Kenapa Portugis sangat ngeri dengan pasukan Prabu Punai, padahal dari segi persenjataan pasukan ini lebih lengkap dari pasukan Prabu Punai.Ternyata mereka ketakutan saat tahu Sembara ada dalam pasukan itu, dan telik sandi mereka yang hebat juga tahu, Sembara sudah mengontak komandan di perbatasan agar mengirimkan 10 ribu pasukan Kerajaan Hilir Sungai yang memiliki senjata serupa dengan milik bangsa Portugis, untuk membantu Prabu Punai merebut tahtanya kembali.Belum lagi diam-diam Prabu Punai sudah meminta bantuan Kesultanan Surata (setelah rajanya muslim, berubah jadi kesultanan) yang dengan senang hati menambah 10 ribu pasukan buat Prabu Punai ini.Inilah yang membuat bangsa kulit putih ini tak mau kalah dua kali, mereka kembali ke komitmen awal, yakni tidak menjajah langsung, tapi akan ‘menjajah’ secara ekonomi.Sehingga saat pasukan besar Prabu Punai masuk ke Kota Teweh, tak ada perlawanan besar-besaran, pertempuran hanya terjadi di beberapa titik, korban pun hanya ratusan orang,
Sembara tiba di mana sumber suara Ranina, ia berkali-kali memanggil gadis cantik itu, namun kini kebingungan, karena suara Ranina kembali menghilang.Sembara sampai di bibir sebuah jurang yang sangat dalam, dengan bantuan bulan yang mulai terang, Sembara menatap ke bawah dan alangkah kagetnya ia meliat nun jauh di bawah sana ada gerakan dan Sembara sampai memicingkan mata, agar bisa melihat lebih jelas.Dan Sembara pun yakin itu Ranina, karena pakaiannya yang terlihat samar-samar, Sembara yang kini sudah memiliki kesaktian sangat tinggi, tanpa ragu langsung melompat ke dalam jurang ini, dengan menotol-notol badannya ke dinding jurang, dan memegang akar-akaran yang menonjol, Sembara dalam waktu singkat sudah sampai di mana tubuh Ranina tertahan akar.Saat dekat dengan Ranina, Sembara kaget kekasihnya yang memiliki kesaktian tinggi ini pingsan dan tubuhnya masih terlilit akar-akaran.Inilah yang menolong Ranina terjatuh langsung ke bawah, Sembara langsung menarik pelan tubuh Ranina dari
Sembara akhirnya memutuskan, tak mau mempelajari ilmu dahsyat itu, karena Ranina menolak keras mempelajari ilmu puncak jurus asmara milik pendekar wanita Nenek Rayi, yang ternyata peninggalan Pendekar Asmara, mantan suaminya dulu.“Agaknya ilmu Puncak Jurus Asmara ini cocok di pelajari cicitnya, yakni Soha…dimanakan dia kini..?” batin Sembara, termenung.Sembara lalu meneruskan membaca ilmu tentang pengobatan, di sana tertulis berbagai macam cara mengobati penyakit ringan hingga yang paling berat.Inilah yang di baca Sembara sampai setengah hari lebih, sampai perutnya berkeroncongan, saat mencium bau daging di bakar.Sembara pun menyudahi bacaannya, kini keduanya makan daging kijang yang di peroleh Ranina, saat Sembara aseek membaca kitab itu, Ranina berburu kijang, dengan kesaktiannya yang tinggi.Sebentar saja dia sudah memperoleh kijang ini dan membakarnya hingga matang, jauh lebih gurih dari ikan yang tadi pagi di masak Sembara.Sembara sampai tertawa kecil melihat kekasihnya ini
Hanya satu hal yang membuat Sembara agak heran, kenapa pengaruh daun ajaib yang bisa membuat orang yang memakannya jadi meningkat gairah libdionya, justru tidak berpengaruh terhadap Ranina.Padahal saat bercerita, sisa 3 daun itu kembali di makan kekasihnya ini, wajah Ranina memang makin ceria, pipinya yang putih glowing juga kemerah-merahan, tapi sikapnya biasa-biasa saja.Tidak ada sikapnya yang menunjukan dia lagi naik libidonya, padahal Sembara dan Dawina dulu sama-sama tak kuat bertahan. Sehingga siang malam mereka bak bulan madu menuntaskan hasrat yang menggebu-nggebu.Ternyata Ranina seakan paham apa yang ada dalam pikiran kekasihnya ini, dia kadang-kadang senyum nakal melihat Sembara menatapnya aneh begitu.“Kenapa…aneh yaa…ngomong saja, aku dah tau apa yang ada dalam hati kamu itu!” pancing Ranina sambil tertawa kecil sambil kadang-kadang menggoda Sembara dan berlompatan dari pohon ke pohon, tujuan mereka kini ke arah Kerajaan Hilir Sungai.Sembara langsung menyusul melompat
