“Mohon maaf kakek kalau kami masuk ke gua ini tanpa permisi, sebelumnya aku membawa kekasihku yang sakit..!”“Hei jangan sembangan bicara siapa yang sakit, aku tak sakit dan kamu bukan kekasihku, sekali lagi ngomong kekasih aku tebas leher kamu, ehh pedangku jadi tikus..hiii” Ranina langsung protes dengan ucapan Sembara barusan, sekaligus jijik dengan pedangnya yang berubah jad tikus besar.Si Kakek ini malah menonton saja sambil mengambil cerutunya dan kini, dan malah duduk menonton dua orang menarik ini saling berbantahan.“Heiii hajarr sekalian pria itu, kalau dia kurang ajar sama kamu, hi-hi-hi!” si kakek ini malah mengompori Ranina, dia juga mengambil arak dan kini baginya melihat Sembara dan Ranian bertengkar adalah sebuah tontonan yang mengasyikan.“Oh ya…emank kakek liat saat aku pingsan dia berbuat kurang ajar?” Ranina yang tak sadar dalam pengaruh hipnotis kakek ini langsung bertanya dan sikapnya kini siaga, seperti mau menyerang Sembara.“Iya donkk…bisa saja saat kamu pings
“Biarkan saja, itu tanda obat ramuan sudah bekerja, sebentar lagi dia akan sehat kembali..!” cegah Ki Talang, hingga Sembara membiarkan Ranina terus begitu.Setelah meracau, Ranina kembali tertidur, sehingga Sembara bisa tenang dan melanjutkan bercakap-cakap dengan Ki Talang.Ki Talang banyak bertanya soal perang melawan Portugis dan dia juga menyebutkan soal kerajaan Barito Barat yang kacau semenjak di ambil alih Prabu Hara, saudara Prabu Punai.“Baguslah kalau kamu bantu Prabu Punai, dia raja yang baik dan selalu dekat dengan rakyatnya, Prabu Hara sebaliknya, makanya aku tadi sangat jengkel melihat kekasih kamu itu pakai baju perwira itu!” Kini Sembara paham, kenapa sebelumnya Ki Talang bersikap ketus pada dirinya dan juga Ranina, ternyata ini penyebabnya.“Itulah kek yang bikin aku penasaran, kenapa tiba-tiba Ranina sampai berbaju perwira Kerajaan Barito Barat ini, ada apa sebenarnya?”“Iyah…kamu bantulah dia mengingat kembali apa yang terjadi, racun dalam tubuhnya sudah habis ke
Kenapa Portugis sangat ngeri dengan pasukan Prabu Punai, padahal dari segi persenjataan pasukan ini lebih lengkap dari pasukan Prabu Punai.Ternyata mereka ketakutan saat tahu Sembara ada dalam pasukan itu, dan telik sandi mereka yang hebat juga tahu, Sembara sudah mengontak komandan di perbatasan agar mengirimkan 10 ribu pasukan Kerajaan Hilir Sungai yang memiliki senjata serupa dengan milik bangsa Portugis, untuk membantu Prabu Punai merebut tahtanya kembali.Belum lagi diam-diam Prabu Punai sudah meminta bantuan Kesultanan Surata (setelah rajanya muslim, berubah jadi kesultanan) yang dengan senang hati menambah 10 ribu pasukan buat Prabu Punai ini.Inilah yang membuat bangsa kulit putih ini tak mau kalah dua kali, mereka kembali ke komitmen awal, yakni tidak menjajah langsung, tapi akan ‘menjajah’ secara ekonomi.Sehingga saat pasukan besar Prabu Punai masuk ke Kota Teweh, tak ada perlawanan besar-besaran, pertempuran hanya terjadi di beberapa titik, korban pun hanya ratusan orang,
Sembara tiba di mana sumber suara Ranina, ia berkali-kali memanggil gadis cantik itu, namun kini kebingungan, karena suara Ranina kembali menghilang.Sembara sampai di bibir sebuah jurang yang sangat dalam, dengan bantuan bulan yang mulai terang, Sembara menatap ke bawah dan alangkah kagetnya ia meliat nun jauh di bawah sana ada gerakan dan Sembara sampai memicingkan mata, agar bisa melihat lebih jelas.Dan Sembara pun yakin itu Ranina, karena pakaiannya yang terlihat samar-samar, Sembara yang kini sudah memiliki kesaktian sangat tinggi, tanpa ragu langsung melompat ke dalam jurang ini, dengan menotol-notol badannya ke dinding jurang, dan memegang akar-akaran yang menonjol, Sembara dalam waktu singkat sudah sampai di mana tubuh Ranina tertahan akar.Saat dekat dengan Ranina, Sembara kaget kekasihnya yang memiliki kesaktian tinggi ini pingsan dan tubuhnya masih terlilit akar-akaran.Inilah yang menolong Ranina terjatuh langsung ke bawah, Sembara langsung menarik pelan tubuh Ranina dari
