ranina ini.Kalah jumlahlah penyebabnya, Sembara lalu melompat dan dia mengamuk ratusan pasukan Prabu Hara ini, akibatnya sekali menghantam dengan pukulan panas dan dinginnya, 50 orang langsung tewas seketika, saking dahs
“Mohon maaf kakek kalau kami masuk ke gua ini tanpa permisi, sebelumnya aku membawa kekasihku yang sakit..!”“Hei jangan sembangan bicara siapa yang sakit, aku tak sakit dan kamu bukan kekasihku, sekali lagi ngomong kekasih aku tebas leher kamu, ehh pedangku jadi tikus..hiii” Ranina langsung protes dengan ucapan Sembara barusan, sekaligus jijik dengan pedangnya yang berubah jad tikus besar.Si Kakek ini malah menonton saja sambil mengambil cerutunya dan kini, dan malah duduk menonton dua orang menarik ini saling berbantahan.“Heiii hajarr sekalian pria itu, kalau dia kurang ajar sama kamu, hi-hi-hi!” si kakek ini malah mengompori Ranina, dia juga mengambil arak dan kini baginya melihat Sembara dan Ranian bertengkar adalah sebuah tontonan yang mengasyikan.“Oh ya…emank kakek liat saat aku pingsan dia berbuat kurang ajar?” Ranina yang tak sadar dalam pengaruh hipnotis kakek ini langsung bertanya dan sikapnya kini siaga, seperti mau menyerang Sembara.“Iya donkk…bisa saja saat kamu pings