Sembara yang tahu suasana hati istrinya ini lalu berbisik agar jangan membunuh para perampok, cukup di beri pelajaran saja. Nasehat Ki Muslimin sangat membekas di hati Sembara, Ranina langsung tersenyum dan mengangguk.Baru saja akan membuka mulut lagi, tiba-tiba si kepala rampok ini terjengkang, lemparan kerikil sebesar kelereng tepat mengenai giginya, hingga 3 gigi depannya yang kuning patah dan mulutnya berlumuran darah.Itulah serangan kecil yang di sentil Ranina dengan jarinya, sebelumnya, Ranina menowel dengan ujung sepatunya lalu kerikil pun ada di tangannya.Saking cepatnya gerakannya, hanya Sembara yang melihat aksi istrinya ini. 14 anak buah si rampok ini kaget dan kini marah bukan main, melihat sang kepala rampok ini sempoyongan dengan mulut berlumuran darah.“Ki Muslimin…mari kita mundur, biarkan istri saya yang akan memberi pelajaran para perampok itu!” ajak Sembara, Ki Muslimin mengangguk, karena dia yakin pasangan yang baru dinikahkannya ini bukan orang sembarangan. R
Sembara dan Ranina kini sudah masuk ke wilayah Hilir Sungai, setelah dua hari hari berlari cepat dan kadang jalan santai, kini keduanya sudah sampai di sebuah kota yang lumayan rame.Ranina bak jinak-jinak merpati, dia tak mau bercinta di alam terbuka. “Ngeri sayang, pas lagi gituan…ketahuan sama orang lain, apa nggak malu, ingat lohh, kamu calon putra mahkota, aku ehemm…permaisuri, mau di taruh di mana wajah kita kalau sampai ketahuan orang!” itulah alasan Ranina, sehingga Sembara terpaksa cengar cengir saja dengan penolakan istrinya ini.Walaupun ibarat kucing, Sembara lagi berahi-berahinya, Ranina pun diam-diam sama, tapi gadis cantik ini punya kelebihan, mampu ngerem nafsunya. Inilah yang membuat Sembara sangat salut dengan istrinya.Kini daerah yang mereka lalui sudah masuk Kadipaten Kuala, dan masuk wilayah kerajaan Hilir Sungai, daerah pinggir sungai Barito yang sangat ramai dan jadi daerah perdagangan yang sangat maju, hampir mirip dengan Kadipaten Pangsa.“Sayang kita cari pe
Sembara dan Ranina berjalan santai mengikuti kemana dua orang itu menuju, mereka sengaja menjaga jarak agar tak begitu kentara dan ketahuan dua orang tersebut.Banyaknya manusia berlalu lalang menolong suami istri ini, sehingga gerakan mereka tak di sadari dua orang yang juga sangat sakti, dan terus mengamati keduanya dari kejauhan.Kini kedua orang itu sudah berjalan ke arah pinggiran kota, lalu begitu sampai di dermaga pinggir sungai, terlihat keduanya berbicara dengan seorang nelayan si pemilik perahu.Kini keduanya sudah jauh berlabuh dengan perahu milik nelayan yang memang sering di sewa para pelancong.Sembara dan Ranina pun juga sama, mereka berdua menyewa perahu dan berlabuh ke tengah, Sembara minta si pemilik perahu agar mengikuti perahu yang jalan duluan, dan kini sudah lumayan jauh berada di tengah Sungai Barito lalu berlayar ke arah Hilir.Ranina malah sedikit lupa kalau mereka sedang mengikuti perahu milik kedua orang yang bikin dia dan Sembara penasaran, karena melihat p
“Hemm kamu terlalu pongah mata biawak, terimalah jurusku ini, yang akan mencabut nyawa busuk kamu itu!” seru Putri Remi marah dan cepat dia menerjang.Hawa panas berkelebat dan Sembara membuang diri ke kiri lalu berjungkir balik. Karena bukan hanya Putri Remi yang menyerangnya, juga Dua Pendekar Bayangan, Dulung dan Nyai Dina juga ikut menyerang.Termasuk 3 orang yang tak Sembara kenal, serangan serentak ini sangat dahsyat, sehingga Sembara tak mau menahan, tapi sengaja menghindar sekalian ingin mengukur kekuatan semua musuhnya.Sementara Ranina juga sudah di keroyok 5 orang lainnya, Sembara sempat melirik dan bersiaga, kalau-kalau istrinya ini kewalahan.Sembara bisa mengukur, dari semua penyerangnya ini, yang paling berbahaya pastinya serangan Putri Remi dan Dua Pendekar Bayangan ini.Tapi serangan Dulung juga tak bisa dianggap remeh, kesaktian Dulung juga sangat tinggi, apalagi setelah dia mencabut pedangnya, serangan dahsyat selalu keluar dari pedang ini.Nyai Dina juga tak mau ka