Sembara akhirnya memutuskan, tak mau mempelajari ilmu dahsyat itu, karena Ranina menolak keras mempelajari ilmu puncak jurus asmara milik pendekar wanita Nenek Rayi, yang ternyata peninggalan Pendekar Asmara, mantan suaminya dulu.“Agaknya ilmu Puncak Jurus Asmara ini cocok di pelajari cicitnya, yakni Soha…dimanakan dia kini..?” batin Sembara, termenung.Sembara lalu meneruskan membaca ilmu tentang pengobatan, di sana tertulis berbagai macam cara mengobati penyakit ringan hingga yang paling berat.Inilah yang di baca Sembara sampai setengah hari lebih, sampai perutnya berkeroncongan, saat mencium bau daging di bakar.Sembara pun menyudahi bacaannya, kini keduanya makan daging kijang yang di peroleh Ranina, saat Sembara aseek membaca kitab itu, Ranina berburu kijang, dengan kesaktiannya yang tinggi.Sebentar saja dia sudah memperoleh kijang ini dan membakarnya hingga matang, jauh lebih gurih dari ikan yang tadi pagi di masak Sembara.Sembara sampai tertawa kecil melihat kekasihnya ini
Hanya satu hal yang membuat Sembara agak heran, kenapa pengaruh daun ajaib yang bisa membuat orang yang memakannya jadi meningkat gairah libdionya, justru tidak berpengaruh terhadap Ranina.Padahal saat bercerita, sisa 3 daun itu kembali di makan kekasihnya ini, wajah Ranina memang makin ceria, pipinya yang putih glowing juga kemerah-merahan, tapi sikapnya biasa-biasa saja.Tidak ada sikapnya yang menunjukan dia lagi naik libidonya, padahal Sembara dan Dawina dulu sama-sama tak kuat bertahan. Sehingga siang malam mereka bak bulan madu menuntaskan hasrat yang menggebu-nggebu.Ternyata Ranina seakan paham apa yang ada dalam pikiran kekasihnya ini, dia kadang-kadang senyum nakal melihat Sembara menatapnya aneh begitu.“Kenapa…aneh yaa…ngomong saja, aku dah tau apa yang ada dalam hati kamu itu!” pancing Ranina sambil tertawa kecil sambil kadang-kadang menggoda Sembara dan berlompatan dari pohon ke pohon, tujuan mereka kini ke arah Kerajaan Hilir Sungai.Sembara langsung menyusul melompat
Sembara yang tahu suasana hati istrinya ini lalu berbisik agar jangan membunuh para perampok, cukup di beri pelajaran saja. Nasehat Ki Muslimin sangat membekas di hati Sembara, Ranina langsung tersenyum dan mengangguk.Baru saja akan membuka mulut lagi, tiba-tiba si kepala rampok ini terjengkang, lemparan kerikil sebesar kelereng tepat mengenai giginya, hingga 3 gigi depannya yang kuning patah dan mulutnya berlumuran darah.Itulah serangan kecil yang di sentil Ranina dengan jarinya, sebelumnya, Ranina menowel dengan ujung sepatunya lalu kerikil pun ada di tangannya.Saking cepatnya gerakannya, hanya Sembara yang melihat aksi istrinya ini. 14 anak buah si rampok ini kaget dan kini marah bukan main, melihat sang kepala rampok ini sempoyongan dengan mulut berlumuran darah.“Ki Muslimin…mari kita mundur, biarkan istri saya yang akan memberi pelajaran para perampok itu!” ajak Sembara, Ki Muslimin mengangguk, karena dia yakin pasangan yang baru dinikahkannya ini bukan orang sembarangan. R
Sembara dan Ranina kini sudah masuk ke wilayah Hilir Sungai, setelah dua hari hari berlari cepat dan kadang jalan santai, kini keduanya sudah sampai di sebuah kota yang lumayan rame.Ranina bak jinak-jinak merpati, dia tak mau bercinta di alam terbuka. “Ngeri sayang, pas lagi gituan…ketahuan sama orang lain, apa nggak malu, ingat lohh, kamu calon putra mahkota, aku ehemm…permaisuri, mau di taruh di mana wajah kita kalau sampai ketahuan orang!” itulah alasan Ranina, sehingga Sembara terpaksa cengar cengir saja dengan penolakan istrinya ini.Walaupun ibarat kucing, Sembara lagi berahi-berahinya, Ranina pun diam-diam sama, tapi gadis cantik ini punya kelebihan, mampu ngerem nafsunya. Inilah yang membuat Sembara sangat salut dengan istrinya.Kini daerah yang mereka lalui sudah masuk Kadipaten Kuala, dan masuk wilayah kerajaan Hilir Sungai, daerah pinggir sungai Barito yang sangat ramai dan jadi daerah perdagangan yang sangat maju, hampir mirip dengan Kadipaten Pangsa.“Sayang kita cari pe